[Rp] Move or play?!

Vanessa dihadapi pada permintaan yang sulit. Dia merogoh sakunya, mengambil beberapa permen mint dan 1 lolipop.

"hue...aku punya permen...mau? Yang manis-manis bagus buat otak loh..." tawarnya dengan meyakinkan.

"ryu? Wah...mirip nama karakter yang suaranya diisi sama Mutsuki Asa ya..." gumamnya

"Tidak. Aku tidak doyan permen. " Jawab Ryu. Lucu juga orang ini , mau membayar permainan Ryu dengan permen. Seumur hodup Ryu ini belum pernah terjadi dan siapa lagi Mutsuki Aya itu.

"Baiklah akan kumainkan". Ryu kemudian membuka kotak biolanya dan kemudian ia mengambil . Dalam hitungan beberapa detik ia sudah menyetam biolanya itu. Ia kemudian memainkan lagu gubahan Bethoven Violin Sonata No. 9 in A major, atau yang lebih dikenal dengan reutzer Sonata, ini adalah salah satu lagu yang mempunyai kesulitan sangat tinggi. Ryu dulu membutuhkan seminggu untuk berlatih lagu ini. Padahal lagu Fur Elise yang juga merupakan gubahan Bethoven ini bisa dikuasainya hanya dalam beberapa kali permainan.

"Er.. kalau begitu aku akan kembali ke kamarku. Kalau ada perlu datang saja ke lantai tiga." Clark ijin pamit dan pergi dengan malasnya sambil mengacak-ngacak rambutnya.

"nyunyu? Clark udah mau balik lagi? Ga ada kuliah? Kenapa ga disini saja?" tanya vanessa. Vanessa menahan clark.

"temani aku (menonton ryu)..nee? Kalau clark tidak sibuk..." pintanya. Saat mendengar permainan biola, vanessa terpana mendengarnya.

hebat...

"Aku... sudah selesai kuliahnya. Baiklah kalau itu maumu." Clark langsung menghentikan langkahnya

kelemahan lainnya adalah tidak bisa menolak tawaran anak perempuan.

Vanessa tersenyum mendengar clark yang mau menemaninya.

Dia hanya mendekati clark dan menikmati permainan Ryu sambil sesekali bersenandung mengikuti melodi.

"indahnya...."

Fal hanya bengong melihat permainan Ryu. Ini pertama kalinya dia menyaksikan pertunjukkan biola secara langsung. Sebelumnya Fal hanya mendengar lewat radio saja.

"Waw... jadi seperti ini ya, permainan biola itu. Bagus," ucap Fal yang berguman sendiri. Tentu saja berbeda dengan suara yang biasa di dengarnya, suara alat-alat elektroniknya yang membosankan.

"Jangan bilang kalau kau juga belum pernah mendengar permainan biola... Fal?" Clark mulai sanksi dengan orang ini.

Memang sih... permainannya bagus, tapi dia merasa ada yang kurang.
"Kurang penjiwaan, sedikit lagi maka suaranya akan terdengar sangat lembut." komentar Clark.

Yah, memang benar apa yang dikatakan oleh pemilik apartemen itu. Sejak dulu Ryu tidak pernah bermain dengan hatinya, lebih tepatnya sejak kejadian yang mengubah hidupnya.

Ryu kemudian menutup matanya dan mencoba bermain sambil mengenang masa lalunya.

Quote :

"Jangan bilang kalau kau juga belum pernah mendengar permainan biola... Fal?"

"Eh? Aku pernah kok mendengar permainan biola, di radio," jawabnya polos.

Fal bukanlah dari keluarga yang kaya, jadi memegang biola pun dia tidak pernah, dan masa kecilnya yang selalu bekerja itu yang membuatnya agak tidak tau soal dunia luar.

Dan... permainan pun di mulai lagi. Fal tidak mengerti apa yang di maksud Clark sebagai penjiwaan. Baginya permainan Ryu tetaplah sempurna, karena Fal sendiri tidak mengerti apa yang di maksud penjiwaan. Dia memperhatikan permainan Ryu tanpa ada ekspresi di wajahnya, datar, tetapi matanya tetap tertuju pada permainan Ryu.

"Kalau kau memainkan lagu sedih, jiwai itu dengan mengerti setiap not-nya dan rasakan kesedihan itu. Kalau lagu yang senang kau harus bawakan dengan perasaan gembira seperti lagunya."ujar Clark melihat diamnya bocah itu.

"Mengertilah lagu itu..." ujar Clark lagi.

Ryu mulai mengenang saat ia mulai bertemu dengan gadis itu. ya, lebih tepatnya cinta pertamanya. Ia mengingat saat ia diajarkan cinta dan kepercayaan oleh gadis itu namun sayang kebahagiaanya itu direbut oleh maut.

Ryu mulai memainkan lagunya sesuai dengan kisah hidupnya yang menyedihkan. Mungkin inilah yang dirasakan oleh penggubah lagu tersebut.

"clark benar....." ucap vanessa tiba-tiba. Mata vanessa sedikit berkaca-kaca. "....rasanya ada sesuatu yang menyedihkan di lagu itu." katanya.

Lalu dia menatap clark. "clark, lagu itu memang sangat tergantung dengan penjiwaan. Tapi kita tidak bisa memaksanya untuk menjiwai permainannya sesuai dengan apa yang kita mau. Biarkanlah dia yang menyelami penjiwaannya sendiri..." bisik vanessa dengan nada suara yang agak dewasa. Vanessa rasanya mengerti apa yang dirasakan Ryu saat itu.

