Azure Life RPG Forum
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Azure Life RPG Forum

An Original Roleplay About Real Life.
 
IndeksIndeks  HomeHome  Latest imagesLatest images  PencarianPencarian  PendaftaranPendaftaran  LoginLogin  
Login
Username:
Password:
Login otomatis: 
:: Lupa password?
User Yang Sedang Online
Total 4 uses online :: 0 Terdaftar, 0 Tersembunyi dan 4 Tamu

Tidak ada

User online terbanyak adalah 23 pada Wed Jun 10, 2020 10:22 pm
Poll
Latest topics
» Absensi, 1 x satu hari
[omake]The Beautiful Violet Orbs Icon_minitimeby rena kiryuu Fri Apr 03, 2015 10:17 pm

» Perasaan kalian hari ini
[omake]The Beautiful Violet Orbs Icon_minitimeby rena kiryuu Fri Apr 03, 2015 10:17 pm

» [RP] Pumpkins ! - Market
[omake]The Beautiful Violet Orbs Icon_minitimeby Chou Tue Jun 21, 2011 6:17 pm

» Komentari Signature di atas!
[omake]The Beautiful Violet Orbs Icon_minitimeby rena kiryuu Tue Jun 21, 2011 8:36 am

» Manga yang lagi diikutin!
[omake]The Beautiful Violet Orbs Icon_minitimeby Chou Mon Jun 20, 2011 9:48 pm

» Re-Registration Character RP
[omake]The Beautiful Violet Orbs Icon_minitimeby dicky Fri Dec 31, 2010 8:10 pm

» [REG] Spencer Van Delft - Double Room
[omake]The Beautiful Violet Orbs Icon_minitimeby Assyanm Thu Nov 18, 2010 9:43 pm

» [FRP] Come again! new season come again!
[omake]The Beautiful Violet Orbs Icon_minitimeby ciken Thu Sep 30, 2010 8:49 pm

» Sambung kalimat
[omake]The Beautiful Violet Orbs Icon_minitimeby Kencana Shiroi Wed Sep 29, 2010 11:12 pm

Affiliates
Clamp-Factory
Niji Lima - Ganbarimashou!
Ouran Indo
Al'loggio: Yaoi Daily Life Roleplaying Forum
SHIKOKU
Fort of Heaven
Phantom Bilingual RPG Forum
yami no sekai
Image Hosted by ImageShack.us
free forum
Fatalite
Saint Sanctuary
Neverworld

 

 [omake]The Beautiful Violet Orbs

Go down 
PengirimMessage
Yuuto Tamano

Yuuto Tamano


Jumlah posting : 1056
Join date : 27.07.09
Age : 30
Lokasi : Bandung Tenggara

Character sheet
Character Name: Scarlett Envy Siegfierd
Job: Pelajar, Pekerja sambilan di sebuah kedai kopi.
Age: 16

[omake]The Beautiful Violet Orbs Empty
PostSubyek: [omake]The Beautiful Violet Orbs   [omake]The Beautiful Violet Orbs Icon_minitimeTue Aug 04, 2009 8:46 pm

Chapter 1
Yesterday, Today, and Tomorrow


Kemarin, hari ini, dan besok…adalah sama seperti hari-hari sebelumnya. Sama seperti biasanya, sebuah rutinitas yang benar-benar membosankan dan membuatku hampir alergi. Ingin sekali aku keluar dari sangkar rutinitas ini.

Saat ini pun aku masih saja berkutat dengan huruf-huruf di hadapanku. Matematika, Fisika, dan Ekonomi. Kata-kata itu benar-benar membuatku merasa ingin muntah. Tapi apa daya? Aku betulkan posisi kacamataku yang agak turun ke bawah, dan kemudian jari-jariku kembali bermain dengan sang pensil mekanik yang kupegang.

Kedua mata violetku tak dapat melihat huruf-huruf dengan jelas, aku tak tahu kenapa. Sejak lahir aku sudah seperti itu, ketika pertama kali belajar membeca pun aku mengenakan kacamataku. Anehnya, aku masih dapat melihat dengan jelas berbagai benda selain huruf-huruf menjijikan itu.

Fokusku kembali pada ketiga mata pelajaran yang ada di meja belajarku. Aku baru saja berhasil menyelesaikan 100 soal matematika Trigonometri, namun masih ada ratusan soal fisika dan ekonomi yang belum selesai kukerjakan. Fisika tentang rangkaian listrik dan Ekonomi tentang Ekonomi mikro. Tampaknya bisa kuselesaikan semuanya hari ini.

Bagi orang biasa, mungkin sudah stress duluan dan bunuh diri jika mereka menjadi diriku saat ini. Tapi bagiku, mengerjakan soal-soal setaraf olimpiade ini sudah menjadi makanan sehari-hari. Aku ingin pusing, aku ingin mual, tapi tak bisa. Sepertinya otakku sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini. Mau tak mau, aku harus mengerjakan soal-soal ini.

Karena kalau tidak, ayahku akan memarahiku. Mungkin saja aku tidak akan mendapat makan malam kalau tidak menyelesaikan semua ini.

Kriing-

Bunyi itu mengagetkanku. Telepon yang terletak di sebelah meja belajarku berdering cukup nyaring, walau begitu tetap membuatku kaget. Tanpa basa-basi aku mengangkatnya, dan mendengar suara yang kukenal dari seberang.

“Hei Scarlett-chan! Kau mau pergi nonton dan karaoke siang ini? Matsumoto-kun dan Kaorin-chan mengajakku dan teman-teman, katanya mau merayakan hari jadi mereka. Hari ini bisa ikut kan?”

Suara itu suara Miyuki, tetanggaku yang merupakan teman permainanku sejak kecil. Matsumoto dan Kaorin mengajak nonton dan berkaraoke? Ah, aku mau ikut!

