[RP] The Doctor's Arrivals

Dengan cermat Will mendengarkan detak jantung Scarlett sambil menghitung. "Satu... Dua..." Will menghitung pelan. Tampaknya gadis ini memiliki detak jantung yang abnormal. "Hmm..." Will bergmam pelan sambil melepaskan stetoskopnya. Kini ia beralih dengan tensimeter.

"Permisi.. Bisa tolong berbaring?" Pinta Will sambil membantu menggulung lengan baju Scarlett.

Scarlett menuruti kata-kata Will. Ia segera berbaring tanpa ragu. Will menggulung lengan bajunya. Ia memang memakai baju panjang hari ini.

Scarlett menelan ludahnya, karena ia merasakan ada sesuatu yang berbeda dari garis wajah Will saat sedang memeriksa detak jantungnya. "Sensei.. ada yang aneh dengan diriku..?" tanyanya cemas.

"Yang kukhawatirkan dari keadaan Scarlett... kalau penyakitnya itu penyakit keturunan." jelas Shawn pada Clark.

"Juga kalau misalnya... penyakit itu terjadi karena suatu sebab khusus di masa kecilnya..." lanjut Shawn lagi.

"Karena penyakit semacam itu... sulit sekali disembuhkan dan dapat membekas seumur hidupnya..."

Will memasang Tensimeter di lengan kanan Scarlett, dua jari dari lipatan siku.

"Saya belum bisa memastikan, tapi tenang saja..." Will tersenyum, berusaha menenangkan. Dipakainya lagi stetoskop, lalu diletakkannya di arteri brakhialis, tepat di lipatan siku.

"Sebentar..." Gumam Will. Ia menaikan tekanan tensimeter sampai detak nadi tidak terdengar lagi, lalu perlahan tekanan itu dilepaskan. Detak nadi Scarlett kembali terdengar.

"Tolong gerakkan tangannya," Perintah Will sambil masih mendengarkan nadi Scarlett. "Seperti gerakan menggenggam, lalu lepaskan lagi..." Will memperjelas instruksinya.

Scarlett tetap memandangi Will saat pria itu masih sibuk memeriksa tensinya. Ia terus memandangnya dengan kedua mata violet indahnya. Namun perintah lembut Will membuyarkan fokusnya, "Oh.. Menggenggam ya? Okay, sensei.." ucapnya, sedikit salah tingkah.

Tanpa basa basi ia menggerakkan telapaknya. Membuka dan menutup. "Begini kan?" tanyanya sambil tersenyum manis. Ia kembali memerhatikan Will bekerja. Sesungguhnya ia tak begitu mengerti tentang pelajaran kedokteran--karena mungkin bakat Scarlett ada pada bidang fisika, baik fisika teknik maupun fisika murni.

"Bagus..." Will memperhatikan Scarlett membuka dan menutup tangannya. Nah, ukuran sistolik sudah didapatnya. Will terus mendengarkan detak nadi Scarlett sampai akhirnya suara denyutnya melemah, dan akhirnya menghilang. Nah, ukuran diastolik pun sudah didapatnya.

Will sedikit mengerutkan kening. 90/60 mmhg. Dugaannya tepat.

"Naah..." Will membereskan peralatannya. "Hasilnya sudah kita dapat." Ujarnya. "Pantas saja kau sering pingsan Nona kecil, itu karena kau menderita Hipotensi."

"tekanan darah rendah ya? Tidak aneh sih..." dia ingat dengan almarhum kakeknya yang mengidap hipotensi juga.
"berarti kau harus sedikit berhati-hati dalam bergerak atau beraktivitas."

"Ya..." Will mengagguk mengiyakan.


"Mulai sekarang kau harus mulai berhati-hati kalau beraktifitas, Nona kecil." Ujar Will sambil menepuk pelan kepala Scarlett.

"Banyak-banyak minum air putih, olahraga yang teratur..." Will menasehati. "Lalu makan makanan yang cukup mengandung kadar garam..." Tambahnya sambil membereskan peralatannya.

"Will... menurutmu..." Shawn memulai pelan.

"Apakah... ini mungkin saja diturunkan dari orang tuanya...?" tanya Shawn, namun dengan sedikit memalingkan muka dari Scarlett.

"Hmmm... Untuk itu, aku belum bisa memastikan." Jawab Will sedikit merenung.

"Tadi Nona ini bilang bahwa Ayahnya juga lemah tubuhnya... Yang bisa kuduga hanya, mungkin Ayahnya memiliki gen pembawa kelainan ini, dan Ibunya seorang karier (pembawa sifat) kelainan ini. Lalu akhirnya menurun ke Scarlett." Ujar Will panjang lebar. "Itu kalau kita menganggap ini diturunkan dari Orangtua-nya... Dan ini hanya bisa kita pastikan jika kita memeriksa Riwayat Penyakit Orangtua-nya."