Fal malah kebingungan melihat Vanessa yang berkaca-kaca itu. Sayangnya Fal tidak tau apa maksud dari lagu yang di mainkan oleh Ryu tadi. Dia tetap memperhatikannya, tanpa berekspresi sedikitpun.

Hmm... apakah harus seperti itu? Reaksi yang lainnya jika mendengar sebuah musik?

Fal mulai bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Dan dia kesal pada dirinya sendiri, kenapa dia tidak bisa merasakan semuanya? Tetap saja semuanya bagaikan dunia putih dan hitam, tak berwarna, bagi Fal. Semuanya sama.

"Pemainan yang bagus," ucap Fal. Dia sendiri tidak tau harus berbicara apa lagi.

Vanessa melihat Fal. "ah...kamu bisa bermain musik?" tanyanya pada Fal. "oh...maaf, boleh tahu namamu? Aku vanessa." katanya sambil tersenyum.

"kalau kamu bisa bermain musik, kita bisa main bertiga! Clark juga boleh ikut kalau mau.." katanya.

Quote :

"ah...kamu bisa bermain musik?"

Fal menggeleng. Dia memang sempat bermain musik, untuk membantu keuangan ibunya, menjadi pemain musik sementara tetapi Fal tidak terlalu menekuninya, lebih menyukai melukis.

"Tidak. Tapi aku cukup bisa melukis," jawab Fal."Oh, aku Faldio Farand Axelle. Panggil saja Fal. Senang berkenalan denganmu."

Fal berusaha menerapkan apa yang ada di memorinya, cara berkenalan dengan baik dan benar.

Quote :

"kalau kamu bisa bermain musik, kita bisa main bertiga! Clark juga boleh ikut kalau mau.."

"T-tidak, aku tidak usah. Aku menonton saja."

"hehehe...Fal lucu sekali...tidak usah terlalu kaku gitu sama vanessa..vanessa ga galak kok! Coba deh Fal senyum..pasti imut banget.." katanya sambil tersenyum lebar. Niatnya memang tulus untuk membuat Fal tersenyum.

"..eh? Hanya menonton saja? Wah...padahal kan lebih banyak lebih ramai...eh?! Fal bisa melukis? Kereen!" katanya seperti anak kecil.

Mary-ann mulai bosan berdiam diri di kamarnya. Dia segera keluar. Didengarnya suara beberapa orang dari sebuah kamar. Mary-ann pun menghampirinya. "Maaf....apa aku mengganggu? aku penghuni baru di sini" ujarnya.

OOT : @ Marry : Kita lagi di dalam kamar Ryu...
--------------------------------------------------------------------------------

Kenangan itu selesai dengan berakhirnya lagu tersebut. Ryu kemudian membuka matanya selesai ia memainkan biola kesayangannya itu.
"Bagaimana menurut kalian?" Tanya Ryu

Vanessa menepuk tangannya. "wai....keren! Keren banget! Vanessa suka permainan Ryu!" katanya. Dia mendekati ryu dan mencubit pipinya. "ya ampun...ryu manis banget!" serunya. Aneh? Memang.

" Hei, apa yang kau lakukan? " Ucap Ryu stengah berteriak, ia kontan menepis tangan Vanessa.

"Maaf." Ucap Ryu kemudian. Wajahnya memerah karena ia tidak pernah diperlakukan begitu oleh siapapun kecuali seseorang.

Vanesa hanya tertawa kecil. "hahaha...tidak apa-apa..." kata VAnessa. dia masih betah di dekat Ryu meskipun telah sedikit diperlakukan buruk oleh Ryu.

"namun sekali-sekali kau harus senyum juga, Ryu..kalau kau jutek terus nanti ga punya pacar loh..hihihi" katanya lagi. dia mengelus kepala Ryu sejenak, lalu melirik jam. "oh my, kau ke kampus jam berapa Clark? belum pergi juga?"

".. yah, mungkin nanti. " Jawab Ryu cuek . Ryu memang sangat jarang tertawa munkin dalam sehari ia bisa tidak tertawa sama -sekali. Maklum dari dulu orang-orang hanya berusaha untuk menjilatnya sehingga Ryu tidak pernah percaya akan yang namanya teman ataupun bermain seperti anak lainnya.

Quote :

"hehehe...Fal lucu sekali...tidak usah terlalu kaku gitu sama vanessa..vanessa ga galak kok! Coba deh Fal senyum..pasti imut banget.."

Fal sendiri tidak yakin dengan yang di dengarnya. Vanessa orang pertama yang menyuruhnya untuk tersenyum.

"I-mut? Hngg... mungkin aku harus latihan di depan cermin selama berhari-hari untuk tersenyum," jawab Fal muram.

Quote :

"..eh? Hanya menonton saja? Wah...padahal kan lebih banyak lebih ramai...eh?! Fal bisa melukis? Kereen!"

"Eh, iya... lebih baik menonton saja. Tidak keren, kok. Aku hanya menggambarkan apa yang kulihat saja," jawabnya lagi.

Vanessa tetap tersenyum. "ayolah Ryu...tersenyum itu tidak buruk kok!" katanya. "coba deh senyum kayak vanessa...kayak gini...hehehe" dia menunjuk senyumannya sendiri.

Kembali ke Fal. "ngomong-ngomong, vanessa boleh liat lukisannya Fal ga?" pintanya. "habis...seumur hidup, vanessa cuman bisa gambar orang-orangan sawah sama gurita..hehehe" katanya sambil memainkan rambutnya.