[ST]New Lovers

Clark selesai bersiap. Dia pergi ke ruang tengah lalu mencabut earphone vanessa.
"ayo pergi, sayang." clark berbisik di telinganya.

mereka berdua pergi meninggalkan apartemen dan mulai berjalan.
"mau coba pastry di toko itu?" clark menunjuk toko yang dimaksud. "enak loh."

satu hal yang perlu disadari, clark belum berani menggandeng vanessa.

Clark selesai bersiap. Dia pergi ke ruang tengah lalu mencabut earphone vanessa.
"ayo pergi, sayang." clark berbisik di telinganya.

mereka berdua pergi meninggalkan apartemen dan mulai berjalan.
"mau coba pastry di toko itu?" clark menunjuk toko yang dimaksud. "enak loh."

satu hal yang perlu disadari, clark belum berani menggandeng vanessa.

Vanessa yang dibisiki lembut oleh Clark merinding sendiri. dia paling lemah di telinga. telinganya sangat amat sangat sensitif. dia hanya bisa memegangi kupingnya yang dibisiki clark sambil mengangguk.

akhirnya mereka berjalan-jalan di blok sekitar Azure. "etoo..clark, sebenarnya kita mau belanja apa? perasaan belanja bahan-bahan dan perlengkapan uda deh seminggu yang lalu?" tanyanya.

saat Clark menawarkan pastry, vanessa mengangguk. apalagi ketika dilihat baik-baik, ada blueberry cheesecake di etalasenya. itu adalah kue kesukaan Vanessa. langsung saja dia menarik tangan Clark dan berkata, "ayo kita kesana, sayang~" katanya sambil tersenyum sangat manis.

Clark hanya bisa pasrah ditarik oleh Vanessa. Tapi dia juga menutupi hidungnya lagi, menahan agar dia tidak mimisan meihat senyuman Vanessa yang sanggup membuatnya melting.

"Baiklah... ayo pesan saja. Sekalian kita makan di sini. Aku pesan smoked beef bread dan secangkir capuccino." Clark memesan di meja kasir lalu duduk di salah satu kursi yang ada di pojok ruangan.

"Spertinya kita memang tida akan belanja... yah... kita jalan-jalan saja. Menikmati hari yang cerah ini."

"tolong seporsi blueberry cheesecake dan mocha chino ya~" katanya. lalu dia mengikuti Clark duduk di pojok cafe itu. cafe itu tempatnya lumayan enak. dengan atmosfir retro yang asik. menurut Vanessa, ini adalah tempat yang enak untuk bersantai. mungkin sekali-sekali dia harus mengajak Feilan kesini.

"oh..begitu..asik...jalan-jalan dengan Clark~!" katanya sambil tersenyum manis. "jadi...bisa dibilang ini kencan pertama kita kan? saayaaang~?" katanya dengan manja. sebenarnya dia tidak manja, dia hanya iseng untuk melihat reaksi Clark.

dia teringat sesuatu. "hei, Clark. rasany tiap aku tersenyum, kamu selalu menutup hidungmu..sebenarnya karena apa sih? aku penasaran..."

Quote :

"hei, Clark. rasany tiap aku tersenyum, kamu selalu menutup hidungmu..sebenarnya karena apa sih? aku penasaran..."

Clark langsung tersedak minumannya. Dia kaget dengan pertanyaan itu. Mukanya langsung memerah dan dia langsung memalingkan wajahnya karena malu. Dia tidak ingin dianggap lemah oleh Vanessa.

"Uhm... i-itu..." Clark memutuskan untuk mengatakannya saja. "Karena aku... tidak sanggup melihat senyuman seorang perempuan yang sangat manis dan mempesona. Selalu saja membuatku hampir mimisan... makanya..." Clark langsung menunduk karena malu dengan apa yang dikatakannya. Dia mengatakan kelemahannya.

"Er... Vanessa... momen ini... kita pakai untuk saling mengenal ya... kita ceritakan kebiasaan kita masing-masing..." Clark mengatakannya.

"Aku... punya kebiasaan merokok setiap bulan purnama. Aku merokok sebulan sekali saja. Dulu aku perokok berat, sekarang tidak lagi. Aku juga lemah pada alkohol, terutama wine, dulu aku adalah alkoholik... sekarang sudah tidak. Lalu... aku selalu tidak tahan jika berada terlalu dekat dengan gadis yang imut, manis, atau cantik... itu kelemahanku..." tutur Clark dengan jujur.