Seandainya saja aku bisa mengatakan itu.

“Maaf Miyuki-chan… Tapi aku…” jawabku ragu.

“Lagi-lagi tidak bisa ya?” tanyanya.

“Iya… kau tahu ayahku, kan?”

“…Ngg… Ya udah deh… selamat belajar ya, Scarlett-chan! Yang tegar ya!” serunya dari seberang. Miyuki pun lalu menutup teleponnya, begitu pula denganku. Aku terdiam sejenak. Tanpa kusadari, air mata mulai jatuh dan membahasi pipiku.

Aku ingin bermain! Aku ingin ingin bermain dan berpesta bersama teman-temanku! Aku ingin tertawa bersama teman-temanku! Tapi… kenapa aku masih berada di sini? Di kamar ini? Dan memeras otakku perlahan-lahan dengan soal-soal yang memuakkan itu?

Jawabannya hanya satu, yaitu ayahku.

Aku tak bisa menentang kemauan ayahku untuk menjadikanku pewaris tunggal perusahaan kopi dan kedai-kedai kopi keluarga kami. Aku adalah anak tunggal. Aku tak punya kakak, maupun adik. Untuk melancarkan keinginannya itu, ayah terus menerus memaksaku untuk belajar, belajar, dan belajar. Aku bahkan di-homeschooling-kan semenjak aku berusia 10 tahun.

Kini sudah 6 tahun berlalu. Ketika anak-anak remaja lainnya sedang bersenang-senang dan menikmati kehidupan remaja mereka dengan menyenangkan, aku harus berkutat dengan pelajaran, pelajaran, pelajaran, dan cara membuat kopi yang yang enak. Aku bahkan sudah mempelajari beberapa materi setingkat universitas.

Aku muak, aku sudah jenuh, aku hampir gila! Aku ingin berlari jauh dari semua tekanan dan paksaan ini. Pergi jauh dan menghilang. Tapi aku tak bisa! Aku tak bisa menentang keinginan ayahku, aku tak bisa menentang semua kata-kata yang diucapkan ayahku. Aku takut. Aku takut… Aku terlalu takut bahkan untuk menyanggah kata-kata ayahku.

Tapi walaupun begitu, aku tak bisa membenci ayahku. Walaupun ayahku begitu padaku, selalu memaksaku, tapi beliaulah orang yang paling kuhormati sejagat raya ini. Aku sangat menyanyanginya, menyukainya. Aku tak ingin membuat ayahku kecewa. Hanya ayahku… Yuto Siegfierd.

Yuto adalah seorang ayah yang baik. Beliau murah senyum, selalu membantuku, selalu ada untuk menghiburku di saat aku sedang sedih. Beliau selalu ada untukku. Walaupun memang sedikit mesum dan selalu digandrungi oleh wanita-wanita lain selain ibuku. Tapi beliau adalah orang yang paling kusayangi dan kuhormati seumur hidupku.

Lalu kenapa sejak tadi aku terus saja mengeluh tentang ayahku? Bukan, bukan Yuto yang aku maksud, melainkan Yuuto Tamano. Dia-lah pria paling kubenci yang selalu memaksaku seenaknya. Dia sang psikopat, dengan kata-katanya yang kasar, dia adalah kepribadian lain dari ayahku.

Ya, ayahku memiliki dua kepribadian yang saling bertolak belakang. Ayahku yang baik hati dan kusayangi bernama Yuto Siegfierd, dan satu lagi yang kubenci–bahkan aku tak menganggapnya sebagai ayah bernama Yuuto Tamano. Yuuto adalah tipe orang terkejam yang pernah kutemui. Mereka dua kepribadian dalam satu tubuh.

Namun beberapa tahun terakhir ini, ayahku, Yuto, jarang sekali muncul ke dunia nyata. Entah kenapa selalu saja Yuuto Tamano yang mengambil alih tubuh ayahku. Ibuku bahkan tak bisa berbuat apa-apa terhadap tingkah laku Yuuto walaupun aku tahu ibuku selalu saja mengeluh dan mengancam akan membunuhnya. Dan itu tidak mempan bagi seorang Yuuto Tamano.

Keluargaku baik-baik saja, walau terlihat seperti itu. Semuanya karena Yuuto.

Kriiet-

Aku kaget, seseorang datang dan membuka pintu kamarku. Dengan cepat aku segera kembali duduk di kursi dan meja belajarku serta berpura-pura kembali berkutat dengan buku-buku pelajaran di depanku. Jantungku berdebar kencang. Aku takut! Aku bahkan sampai tidak berani menoleh ke arah pintu kamarku.

Walaupun begitu, dengan serentak aku langsung tahu bahwa seseorang yang membuka pintu kamarku dan masuk ke kamarku adalah ayahku, Yuuto Tamano.

[to be continued]
Kembali Ke Atas Go down
Yuuto Tamano

Yuuto Tamano


Jumlah posting : 1056
Join date : 27.07.09
Age : 30
Lokasi : Bandung Tenggara

Character sheet
Character Name: Scarlett Envy Siegfierd
Job: Pelajar, Pekerja sambilan di sebuah kedai kopi.
Age: 16

[omake]The Beautiful Violet Orbs Empty
PostSubyek: Re: [omake]The Beautiful Violet Orbs   [omake]The Beautiful Violet Orbs Icon_minitimeWed Aug 05, 2009 8:14 pm

Chapter 2
That Very Weird Voice, Surprising Me


Dia datang! Lagi-lagi dia datang ke kamarku. Entah kenapa–atau mungkin memang merupakan sesuatu yang terjadi secara alamiah, jantungku berdebar kencang setiap kali dia datang ke kamarku. Peluhku mengalir melalui sisi wajahku. Bahuku sedikit gemetar.

