[RP] New home—again

Tak ada yang bisa dilakukan pemuda berdarah Italia itu, Sergius, meletakkan dan menyusun segala perlengkapan ruangan kamar yang akan menjadi rumah barunya di Prancis.

"Fiuh.. Adrianne, butuh bantuan?" tanya pemuda tersebut kepada sepupu manisnya, Adrianne yang terlihat kepayahan membawa barang-barangnya termasuk koper milik sang anak perempuan.

Bulir sewarna mawar itu mengerling kesana-kemari. Menatapi dalam diam kardus-kardus berisi barang pribadinya yang ditata rapi. Mengingat untuk hari ini ia akan tinggal bersama sepupu jauhnya, gadis enam belas tahun yang masih terlihat seperti murid sekolah dasar itu sengaja dititipkannya kepada sang pemuda atas keinginan kedua orang tuanya yang sibuk bekerja. Entah perasaan seperti apa yang seharusnya ia gambarkan. Sedih… tidak juga, karena Adrianne sendiri sudah cukup terbiasa ditinggal bekerja, alih-alih merasa senang… ia tidak tahu. Karena kau tahu, bahwa status pemuda di belakangnya itu adalah sepupu jauhnya yang sudah cukup lama tidak ia temui meski dapat dikatakan keduanya memang cukup dekat dan saling mengenal.

Kedua lengan kecilnya terulur, meraih satu kotak kardus berisikan buku yang masih digunakan, dan kalau mau berkata jujur… mengangkat buku-buku itu berat. Anak perempuan itu menolehkan kepalanya, membiarkan manik sewarna ruby-nya menatap langsung mata sang lawan bicara yang berwarna keperakan. Datar—sebelum ia mengembalikan fokusnya pada kardus buku dalam dekapannya, menatap dalam diam dan menggelen pelan.

“Tidak, kurasa…”

Tidak perlu dibantu, karena pasti semuanya sedang kerepotan mengurusi barang masing-masing, ‘kan…?

“Ngg… aku bisa mengatasinya.”

Yakin?

“…………”

Yakin.

Lagipula kalau Sergius membantunya, takutnya pekerjaan ini tidak akan selesai-selesai…

“—kau… butuh bantuan…?” tanya gadis kecil itu pelan pada sang pemuda.

Ryu berjalan ke arah kamar penghuni baru dengan mengenakan kemeja lengan panjang berwarna putih dan pita panjang berwarna hitam yang senada dengan celananya.

Ia datang untuk menggantikan Scarlett menyerahkan kertas yang berisi peraturan di apartemen.

"Permisi." ucap Ryu sambil mengetuk pintu.

Pemuda berumur 19 itu tahu bahwa stamina tubuhnya tidak lagi dalam kondisi baik. Tentu, siapa yang bisa bertahan terus-terusan disodorkan berbagai benda-benda berat untuk dibawa masuk satu-satu ke dalam ruangan kamar mereka. Sergius sempat mengerling kepada jendela kamar yang terbuka, menampilkan satu pemandangan cantik dari cakrawala biru yang terpantul membayang di bundar kaca peraknya. Sedikit senyuman menghias di bingkai wajah sang lelaki.

Tolakan dari si sepupu kecil mungil, Sergius mengangguk perlahan. Bukannya ia tak ingin membantu Adrianne untuk membawakan barang-barang ke dalam kamarnya, sesekali anak perempuan itu ia beri kebebasan agar bisa menata dan mendekor kamar sesuai keinginannya. Adrianne bukan lagi anak kecil yang dulu digandengnya berdua untuk membeli makanan manis seperti es krim. 16 tahun bukan umur yang bisa digolongkan muda lagi.

“—kau… butuh bantuan…?”

“Aku bisa—“

Ketukan pintu memutus perkataan dan menyita perhatiannya kepada pintu apartemen yang tertutup. Menghela nafas kelelahan, ia raih knop pintu untuk membukanya. Seorang pemuda dihadapannya.

“Ya? Ada keperluan apa, tuan?” Ia bertanya sopan, memberikan senyuman terbaiknya.

Saat mendengar ada tetangga baru lagi rena langsung menuju lantai 3 ia bermaksud berkenalan "minggir" ujar rena sambil berlari ke arah ryu dan menabraknya.

Sepertinya penghuni baru kali ini lebih tua daripada Ryu, kalau dilihat dari penampilannya.

"Aku mewakili pemilik apartemen untuk menyerahkan kertas ini. " Jawab Ryu sambil menyerahkan kertas yang berisi peraturan apartemen, dan lebih tepatnya ia mewakili Scarlett untuk melakukan hal tersebut. Tapi ia tidak mungkin mengatakannya bukan.