"ooooh...." mulut vanessa membentuk huruf 'o' ketika Clark membeberkan alasan pada vanessa. dalam hati dia tertawa kecil. kenapa? karena dimatanya Clark masih terlampau canggung dalam menghadapi wanita.

"hhe..aku tidak menyangka kalau clark terlalu canggung dengan perempuan imut.." katanya sambil tersenyum manis. "clark lucu banget kalau lagi canggung gini.." katanya sambil menatapmata clark dalam-dalam.

lalu dia menyadari sesuatu. "oh, sekarang giliranku ya...hm..aku jadi bingung harus darimana...atau begini saja deh. kamu ingin tau apa tentangku..sebagai Vanessa Svart?"

Clark tersenyum dan menatap mata vanessa dengan dalam.
"semuanya. Semua tentangmu. Kebiasaanmu, kekuranganmu, yang tidak kau sukai... semuanya..." clark memang ingin tau semuanya.
"ah, setelah kau selesai cerita kita ke florist di sana ya!"

Clark tersenyum dan menatap mata vanessa dengan dalam.
"semuanya. Semua tentangmu. Kebiasaanmu, kekuranganmu, yang tidak kau sukai... semuanya..." clark memang ingin tau semuanya.
"ah, setelah kau selesai cerita kita ke florist di sana ya!"

Vanessa memakan cheesecakenya sambil merenung sebentar. dia masih bingung harus mulai dari mana. "ok, begini aja..aku awalnya hanya anak petani lavender di desa yang bermimpi jadi seiiyu. setelah mendapat beasiswa dan disekolahkan di sekolah seiiyu, karirku meningkat. hanya saja aku selalu menggunakan nama samaran dan berubah menjadi orang lain saat menjadi seiiyu.."

vanessa menarik napas. "sekarang, aku, maksudku, mutsuki sudah terkenal dan aku mempunyai rumah di dekat rumah tanteku. namun sekarang aku lebih memilih untuk tinggal di azure bersama orang yang aku cintai...sangat-amat-sangat aku cintai dan aku sayangi.."

"lalu apalagi? oh! kebiasaan buruk aku adalah: suka mendadak tuli. kalo dipanggil orang lain suka nggak nyadar. terus suka ngedengerin MP4 kemana-mana. yang lebih aneh lagi, entah mengapa, hidup aku selalu dekat dengan para Gay...apalagi ya??" katanya panjang lebar. dia meminum mocha chinonya sambil berpikir lagi.

"gay?" clark merasa salah dengar. Tapi kalau pun benar, dia tiba-tiba jadi over protektif.
lalu vanessa berhenti bercerita.
"kenapa kau tidak tinggal di jepang?" tiba-tiba saja dia ingin bertanya seperti itu.

"gay?" clark merasa salah dengar. Tapi kalau pun benar, dia tiba-tiba jadi over protektif.
lalu vanessa berhenti bercerita.
"kenapa kau tidak tinggal di jepang?" tiba-tiba saja dia ingin bertanya seperti itu.

melihat Clark yang sepertinya kaget mendengar kata 'gay', vanessa hanya terkekeh. dia memang mempunyai takdir hidup yang unik. "ya, gay, entah mengapa, aku sangat dekat dengan orang-orang seperti itu...mulai dari tetanggaku di desa, Feilan, Russel, Ivan, ah...jangan sampai kamu juga seperti itu ya...hehehe" katanya.

mendengar pertanyaan Clark, dia termenung sebentar. "jepang ya......bahasa jepangku buruk, lagipula aku sudah terkenal di sini. sayang rasanya meninggalkan pekerjaanku di sini.." katanya sambil menyendok cheesecakenya lagi

"ah, tidak mungkin. Kan ada kamu." clark menyangkal.

"ayo kita ke florist. Kau suka bunga apa?" clark selesai dengan makanannya lalu bangkit dan mengulurkan tangan pada vanessa.