Aku tak tahu apa yang akan ia lakukan terhadapku hari ini. Mungkinkah dia akan memukulku? Tidak, itu terlalu berlebihan, mungkin dia akan memarahiku lagi? Mungkin…Tapi aku tak tahu apa yang akan terjadi nanti. Debaran kuat ini membuat pikiranku berbelit-belit.

Aku melirik sedikit ke arahnya. Tidak, dia sedang memandangku dengan kedua mata cokelatnya yang dingin dan ketus. Dia memang benar-benar Yuuto Tamano. Terbukti dengan warna pakaiannya yang seluruhnya berwarna hitam. Bertolak belakang sekali dengan ayahku, Yuto Siegfierd, yang selalu memakai pakaian dengan warna cerah. Fahionable memang, tetapi kalau warna hitam semuanya jadi tampak menyeramkan.

Aku meneguk ludahku. Jujur, aku benar-benar takut! Sangat takut! Namun, Yuuto pernah bilang padaku. Aku harus melaporkan apa saja yang sudah kuperbuat ketika dia masuk ke kamarku. Dengan tangan gemetar, aku meraih buku fisika di depanku, dan membalikkan badanku untuk menghadapnya.

“A-Ayah… Selamat siang!” sapaku gemetar karena takut.

Yuuto terdiam sejenak. Ia terus saja menatapku dengan dingin. Entah ini hanya khayalan atau bukan, tapi aku merasa sekelilingku ikut menjadi dingin seperti saat ada hujan salju di dekatku, padahal saat ini adalah akhir musim panas.

“Siang!” jawabnya singkat, padat, dan dingin. “Kau ini idiot atau apa? Bukankah aku sudah bilang padamu hal sialan ini berkali-kali, kalau setiap jam 1 siang adalah waktunya laporan! Tapi kau sama sekali tak datang melapor padaku!”

Ah, benar…Aku lupa…Aduh, bagaimana ini? Bagaimana ini? Bagaimana ini??

Aku menundukkan kepalaku. Lagi-lagi aku dimarahi. Aduh, dasar aku bodoh! Kenapa bisa sampai lupa hal sepenting itu? Ini pasti karena aku terlalu banyak berpikir. Akhir-akhir ini aku sering sekali lupa hal-hal penting. Ah…seharusnya ayah tahu, bahwa otak manusia itu pasti selalu ada batasannya.

Aku hanya bisa terdiam. Terasa sekali ada sesuatu yang menggetarkan hati dan kedua pelupuk mataku setiap kali Yuuto mengeluarkan kata-kata kasarnya padaku. Sesuatu itu merangsang air mataku untuk segera terjun keluar dari kedua kelopak mataku. Bahuku bergetar untuk menahannya.

Tanpa sadar aku menahan nafasku. Pita suaraku juga seperti terikat dengan sesuatu, karena aku sama sekali tak bisa mengeluarkan suaraku. Aura dan kata-kata Yuuto menekan-nekan tubuhku. Rasanya sesak.

“Setiap pelanggaran bodoh yang dilakukan, pasti akan selalu ada hukuman. Dan akulah yang akan memutuskan hukumanmu, anak bodoh! Aku ingin menerapkan sikap disiplin padamu!” serunya dingin.

Menerapkan sikap disiplin? Apakah ini yang dinamakan disiplin itu, ayah? Yang kau lakukan selama ini hanyalah kekerasan dan pemaksaan, ayah! Bukan disiplin!

“Tugas yang seharusnya diberikan besok dan lusa, kerjakan semuanya hari ini! Jika semuanya tak selesai sampai makan malam tiba, kau takkan dapat makan malam sedikit pun, anak bodoh! Aku tidak menerima kata tidak maupun sinonimnya!” suruhnya tegas, namun tetap saja terdengar kasar bagiku.

Aku kaget, mata violetku terbelalak. Tugas untuk besok dan lusa diselesaikan hari ini? Itu berarti aku harus mengerjakan kira-kira 500an lebih soal-soal pelajaran menjijikan itu hari ini? Semuanya hari ini? Oh tidak…Aku yakin aku tak mampu menyelesaikan semuanya sekaligus. Aku takkan dapat makan malam hari ini!

Air mataku benar-benar sudah tak tahan lagi untuk segera meluncur keluar dari kelopak mataku. Aku pun tak dapat menahannya lagi lebih lama. Akhirnya, aku biarkan saja dirku menangis sepuasnya. Diiringin dengan wajahku yang memerah karena kesal.

Yuuto hanya menganggapku mainan! Apakah ini yang dinamakan seorang ayah? Ini sudah keterlaluan. Semuanya sudah kelewat batas! Ibu… tolong aku! Keluarkan aku dari sangkar penuh duri ini! Dan ayahku yang kusayangi, Yuto, kenapa kau tak membelaku dari siksaan alter-ego mu ini?

Ingin rasanya aku menentang dan membantah semua kata-kata kasar dan perintah-perintah yang ia serukan padaku. Aku benar-benar sudah tak tahan! Aku tak kuat! Tapi kenapa aku sama sekali tak bisa berkata apa-apa? Dasar aku pengecut! Aku benci diriku! Aku benci!!

Seseorang! Tuhan, ibu, teman-teman, atau, siapa pun itu! Tolong aku!!

Fufufu, kau memanggilku, Scarlett bodoh?

Eh? Siapa itu? Siapa yang memanggilku bodoh?

Ini aku, bodoh! Kau memanggilku, kan?

Si-Siapa? Siapa itu?

Kenapa ini? Ada apa? Tiba-tiba saja, aku merasakan ada suara yang mengiang-ngiang di kepalaku. Suara itu...mirip denganku, namun entah kenapa terdengar lebih berat. Apa itu? Apakah aku mendengar halusinasi? Hiiy- aku takut!

