New Home, New Life

Violet Caldwell Rutherford kini sedang mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan, melihat tempat tinggal barunya yang satu atap dengan orang yang disukainya. Di pojok ruangan terdapat piano Upright dan disampingnya terdapta sebuah harpa, dan ada rak khusus untuk menaruh biola, flute dan guitar keasayanganya. Tidak lupa juga rak buku yang memuat segala macam buku musik dalam beberapa bahasa. Perfect, namun ada satu kekurangan dari tempat ini tidak ada pelayan yang akan siap sedia melayani kebutuhunnya. Kini ia harus hidup mandiri.

Setelah puas memandangi kamar barunya, kini gadis yang mengenakan gaun berwarna biru langit dan terbuat dari sutra, sedang berada didapur. Dengan celemek diatas gaunnya ia kini mulai kegiatan memasak di tempat ini untuk pertama kalinya. Ia membuat jamuan kelas atas khas Inggris. Sekarang semua makanan tersebut sudah tertata dengan mewah diatas meja makan , tidak lupa juga ia menaruh segelas Château Ausone, yang merupakan wine yang dapat dikategorikan sebagai wine terbaik di dunia.

Kini ia tinggal membuat sorbet sebagai makana penutup dan setelah itu ia bersiap-siap sambil menunggu kedatangan Ryu.

"permisi. Saya clark. Pemilik apartemen ini."

clark menyiapkan diri agar dia tidak melemah dihadapan penghuni baru.

"permisi. Saya clark. Pemilik apartemen ini."

clark menyiapkan diri agar dia tidak melemah dihadapan penghuni baru.

Ada orang yang datang, Vio berbalik untuk melihat wajhanya. Wajah pemilik apartemen itu termasuk lumayan. Tapi sayangnya bukan tipe Violet.

"Ah ya ,selamat sore. Apa ada masalah?" ucap Vio dengan anggun .

"Saya datang ke sini untuk memberikan peraturan dan sedikit menjelaskan mengenai apartemen ini. Bersediakah?" Clark mengulurkan selembar kertas pada Vio dengan senyum ramah.

"Sepertinya Anda sedang memasak? Baunya sangat enak dan tercium hingga kemari. Dan... saya juga mencium bau wine. Kualitas terbaik sepertinya." Clark memang mempunyai penciuman yang tajam. Apa lagi dia juga memang suka memasak dan (dulu) minum wine setiap malam.

OOT: Aturan baca di topik punya yang lain ya! ^^d

Ryu berjalan ke arah kamar Vio dengan mengenakan kemeja lengan panjang berwarna putih dan pita panjang berwarna hitam yang senada dengan celananya. Di tangannya terdapat boneka beruand dengan tinggi hampir 1 m dan buket mawar merah besar. Ryu menyiapkan hadiah itu untuk Vio. Biarpun manja Ryu sudah menganggap Vio sebagai adiknya.

Ryu memasuki kamar Vio. "selamat datang Vio. Ini aku bawakan kado untukmu." Ucap Ryu dengan senyum kecil menghiasi wajahnhya. Ternyata disana ada Clark juga. "Selamat malam Clark." ucap Ryu dengan nada datar.

" Tentu saja. Saya sedang memasak makam malam untuk seseorang , apakah anda ingin mencicipinya?" Ucap Vio dengan anggun dan sopan layaknya putri bangsawan.

" Ryu kau sudah datang! Kyaaa.... Mawar dan boneka, Ryu kau masih ingat benda kesukaanku ya? Makasih?" Ucap Violet seperti anak kecil, ia sudah lupa dengan keanggunannya.

"sepertinya tidak. Hati2 saja dengan wine. Ini kertas peraturannya. Mungkin ryu bisa menjelaskannya." clark menyerahkan kertas dan tersenyum pada ryu.

"aku harus kembali ke kamar. Terima kasih." clark pamit dan pergi. Tak mau mengganggu.

"sepertinya tidak. Hati2 saja dengan wine. Ini kertas peraturannya. Mungkin ryu bisa menjelaskannya." clark menyerahkan kertas dan tersenyum pada ryu.

"aku harus kembali ke kamar. Terima kasih." clark pamit dan pergi. Tak mau mengganggu.

"Iya, terima kasih atas bantuannya. Selamat malam ." Ucap Violet dengan sopan dan anggun.

"Ryu kita berduet sebelum makan malam ya? aku bermain biola atau flute dan kau mengiringiku dengan piano , maukan?" Ucap Violet dengan manja setelah pemilik apartemen itu meninggalkan Ryu dan Violet berdua.

" Baiklah tapi kau yang bermain piano saja dan aku bermain biola. Kita berduet setelah makan saja. Ada yang ingin kubicarakan" Ucap Ryu dengan nada yang tidak terlalu datar.

Ryu kemudian duduk di kursi. Setelah Vio juga duduk, Ryu memulai pembicaraan. "Vio , aku mohon tolong jangan pernah menceritakan Mary kepada siapapun. Aku belum sanggup untuk melepaskannya. Maukah kau membantuku?" Vcap Ryu dengan nada putus asa. Ia masih belum sanggup untuk melupakan Mary sedikitpun, tiap kali mengingatnya Ryu merasakan kekosongan yang ssangat dalam di hatinya.

"Tentu saja." Ujar Vio senang. Berduet dengan Ryu atau Mary selalu menyenangkan. Namun kini kesenangannya sudah hilang satu.

"Aku berjanji tidak akan menceritakannya padamu. Ryu kau tidak ingin mengunjungi makamnya Mary? Sebentar lagi hari peringatan kematiannya. Ia pasti mengharapkan kedatanganmu." Uvap Vio dengan sedih.

"Terima kasih." Ucap Ryu degan senyum tipis.

"Aku belum siap, aku belum sanggup menerimanya. Maafkan aku." Ucap Ryu putus asa, tanpa ia sadari air mata menetes dari mata biru terangnya. Kenangan menyenangkan dan menyedihakan bercampur menjadi satu. Mary sudah pergi dan membuat luka yang sangat dalam di hati Ryu.

"Aku tahu, bukan hanya Ryu saja yang kehilangan Mary, tapi aku juga. Aku sedih , tapi aku tidak ingin Mary sedih juga. Kalau kau sudah siap datanglah Ryu." ucap Vio kalut, Vio kemudian bangun dari kursinya dan memeluk Ryu. Mary telah membuat luka yang sangat dalam bagi Ryu dan Vio, dan terutama Ryu , Ryu sama sekali belum bisa melepaskan kepergian Mary sedikitpun tidak.

Air mata Vio perlahan turun membasahi kulit wajahnya yang berwarna putih.

"...Ya." Jawab Ryu pendek. Ryu sendiri bahkan tidak yakin kapan ia akan sanggup melihat nisan dari orang yang sudah merebut hatinya. Tapi Ryu berjanji jika ia sudah siap ia akan membawakan mawar pink dan putih kesukaan Mary.

Ryu kemudian memegang tangan Vio yang sama-sama larut dalam kesdihan.

"Aku akan selalu menemanimu. Aku berjanji."

"Jika sudah siap segera jenguk Mary, ia pasti sangat ingin bertemu denganmu."