Ia kemudian ditabrak oleh seseorang untungnya Ryu memiliki keseimbangan yang baik, sehingga ia bisa menahan tubuhnya dan penabaraknya.

"Apa kau tidak apa-apa?"

Rena melirik ke arah ryu "ah tidak apa apa" ujarnya sambil tersenyum "lantai nya licin" ujarnya lagi lalu ia melirik ke arah penghuni baru itu "halo salam kenal aku penghuni juga di sini nama ku rena salam kenal" ujarnya dengan sangat cepat.

Tawarannya… ditolak. Manik kosongnya hanya menatap datar sang sepupu, mengangguk perlahan seraya melewati beberapa kotak kardus dan menatanya sendiri di dalam kamar pribadinya. Kini gadis kecil itu tinggal di sebuah apartemen, yang sebenarnya… kedua orang tuanya (kalau mau) tidak perlu repot-repot menitipkannya pada sang sepupu. Usianya enam belas tahun, dan itu juga bukan umur seorang gadis kecil lagi—dengan menutup mata tanpa melihat penampilan fisiknya yang mungil untuk seorang Eropa.

Itu penghinaan, maaf saja. Adrianne yang pendiam ini juga mampu marah, dan… sudah sifat alaminya ia seorang yang tempramental, sebenarnya.

Kedua daun telinganya menangkap suara ketukan di luar kamar, membuat gadis kecil itu memutuskan untuk mengintip dari balik pintu kamarnya, seiring dengan tangan sang sepupu yang memutar knop pintu, memvisualisasikan sosok asing di baliknya, lagi tidak dikenalnya, menyerahkan secarik kertas kepada Sergius. Merasa tertarik, gadis kecil itu menghampiri keduanya. Sedikit berjinjit mengintip isi dari kertas tersebut—lalu ada sesosok asing lain yang menyapa sang sepupu, dan karena merasa ia tidak termasuk… Adrianne memutuskan untuk diam. Tidak sopan bukan, kalau ia langsung menyela. Itu yang pengasuhnya ajarkan dulu.

“Terima kasih karena mau mengantarkan…” Tukas gadis kecil itu seraya mengambil kertas yang dimaksud, dan mengerling ke arah sepupunya. Bertanya-tanya.

Ya siapa juga yang akan menyangka kalau akan ada staf pengurus apartemen ini bersedia dan begitu baik hati mengerjakan tugasnya sampai harus mengantarkan segala keperluan dan peraturan apartemen kepadanya, sampai ke depan pintu kamarnya pula. Pemuda yang tampak lebih muda beberapa tahun dari Sergius itu menyerahkan selembar kertas yang bertuliskan cetakan peraturan apartemen.

“Terima kasih banyak.” Begitu ia mengucapkan beberapa kata itu, seorang anak perempuan datang lalu tanpa sengaja menabrak si pemuda. Keduanya tak terjatuh, Sergius hanya tersenyum memperhatikan keduanya yang tak mengalami luka berat apapun. Si gadis segera memperkenalkan dirinya, dibalas dengan perkenalan diri yang sama dari Sergius. “Sergius Vennard, salam kenal juga nona manis.” Ia tersenyum lembut dan sopan kepada anak perempuan tersebut.

“Ini Adrianne, sepupuku. Dia tinggal bersamaku.” Sergius memperkenalkan gadis mungil disampingnya yang terlihat penuh ingin tahu tentang apa yang terjadi di depan pintu kamar mereka.

Sepupu jauhnya dengan cekatan merespon segala yang terjadi di sekitar mereka. Anak perempuan itu hanya termangu, tak mengucapkan sepatah kata apapun selain menganggukkan tempurung mungil berbalut helaian merah muda rambutnya—satu gesture balasan atas salam yang dilontarkan. Spontan di genggamnya sedikit lebih erat pada selembar kertas yang menutupi seperempat dari wajahnya sebelum Adrianne menjauhkannya dan memasungkan kristal ruby-nya lekat-lekat pada kertas tersebut. Membacanya dalam diam.

“…………”

Tidak… ngg, Adrianne tidak tertarik dengan peraturan. Samar, kedua alisnya bertaut. Menyerahkan kertas tersebut kepada sang sepupu untuk dibaca.

"Baguslah kalau begitu."

"Kalau begitu saya permisi dahulu karena masih ada urusan lain. Semoga anda betah disini."

[Ryu= Out]