Tenang Scarlett, anggap saja suara tadi itu hanya halusinasi belaka.

Kau menganggapku halusinasi? Sialan kau! Tidak sopan! Aku ini asli tahu!

Suara itu datang lagi! Oh Tuhan, apa salahku? Kenapa kau membuatku seperti ini! Siapa yang berbicara padaku itu? Siapa? Oh..Mungkin aku hanya sedang bermimpi buruk.

Khayalan-khayalan-khayalan-khayalan-khayalan-semuanya hanya khayalan, Scarlett, dan suara itu juga!

Hei, sudahlah! Jangan menghabiskan energimu untuk berkata hal bodoh begitu! Bagaimana pun juga, aku ini asli! Aku ini nyata!

Hiiy- suara itu datang lagi! Ampun! Ampun! Maafkan aku wahai suara! Maafkan aku jika aku berbuat salah…Tolong jangan ganggu aku!

Ampuun ini anak! Susah ya dibilangin! Aku ini kesadaranmu yang lain! Ah, lebih tepatnya, aku ini alter-egomu!

Eh, apa? Apa katanya tadi?

Sekali lagi, aku ini kepribadian lain darimu. Yang tercipta karena keinginan dan tekadmu untuk melawan ayahmu. Jadi aku bisa dan akan menolongmu. Kau ingin bebas dari semua kekangan dan paksaan ini kan?

Hhah? Apa katamu tadi? Menolongku? Memangnya kau bisa?

Tentu saja, itu hal yang mudah bagiku! Sekarang kau ingin kutolong kan? Cepat, pejamkan matamu, dam kau akan masuk ke dalam dimensi antara dunia nyata dan alam bawah sadarmu! Cepatlah!

Sejujurnya, selama ini aku tak mengerti apa yang suara itu katakan. Aku setengah tak percaya dengan semua kata-kata anehnya. Namun, aku memilih untuk menuruti apa yang suara itu lakukan. Mungkin saja akan terjadi suatu keajaiban padaku.

Aku memejamkan mataku.

Tiba-tiba aku merasa seperti berputar-putar, tubuhku terasa ringan. Seperti tak ada gaya gravitasi yang bekerja pada tubuhku. Sesuatu seperti menekanku. Sebenarnya…Apa yang terjadi padaku??

Bukalah matamu! Lihat dan dengarkan saja apa yang akan terjadi padamu nanti!

Aku membuka mataku perlahan-lahan. Seketika saja kedua mata violet-ku terbelalak. Aku berada di sebuah tempat yang benar-benar sangat asing. Sekelilingku terasa gelap. Namun ada suatu sumber cahaya yang sekarang menjadi fokusku. Aku memutuskan untuk melangkah mendekatik cahaya itu dan-

Aku melihat diriku sendiri di dalam cahaya itu, dan juga Yuuto Tamano yang menatap tubuhku dengan tajam. Aku juga melihat seluruh isi kamarku dari sudut yang lain. Aku juga tak bisa menggerakkan tubuhku. Kenapa ini? Apa yang terjadi padaku?

Hebatnya lagi, aku melihat tubuhku…Sedang tersenyum sinis dan menatap balik Yuuto dengan tajam.

[to be continued]

Comment? Klik HERE
Kembali Ke Atas Go down
Yuuto Tamano

Yuuto Tamano


Jumlah posting : 1056
Join date : 27.07.09
Age : 30
Lokasi : Bandung Tenggara

Character sheet
Character Name: Scarlett Envy Siegfierd
Job: Pelajar, Pekerja sambilan di sebuah kedai kopi.
Age: 16

[omake]The Beautiful Violet Orbs Empty
PostSubyek: Re: [omake]The Beautiful Violet Orbs   [omake]The Beautiful Violet Orbs Icon_minitimeSat Aug 08, 2009 9:21 pm

Chapter 3
Hangyaku no Scarlett (Scarlett of the Rebellion)


Satu? Hanya satu? Kenapa cuma satu?

Padahal aku sudah susah payah dan berkali-kali melakukannya dengan Sheera, tapi kenapa cuma satu? Kenapa aku cuma punya SATU orang anak PEREMPUAN? Garis bawahi: perempuan. Oh..apakah wanita Inggris (Britania, red) memang susah untuk mempunyai anak? Aku sih senang punya anak perempuan, tapi masalahnya bukan itu.

Sejak aku diangkat menjadi anak oleh kedua orang tuaku yang sekarang, yaitu keluarga Siegfierd, aku dilatih oleh ayahku menjadi seorang pemimpin untuk meneruskan perusahaan kopi miliknya. Aku harus mengerjakan soal-soal tingkat SMA dan kuliah di saat umurku masih 12 tahun. Aku juga belajar ini dan itu–aku malas menyebutnya karena terlalu banyak.

Aku jadi ingat kata-kata ayah yang selalu diucapkannya padaku, “Yuto, suatu saat nanti kau harus menjadi seorang pemimpin yang dihormati dan disegani!” Aku sampai bosan mendengar kata-kata itu keluar dari mulut ayahku berkali-kali.

Saat aku berumur 20 tahun, aku mencapai kejayaanku. Secara resmi aku menjadi pemimpin perusahaan kopi Siegfierd dan juga bertemu dengan wanita pujaanku, Sheera. Lebih hebatnya lagi, aku juga menjadi pemimpin sebuah organisasi pemberontak yang sangat terkenal di Jepang.

Itulah masa-masa puncakku. Sekarang sudah 18 tahun berlalu. Tenang… tubuh dan penampilanku masih sama seperti saat aku berumur 20 tahun, ganteng dan awet muda. Buktinya, walau sudah menikah dengan Sheera pun, aku masih digandrungi oleh wanita-wanita cantik namun memuakkan yang usianya jauh dibawahku.