"Darah redah sendiri disebabkan karenan kelainan detak jantung dan pelebaran pembuluh darah. Pengurangan volume darah juga berpengaruh..." Lanjutnya. Masih seperti orang melamun. "Dan bisa jadi kelainan itu sendiri terjadi hanya pada Scarlett akibat permutasian gen tanpa ada campur tangan dari orangtua-nya. Tapi biasanya kan permutasian ini bersifat resesif..." Suara Will makin menghilang.

"Ah, maaf, aku jadi mengoceh tidak jelas..." Ujar Will sambil tersenyum salah-tingkah.

Scarlett hanya terbengong-bengong. Ia sangat mengerti--sebenarnya berusaha untuk mengerti--apa yang dikatakan Will mengenai kondisi tubuhnya. Ia lalu mengangguk-angguk, dan menyadari bahwa ternyata tubuhnya ini memang memiliki kelainan.

"Tapi aku malas berolahraga..." serunya. "Oh iya, ibuku tak mungkin menurunkan kelainan ini padaku, karena kau tahu, ibuku adalah seorang yang sangat kuat! Beliau pernah dilatih kemiliteran beberapa tahun di pulau terpencil sejak masih kecil. Selain itu, ibuku juga jago beladiri. Banyak yang bilang kalau ibuku jauh lebih kuat daripada ayahku..."

"Ah, tetapi..." lanjutnya, "Banyak yang bilang juga bahwa aku ini sangat identik dengan ayahku. Kami benar-benar mirip, kecuali warna mataku yang kudapat dari ibuku. Selain itu, SEMUA yang ada dalam diri kami adalah sama."

Ia terdiam sejenak, "Bahkan kepribadian gandaku..." ucapnya. "Jadi kemungkinan tubuh lemahku diturunkan dari ayahku adalah hampir 90%! Aku rasa..."

"Tak apa..." kata Shawn sambil tersenyum pada Will.

"Berarti mungkin ini memang hal yang langka terjadi... ya...?" ujarnya mencari jawaban.

"Ah... Scarlett... apa kau pernah... um... disiksa atau semacamnya? Yang mungkin membuat tubuhmu lemah?" tanya Shawn pada Scarlett.

"Riwayat Penyakit orangtua Scarlett..." Shawn bergumam sambil menunduk.

"Kepribadian ganda... sama seperti yang instruktur katakan... ya..." lanjut Shawn lagi.

Will tersenyum mendengar sanggahan Scarlett.

"Jika ingin sehat, tentu harus ada harga yang dibayar..." kekeh Will.

"Meskipun Ibumu sangat kuat dan sehat, tidak menutup kemungkinan ia merupakan pembawa sifat..." Will terdiam sebentar. "Begini, pembawa sifat tidak harus juga mengalami kelainan ini, karena biasanya kelainan ini bersifat resesif. Seperti pada penderita Hemofilia. Jadi Ibumu mungkin mendapatkannya dari kakek-mu atau nenek-mu." Jelas Will.

Quote :

"Bahkan kepribadian gandaku..."

Will menoleh, tertarik akan pernyataan Scarlett. "Berkepribadian ganda?" Ulangnya keheranan. Ia memang sering mendengar tentang hal itu, tapi baru sekarang ia bertemu langsung dengan orang yang memiliki kepribadian ganda.

oot: dibuat... emm... 'nyambung' boleh yah...

"Hhh..." Shawn mengeluh.

"Kepribadian ganda yang sama dengan ayahnya... yang sifatnya sama... 'kacau' nya..." ujar Shawn lesu.

"Itulah... yang pernah diceritakan... instrukturku... dan ibumu... Scarlett..." ujar Shawn mengakhiri kata-katanya dengan lirih, ia lalu tersenyum kecut.

"ummh resesif ya?" scarlett berpikir ulang mengenai apa yang ia pikirkan sebelumnya. Ia menelaah jauh menelusuri garis keturunan keluarga ibunya dan ayahnya.

"keluarga ibuku, keluarga kerajaan Inggris raya. mungkin sensei tahu riwayat kesehatan keluarga kerajaan, mungkin saja ternyata memang benar.. tapi kurasa tidak." jelasnya.

"sedangkan keluarga ayahku.. ayahku, Yuto, adalah anak angkat di keluarga Siegfierd. tak ada yang tahu mengenai seluk beluk keluarga kandung ayahku, kecuali satu yaitu marga mereka, 'tamano'. hanya itu."

kemudian will tampaknya tertarik dengan 'penyakit' kepribadian gandanya. scarlett hanya tersenyum.

