"Lakukan ini untukku Will..." Anna tersenyum lemah.
"Tidak!" Will terkesiap, ia melirik ke sekeliling.
Kamarnya.
"Uft..." Will menghela nafas. Mimpi yang dulu sering menghantuinya.
Mimpi yang sedikit demi sedikit mulai pudar dan menghilang itu kini muncul lagi. Kenapa?
Will menggeleng lemah. "Maafkan aku, Anna..." Bisiknya sedih.
Seandainya kasus ini segera ditangani. Seandainya diagnosanya lebih akurat. Seandainya saja penyakit itu bisa disembuhkan.
Anna masih hidup sampai sekarang.
Will menggeleng lebih keras. Bersikap seperti ini sama saja ia melanggar janjinya. Masa lalu tidak boleh dilupakan. Bukan untuk diratapi, tapi untuk dipelajari, agar kesalahan yang sama jangan sampai terulang. Will lalu bangun dari tempat tidurnya dan merapikannya sedikit.
"Lucas?" Will berseru sambil berjalan ke luar kamar. Tidak ada jawaban.
Dua kemungkinan. Satu, Lucas masih tidur. Dua, Lucas sedang tidur. Will mengetuk pintu kamar Lucas. Ketika tidak ada jawaban, Will membuka pintu sedikit dan mengintip.
Gotcha.
Will mengangkat bahu sedikit lalu kembali menutup pintu kamar Lucas. Ia lalu beranjak ke dapur. Ingatan akan mimpinya belum sepenuhnya terlepas dari benaknya.
"Entahlah, yang jelas, saya tidak ingin dirawat Dokter pirang sok seperti Anda!" Bentak gadis itu geram.
Will menghela nafas. "Saya ahli bedah kardiovaskuler. Saya akan berusaha sedapat mungkin untuk membuat Anda pulih kembali."
Mata Ivanovski menyipit. "
Anda yang akan mengoperasi saya?" Tanyanya sinis.
"Ya." Jawab Will tegas.
"Dr. Bowman adalah ahli bedah yang cemerlang meski ia baru resident tahun pertama, Anda jangan khawatir." Seorang juru rawat, Kate Beery kalau tidak salah, membela Will. Agak lebih bersemangat dari yang dibutuhkan. Ivanovski mengalihkan pandangannya pada suster itu.
"Baiklah,
bagaimanapun mungkin saya akan membiarkan Anda mengoperasi saya, Dokter..." Ucapannya hampir seperti bisikan, nadanya merendahkan. "Mungkin saya akan mati di meja operasi, sesuatu yang tampaknya sudah dapat dipastikan, dan saya harap Anda dipenjara karena tuduhan pembunuhan karenanya!" Tandasnya pedas.
Will mengerutkan dahi, "saya tahu Anda cemas, tapi cobala..."
"Cemas?!" Ivanovski memotong kalimat Will dengan gusar. "Hanya karena
Anda akan
memotong jantung saya, maka saya cemas? Saya rasa tidak!!!" Suaranya naik beberapa oktaf.
"Hmm..." Will mencoba menghitung di dalam hati, berusaha untuk sabar. "Saya akan pergi dulu sekarang, silakan panggil saya jika Anda membutuhkan saya."
"Baik,
Dokter..." Sahut Ivanovski angkuh.
Hampir saja Will memutar bola mata saking kesalnya. Ia lalu melirik ke arah juru rawat. "Saya membutuhkan EKG dan tes kimia darah." Perintahnya pelan. Ia lalu berbalik dan pergi.
Di luar pintu, sekali lagi Will menghela nafas kesal. "Apa sih maunya Nona Besar itu?" Gerutunya sebal. Ia melirik papan dada yang dibawanya.
Anastasia Ivanovski. 17 Tahun. Diagnosis : Tumor Jantung.
Semuda ini ia sudah mengidap Tumor Jantung. Pasti gara-gara tempramennya.
Will mengangkat bahu. Urusannya dengan gadis kecil itu sebentar lagi akan selesai.
que se segueixen ~--
Comment