Kembali ke topik. Dari hasil pernikahanku dengan Sheera, aku mendapat seorang anak perempuan. Aku dan Sheera memutuskan untuk memberi nama anak manis itu Scarlett Envy Siegfierd. Nama yang bagus bukan? Aku semalaman memikirkannya, lho! Aku sangat menyayanginya dan juga dekat dengan anakku.

Scarlett tumbuh menjadi seorang anak yang manis dan lucu. Ia mirip denganku, sangat mirip. Aku tak melihat Sheera pada dirinya kecuali kedua mata violetnya. Senyumannya menyebarkan pesona, sama seperti aku, ya kan?

Di usianya yang ke-10 tahun, aku sangat kaget mendengar kata-kata ayahku yang menyuruhku untuk menjadikan Scarlett sebagai ahli waris tunggal atau mencari jodoh yang akan dijadikan ahli waris perusahaan untuk Scarlett. Semuanya hanya karena aku hanya punya satu anak perempuan. Namun aku tak ingin calon menantuku yang menjadi ahli waris, aku ingin anakku! Itu haknya Scarlett.

Namun, aku tak tega untuk melatihnya, seperti saat ayahku melatihku dulu. Aduh bagaimana ini? Lalu akhirnya sebuah pemikiran yang kejam muncul di kepalaku.

Cih…latih saja anak bodoh itu seperti ayahmu melatihmu dulu! Memang seharusnya begitu, kan?

OMG! Itu pikiranku? Teknisnya sih memang seperti itu, tapi nyatanya lain. Itu bukan kata-kataku. Itu kata-kata Yuuto Tamano, sebuah sisi gelap dari diriku. Singkatnya, Yuuto adalah alter-egoku. Berbeda dariku, Yuuto memiliki sifat jail, kasar, seenaknya, dan psikopat. Tak ada belas kasihan di dalam kamusnya.

Bodoh, Scarlett itu perempuan, dan masih kecil! Mana bisa aku melatihnya seketat itu?

Hhuh, itulah kelemahanmu! Kau itu tak tegaan! Aku benci orang seperti kau!

Memangnya aku dirimu? Psikopat seperti kamu? Sori aja ya.

Bloody hell, kau benar-benar membuatku kesal! Kau rasakan akibat dari kata-katamu itu, Yuto! Aku lebih berkuasa darimu, karena tubuh ini aslinya adalah milikku!


Oh tidak…Yuuto mengambil alih tubuhku.

Sejak saat itu, Yuuto sering sekali muncul dalam kehidupanku. Ia melatih Scarlett dengan tegas dan keras, seperti ayahku melatihku. Aku tak tega melihatnya, tapi aku tak bisa melakukan apa-apa, karena memang Yuuto-lah yang merupakan kepribadian asli dari tubuh ini. Aku hanyalah alter-ego darinya dan tak mampu berbuat apa-apa karena si psikopat itu yang memegang kendali.

Sheera juga jadi sering sekali marah padaku, maksudku Yuuto. Ia bahkan sering sekali menodongkan pisau lipatnya pada Yuuto. Tapi sepertinya Yuuto sama sekali tak bergeming. Ia selalu saja memaksa Scarlett terlalu keras. Hatiku miris saat diam-diam melihat Scarlett yang menangis.

Namun aku tak bisa berbuat apa-apa.

Scarlett pun tumbuh menjadi seorang gadis remaja berusia 16 tahun yang sangat cantik dan imut. Aku tak menyangka ia akan seseksi Sheera. Aku tak ingin menyerahkannya pada cowok lain, ups, out of topic. Ya begitulah, namun anehnya aku merasakan ada yang lain pada mental dan kepribadian Scarlett.

Hari ini pun Yuuto lagi-lagi mengambil alih tubuhku dan sedang melangkah menuju kamar Scarlett. Raut mukaku–maksudku raut mukanya, terlihat sangat kesal. Semua karena sepertinya Scarlett lupa untuk memberikan laporan harian padanya setiap jam 1 siang. Ia berjalan dengan langkah yang berat dan tegas.

Aku–maksudku Yuuto segera masuk ke dalam kamar Scarlett tanpa basa-basi maupun mengetuk terlebih dahulu. Aku melihat reaksi yang tak ingin kulihat dari Scarlett, reaksi yang sama seperti biasanya, namun tetap membuatku miris. Ia selalu menundukkan kepalanya setiap kali Yuuto datang padanya. Sepertinya ia ketakutan.

Aku kasihan padanya.

Namun rasa kasihanku berubah ketika aku lagi-lagi merasakan ada yang aneh pada mental Scarlett. Aku memperhatikannya terus, memperhatikan setiap perubahan yang ada pada wajah dan raut Scarlett–walau sebenarnya tak terlalu jelas terlihat karena ia selalu menunduk. Kedua mata cokelat-ku terbelalak ketika melihat sebuah raut yang sangat asing di wajah Scarlett.

Scarlett menegakkan wajahnya tepat ke arahku–maksudku Yuuto, dan tersenyum sinis pada sang alter-egoku itu.

[Yuuto POV]


Hhuh? Aku merasa ada yang aneh pada diri anak bodoh ini hari ini. Setelah aku menghukumnya karena ia melanggar aturan yang kubuat–ayolah, setiap pelanggaran harus ada hukumannya, bukan?–ia melakukan suatu tindakan aneh yang tak pernah ia lakukan sebelumnya.

Ia menegakkan wajahnya dan tersenyum sinis padaku. Hei, berani-beraninya ia melakukan itu?

“Senyuman apa itu, anak bodoh!” seruku yang merasa kesal dengan seringainya.

Seringainya semakin bertambah lebar, membuatku muak. “Senyuman sinis…apa kau buta, ayah?” jawabnya ketus. Sebenarnya hal sial apa yang terjadi padanya?