"aku memiliki kepribadian ganda. mungkin will-sensei belum pernah bertemu dengan'nya', sang alter-ego kepribadian lain tubuhku. namanya envy siegfierd, dan sifatnya sangat bertolak belakang denganku. saat ini envy berada dalam dimensi antara alam nyata dan alam bawah sadar ketika aku yang mengambil alih tubuhku, dan begitu pula sebaliknya. selain itu kami juga bisa saling berkomunikasi.. semacam telepati." jelasnya.

"begitulah.. biasa saja bukan?"

"apanya yang biasa?" clark berkomentar pada kata-kata scarlett.

"kalau hidupmu biasa, lalu hidupku itu apa?"

"ah! Dokter! Ada yang mau kau tanyakan tentang apartemen ini?"

Scarlett memandang Clark, tampak wajar. "Ya.. aku rasa memang agak sedikit luar biasa. Seperti kau tiba-tiba mendengar suara 'dirimu sendiri' terngiang-ngiang di kepalamu--bukan karena kehendakmu. Lalu tiba-tiba saja dirimu dalam kegelapan ketika 'dia' mengambil alih tubuhmu." ia terdiam sejenak.

"Aku rasa memang bukan hal yang biasa.."

Ia lalu menoleh pada Will. "Ah sensei.. tampaknya memang aku sudah mendominasi--tanpa kusadari. Jadi, adakah hal yang ingin kau tanyakan tentang apartemen ini sensei? Clark-san akan siap sedia menjawab semua pertanyaan-pertanyaanmu!" serunya.

"Eh? Keluarga kerajaan? Entahlah... Mungkin aku bisa bertanya nanti..." Ujar Will, sangat tertarik dengan fakta ini. Keluarga Kerajaan? Mungkin Renata memiliki arsipnya... Ia lalu terdiam mendengar penuturan Scarlett.

"Memang bukan hal yang biasa...." Will bergumam. Nadanya seperti melamun. Pikirannya dipenuhi spekulasi dan kesadarannya terbagi dua, sebagian kecil tetap di ruangan itu, ikut mendengarkan percakapan. Sebagian yang lain sudah hilang di lembah praduga yang dalam.

Quote :

"ah! Dokter! Ada yang mau kau tanyakan tentang apartemen ini?"

Will masih setengah melamun.

Quote :

"Ah sensei.. tampaknya memang aku sudah mendominasi--tanpa kusadari. Jadi, adakah hal yang ingin kau tanyakan tentang apartemen ini sensei? Clark-san akan siap sedia menjawab semua pertanyaan-pertanyaanmu!"

Will tersentak dari 'trans'-nya. "Hmm... Sepertinya tidak. Eh..." Will berpikir sebentar. "Mobilku. Disini ada garasi kan?" Tanyanya.

Ia lalu melirik jam tangannya. "Uh, sudah jam segini..." Keluhnya pelan. Tampaknya memang Lucas tidak akan menampakkan batang hidungnya hari ini.

"Aku belum sempat makan siang." Ujarnya sambil lalu. "Bagaimana dengan kalian?"

"Ah... makan siang ya... benar juga... sudah sesiang ini..." Shawn baru menyadari itu, dan mengecek jam di tangannya.

"Yah... kalau begitu... ayo makan siang!" ajak Shawn pada semuanya.

"Satu lagi... Scarlett... tadi kenapa kau bisa sampai pingsan... didepan kamar ini...?"

Sesampai nya Lucas di kamar nya, ia terbengong beberapa saat dengan kedua koper metal di tangannya. "Apaan iniiii...!!" pekiknya lalu melepaskan kedua kopernya jatuh ke lantai mengeluarkan suara berdentang. Lucas berjalan ke arah lukisan yang berada tidak jauh dari pintu masuk dan membetulkan posisi nya sembari mengeluarkan sapu tangan untuk membersihkan debu dengan hati-hati.

"Ini jugaaaa..." pekiknya setelah melihat sesuatu yang menarik perhatiannya. Segala sesuatu yang tidak menurut posisinya dibetulkan satu per satu dengan sangat detail oleh Lucas namun ia tidak begitu sadar dengan orang lain yang berada di ruangan yang sama.

Quote :

"Apaan iniiii...!!"

Will tersentak dan melihat ke arah pintu masuk. Di sana berdiri Lucas. Entah kenapa tampangnya tampak stress sekali.

"Ah...." Will tampak kebingungan. "Selamat datang... Mmm... Apa apanya?" Tanyanya.