"hhe..iya juga ya?" gumamnya sambil menggetok kepalanya pelan. saat Clark mengajaknya ke florist, dia menatap Clark dengan tatapan heran. "florist? memangnya kamu beli bunga untuk siapa?" tanyanya.

saat ditanya apa bunga kesukaannya, Vanessa berpikir. "wel...mungkin mutsuki akan suka bunga lili, tapi aku lebih suka....lavender!" katanya. pilihan yang tak terduga.

"soalnya itu bikin aku ingat rumah.." katanya lagi.

"oke, kita beli bunga lavender. Aku ingin apartemen kita terlihat lebih segar. Mungkin aku juga akan membeli jasmine." clark menarik vanessa ke florist.
"belilah bunga yang kamu suka." ujar clark.

"setelah ini kita ke mana? Berjalan di tepi sungai?" mengingat lyon dilewati sungai besar.

"oke, kita beli bunga lavender. Aku ingin apartemen kita terlihat lebih segar. Mungkin aku juga akan membeli jasmine." clark menarik vanessa ke florist.
"belilah bunga yang kamu suka." ujar clark.

"setelah ini kita ke mana? Berjalan di tepi sungai?" mengingat lyon dilewati sungai besar.

"yay~! makasih banyak Clark~" serunya riang sambil menciup pipi Clark dengan spontan.dia langsung berlari kecil di dalam toko bunga. dia berbincang-bincang dengan florist yang ada di sana. ternyata memang bunga lavender yang ada di sana diambil dari kebun ayahnya. dia senang sekali.

setelah membeli bunga, dia menggandeng Clark sepanjang jalan. "ehehe..ternyata bunga lavender ini dari kebun ayahku! senangnya~" katanya sambil tersenyum. mendengar ajakan Clark untuk ke tepi sungai, Vanessa mengangguk.

"aku ikut kemanapun kamu pergi...hehehe" katanya sambil tersenyum super duper imut.

Senyuman itu hampir membuat clark terjatuh. Saking terpesonanya clark pada vanessa.

akhirnya mereka sampai juga di tepi sungai. Rasanya indah sekali pemandangannya. Tanpa sadar clark merangkul vanessa dan menyandarkan kepala vanessa di bahunya.

"hei, jadi acara penghargaan voice actress itu kapan? Aku kan akan datang sebagai pasanganmu."

pemandangan sungai. indah sekai. dan itu sempurna dengan lavender di tangannya. vanessa tidak bisa berhenti tersenyum saking senangnya. ketika Clark bertanya tentang Siiyu awardsnya, vanessa berpikir. "er...oh! 3 hari lagi..kenapa gitu?" tanyanya.

menyadari adanya kata 'pasangan', vanessa baru ingat. ketika pertamakali di Azure, dia meminta tolong pada Clark tentang itu. "oh! iyaiya! aku baru ingat! jadi, bagaimana??" tanya vanessa balik.

"Tentu saja aku akan datang sebagai kekasihmu. Tapi aku akan tetap menyembunyikan identitasku. Clara yang akan membantu." clark tersenyum pada vanessa.

"ayo kita makan siang di luar lalu kita pulang. Oke?"

"Tentu saja aku akan datang sebagai kekasihmu. Tapi aku akan tetap menyembunyikan identitasku. Clara yang akan membantu." clark tersenyum pada vanessa.

"ayo kita makan siang di luar lalu kita pulang. Oke?"

Vanessa mengangguk. "tapi...makan siangnya di Azure saja ya? aku jadi punya firasat ga enak tentang makan siang diluar...." katanya ragu. "well, para wartawan ada dimana saja" katanya sambil mengangkat bahu.

"semoga Seiiyu award nanti akan menyenangkan...*!*" vanessa teringat sesuatu. "tunggu...Scarlett pernah bilang, dia member Mutsuki fansclub kan??" tanyanya. "kalau iya....berarti dia juga akan ada di acara itu!"

"ah, baiklah." clark akhirnya mengajak pulang vanessa.

"um... Santai aja, aku juga akan menyamar. Clara yang akan mendandaniku." clark mengecup vanessa sebelum gadis itu makin panik.

"ah, baiklah." clark akhirnya mengajak pulang vanessa.

"um... Santai aja, aku juga akan menyamar. Clara yang akan mendandaniku." clark mengecup vanessa sebelum gadis itu makin panik.