Aku benar-benar merasakan ada yang aneh dan benar-benar berubah dari anak ini. Aku berpikir sejenak, mencari kemungkin tersial yang mungkin terjadi pada anak itu. Dan tiba-tiba saja sebuah pikiran aneh melesat di kepalaku.

“Kau…siapa? Dimana Scarlett?” tanyaku lebih ketus lagi.

“Fufufu, ayah menyadari keberadaanku rupanya? Okay, hari ini mood-ku sedang baik, jadi akan aku beritahu siapa diriku. Aku Envy, alter-ego dari Scarlett yang bodoh itu!” jawabnya sambil tetap menyeringai.

Alter-ego? Benar rupanya, anak bodoh ini juga berkepribadian ganda, sama sepertiku. Seharusnya aku sadar lebih awal bahwa kemungkinan hal kepribadian ganda itu akan menurun pada anakku adalah sangat besar. Sial.

“Kenapa ayah?” tanyanya sinis. “Kaget ya dengan keberadaanku, fufufu?”

Bloody hell, cara tertawanya mirip denganku. Anak yang bernama Envy ini benar-benar mirip sekali denganku!

“Cih, aku tak seidiot itu sampai harus kaget dengan adanya kamu, anak sial!” tegasku.

“Fufufu, benar-benar ayah yang bodoh…aku sudah menduga kau akan berkata begitu!”

“Lalu apa maumu?”

Ia terdiam sejenak, dan menghela nafasnya. “Seharusnya aku yang bertanya padamu tentang hal itu ayah bodoh! Apa maumu? Kenapa kau selalu memaksa Scarlett untuk menuruti keinginan idiotmu?”

“Fufufu, hanya itu? Kau adalah anakku, dan aku berwenang atas segalanya tentang dirimu! Termasuk takdirmu!”

“Hhuh, kau benar-benar kolot ayah!” balasnya. “Tubuh dan kehidupanku adalah satu-satunya milikku! DAN KAU TAK BERHAK MENCAMPURINYA, YUUTO!!”

Anak ini benar-benar membuatku geram. Ia benar-benar berani mengumpatku dan memanggil namaku. Lebih parahnya lagi, anak ini bena-benar berani menentangku?!

“Naif sekali dirimu…Kau berani menentangku, hhah?”

Ia menatapku tajam, “Tentu saja! Aku tak takut denganku! LAGIPULA KAU HANYALAH SECUIL SAMPAH YANG BAHKAN TAK DAPAT MENGERTI TENTANG ANAKMU SENDIRI, IDIOT!”

Kata-katanya itu benar-benar membuatku kesal, sangat kesal. Aku tak tahan lagi melihat tingkah dan kata-katanya. “Apa… katamu?!”

Aku mendorong anak itu ke tembok di belakannya, menahannya kedua tangannya agar tak dapat kabur kemana-mana dengan tangan kiriku, sedangkan tangan kananku sudah siap untuk memukulknya, namun…

Sial, tanganku tak bisa bergerak! Kenapa ini?

Aku takkan membiarkanmu berbuat kasar pada anakku, Yuuto!

Sial, itu Yuto, dan dia benar-benar menghalangiku untuk menghukum anak tak tahu diuntung ini. Anak ini benar-benar sudah lewat batas kesabaranku, dan ia benar-benar harus ‘dihukum’.

Sial kau, Yuto!


Namun ketika aku benar-benar sudah berhasil melepaskan pengaruh Yuto pada tanganku, tiba-tiba saja sebuah pisau melesat disampingku. Ia tepat memotong sedikit rambutku. Aku bergeser sedikit saja, pisau itu pasti akan tepat menusuk kepalaku.

Aku melirik ke arah pisau yang tertancap di dinding itu. Aku sangat mengenal pisau sialan itu. Sangat kenal.

“Sheera…kau…”

Aku menoleh ke belakang. Benar saja, aku menemukan Sheera berdiri di belakangku. Dengan wajah yang terlihat marah. Ia menatap tajam diriku. Aku pun balik menatapnya tajam.

“Kalau kau berani menyentuh anakku, Yuuto! Kau akan kubunuh saat itu juga!” seru Sheera ketus padaku.

Sial, semua orang disini benar-benar menentangku. Kalian akan rasakan akibat dari perbuatan kalian, orang-orang idiot!

[to be continued]

Comment? Klik HERE
Kembali Ke Atas Go down
Yuuto Tamano

Yuuto Tamano


Jumlah posting : 1056
Join date : 27.07.09
Age : 30
Lokasi : Bandung Tenggara

Character sheet
Character Name: Scarlett Envy Siegfierd
Job: Pelajar, Pekerja sambilan di sebuah kedai kopi.
Age: 16

[omake]The Beautiful Violet Orbs Empty
PostSubyek: Re: [omake]The Beautiful Violet Orbs   [omake]The Beautiful Violet Orbs Icon_minitimeSun Aug 09, 2009 2:31 pm

Author's note:

Sebelum beranjak ke chapter selanjutnya, yaitu chapter 4 yang hingga menulis post ini masih belum juga dibuat ceritanya mari kita refreshing dahulu sejenak.

Okay, saya mulai dengan perkenalan tokoh yang merupakan anggota keluarga pengusaha Siegfierd dan muncul di chapter 1 s/d chapter 3 omake ini.

Scarlett Envy Siegfierd
Tokoh utama di cerita ini. Wajahnya cantik dan imut. Ia manja dan suka menyebarkan pesonanya seenaknya. Nasibnya yang malang menjadi pusat dari cerita ini. Sama seperti ayahnya, ia juga memiliki penyakit kepribadian ganda, yaitu Scarlett dan Envy. Satu hal lagi, ia juga menderita 'father complex'. Sepertinya saya tak perlu menjelaskan panjang lebar mengenai tokoh satu ini.

Visualisasi Scarlett di umurnya yang ke-10 :
Spoiler:

Visualisasi Scarlett di umurnya yang ke-16 :
Spoiler:

Yuto Siegfierd dan Yuuto Tamano
Tokoh utama kedua di cerita ini. Ia merupakan ayah dari Scarlett yang kini berusia 38 tahun namun penampilannya sama sekali tak berubah dengan ketika ia masih 20 tahun. Ia ganteng dan pembawaannya santai, walaupun memiliki masa lalu yang kelam berkaitan dengan orang tua kandungnya. Sama seperti anaknya, ia juga sering menyebarkan pesonanya seenaknya, dan mesum! Ia baik hati dan murah senyum. Berbeda sekali dengan kepribadiannya yang lain.

Yuuto Tamano adalah alter-ego dari Yuto, namun ia merupakan kepribadian asli dari tubuh Yuto. Ia-lah yang memegang kendali tubuhnya sendiri. Ia kejam, seenaknya, dan suka berkata kasar. Ia juga seorang psikopat. Dulu ia pernah memimpin sebuah organisasi pemberontakan yang terkenal di bawah kepemimpinannya. Sebenarnya, ia menyayangi Scarlett, anaknya. Ia melatih Scarlett pun sebenarnya demi masa depan anak itu juga. Walaupun caranya benar-benar salah dan cepat sekali marah.

Visualisasi Yuto Siegfierd dan Yuuto Tamano (tak berubah sampai sekarang) yang sedang memakai kacamata :
Spoiler:

Sheera Li Britannia / Sheera Siegfierd
Wanita ini adalah istri Yuto/Yuuto sekaligus ibu dari Scarlett. Ia termasuk keluarga kerajaan yang memiliki derajat tinggi di Inggris Raya. Ia cantik, namun sifatnya yang jutek dan tegas kadang-kadang agak kurang disukai. Walaupun begitu, para bawahan dan tangan kanannya sangat menghormatinya. Di usianya yang ke-20 ia bertemu Yuto untuk pertama kali dan langsung jatuh cinta padanya. Sebuah insiden sempat menjadikan mereka sebagai musuh, namun akhirnya mereka menikah juga. Sheera sangat menyayangi Scarlett dan tak selalu membela Scarlett dari kekangan Yuuto, walaupun itu sia-sia saja. Sebenarnya chara ini milik Chou (rinrin), saya pinjam dulu Sheera-nya ya!

Visualisasi Sheera Li Britannia di umurnya yang ke-20 (gambaran Chou lho!):
Spoiler:

Demikian! Selamat menunggu chapter 4! Semoga kalian suka!! Comment? klik HERE
Kembali Ke Atas Go down
Yuuto Tamano

Yuuto Tamano


Jumlah posting : 1056
Join date : 27.07.09
Age : 30
Lokasi : Bandung Tenggara

Character sheet
Character Name: Scarlett Envy Siegfierd
Job: Pelajar, Pekerja sambilan di sebuah kedai kopi.
Age: 16

[omake]The Beautiful Violet Orbs Empty
PostSubyek: Re: [omake]The Beautiful Violet Orbs   [omake]The Beautiful Violet Orbs Icon_minitimeSun Aug 16, 2009 11:13 am

Chapter 4
The Power of Love and Ambitions


Pisau lipatku melesat tajam dan menancap di dinding yang berada tepat di depan wajah Yuto Siegfierd, suamiku. Tanganku agak sedikit bergetar, aku tak mengerti kenapa, mungkin karena targetku ialah suamiku, aku agak sedikit takut kalau-kalau pisau itu tak menancap di dinding melainkan...aku tak ingin menyebutnya.

Padahal daya akurasi pelemparanku selalu sangat tepat. Sejak kecil aku sudah berlatih ilmu kemiliteran di base militer di suatu pulau terpencil. Aku dilatih macam hal mulai dari strategy planning, hingga offensive and defensive mode. Aku pun dilatih keakuratan pelemparan pisau lipatku, hingga semuanya tampak sempurna.

Tapi kenapa aku merasa ragu saat melempar pisau lipatku ini? Sekali lagi, mungkin saja karena targetku adalah suamiku, ah, bukan, melainkan alter-ego dari suamiku. Lelaki yang menjadi targetku, adalah Yuuto Tamano.

Aku tak mengerti kenapa aku bisa mencintai dan menikah dengan seorang lelaki yang berkepribadian ganda? Saat pertama kali bertemu dengan Yuto, yaitu saat umurku masih 20 tahun, aku langsung jatuh cinta padanya dan pesonanya. Saat itu aku sedang menghabiskan waktu luangku untuk memesan black coffee di kedai kopi Siegfierd, dan secara tak sengaja aku bertemu dia, sebagai putra pemilik kedai kopi yang sudah terkenal tersebut.

Lama-lama aku menjadi sangat dekat dengannya. Apalagi ia sering menggodaku, bahkan melakukan hal yang mesum padaku. Salah satunya yaitu ia sering sekali memegang dadaku yang berukuran B-cup ini. Dia itu cowok mesum yang suka jual nampang. Namun, aku tak mengerti kenapa aku bisa jatuh cinta padanya, dan juga cemburu ketika banyak gadis-gadis yang berkeliling mengerumuninya.

Hingga suatu hari di saat usiaku 22 tahun, aku mengetahui satu hal yang selama ini selalu disembunyikan Yuto dariku. Yaitu, bahwa ia berkepribadian ganda. Namun yang lebih membuatku terkejut lagi, sang alter-ego adalah Yuuto Tamano, musuhku di dunia kemiliteran, karena Yuuto ternyata juga adalah pemimpin sebuah organisasi pemberontak yang merupakan musuh besar militer.

Walaupun begitu, aku tak bisa menghilangkan rasa cintaku pada Yuto. Aku tak bisa menolak ketika Yuto datang melamarku, apalagi setelah aku tahu bahwa ternyata Yuuto juga mencintaiku. Namun, satu-satunya pria yang paling kucintai adalah Yuto Siegfierd, sang pemilik kedai kopi yang mesum dan suka jual pesona seenaknya.

Tapi bukan berarti aku sama sekali tak mencintai Yuuto, tidak, aku pun menyayangi sang alter-ego. Bagaimana pun juga, Yuuto juga adalah suamiku. Aku harus menghormatinya dan memuaskan keinginannya. Padahal aku tahu bahwa sifat Yuuto sangat buruk. Ia seorang psikopat kejam. Aku bahkan sering sekali mengancamnya.

Hari ini pun, aku lagi-lagi mengancam akan membunuhnya. Berlebihan memang, tapi tingkahnya kali ini sudah sangat keterlaluan. Aku menemukan ia hendak menampar anak perempuanku, Scarlett. Sebelumnya, aku mendengar bunyi-bunyi ribut yang berasal dari dalam kamar Scarlett. Karena khawatir, aku memeriksanya dan menemukan Yuuto yang sudah setengah jalan akan menampar Scarlett. Kontan saja aku melemparkan pisau lipat kesayanganku tepat ke arah lelaki itu.

“Kalau kau berani menyentuh anakku, Yuuto! Kau akan kubunuh saat itu juga!” seruku ketus. Aku juga menatap Yuuto dengan tajam.

Yuuto balik menatapku dingin. Aura-aura yang menekan tubuhku keluar dari sorot mata cokelatnya.

Aku tak mengerti kenapa suamiku menjadi seperti ini. Yuuto seperti mengambil alih keberadaan Yuto di dunia nyata. Sejak ayah mertua meminta kami untuk melatih Scarlett menjadi pewaris tunggal perusahaan kopi keluarga, Yuto jarang sekali muncul. Parahnya, Yuuto malah melatih paksa Scarlett yang saat itu masih berusia 10 tahun.

Sebenarnya aku sih terima-terima saja dengan porsi latihan yang diterima Scarlett, karena sejak kecil pun aku sudah dilatih macam begitu. Namun yang dilakukan Yuuto benar-benar sudah kelewatan. Apalagi Scarlett memiliki tubuh yang lemah, berbeda denganku. Scarlett sering sekali menangis dengan perlakuan kasar yang dilakukan Yuuto terhadap fisik dan mentalnya. Lama-lama aku jadi tak tega.

Lalu puncaknya adalah hari ini, aku tak pernah melihat Yuuto sedingin ini. Tiba-tiba saja Yuuto mendorong Scarlett hingga anak itu menubruk tempat tidurnya dan meringis kesakitan. Aku hampir bertindak, namun langkah Yuuto yang mendekat padaku mengurungkan niatku.

“Apa?” tanyaku ketus, sebelum Yuuto benar-benar dekat sekali denganku.

Yuuto hanya menyeringai, “Fufufu, rasanya tadi aku mendengar sesuatu yang tabu keluar dari mulut seksimu itu…Bisa kau ulangi sekali lagi, istriku sayang?”

Kedua alisku mengerut. Aku pun membalas seringaiannya dengan seringai lagi. “Hhuh, aku tak menyangka kau sudah begini pikun, suamiku...sayang!” seruku. Kemudian aku terdiam sejenak dan menelan ludahku.

“Aku bilang, kalau kau berani-berani menyakiti anakku, aku takkan segan-segan untuk membunuhmu, Yuuto Tamano!!”

Namun aku hanya melihat seringai Yuuto yang semakin melebar, membuatku sedikit kesal. “Kau takkan bisa membunuhku, sayangku yang idiot!”

Kini, aku benar-benar kesal. Sial, dia tahu kalau aku memang tak bisa membunuhnya, lebih tepatnya, tak bisa membunuh Yuto! “I-Itu…mmph!”

Tiba-tiba saja Yuuto mengagetkanku dengan mencium bibirku. Aku hendak melawan, namun aku tak kuasa menghadapi tenaganya dan sensasi yang ia berikan padaku. Yuuto menciumku lama dan dalam, membuat kedua tanganku menjadi lemas.

Ketika ia menghentikan ciuman itu untuk mengambil nafas—begitu pun aku, tiba-tiba saja ia segera menggenggam kedua pergelangan tanganku, menyatukannya, dan mengikatnya dengan tali yang ia keluarkan dari dalam sakunya. Sejak kapan ia mengeluarkan tali?

Aku tak bisa melawannya, kedua tanganku lemas karena ciuman tadi. Ia lalu menyeretku menuju kursi kayu terdekat, membuatku duduk dan mengikat tubuhku ke kursi tersebut. Yuuto mengikatku dengan erat, aku bahkan sampai tak bisa melawan.

“Lepaskan aku BODOH!!!” umpatku. Kedua kakiku menendang-nendang menimbulkan bunyi yang berisik.

“Diamlah, Sheera…” Ia mendekatkan telunjuknya di mulutnya. Ia pun lalu mengikat kedua kakiku yang meronta-ronta. “Kedua kakimu lembut seperti biasa, fufufu!”

“Jangan berkata hal yang nggak penting, dasar mesum!! Cepat lepaskan akuu!!!”

Yuuto akhirnya selesai mengikat kedua kakiku. Kini aku sama sekali tak bisa berbuat apa-apa. “Tekadang…aku lebih suka dirimu saat kau sedang tenang, Sheera!” ucapnya sambil menyeringai.

“Bullshit tentang itu! Lepaskan akuu!!”

Ia sama sekali tak mengindahkan kata-kataku. Sebaliknya, ia malah mengeluarkan plester dan menutup mulutku rapat-rapat. “Wanita itu tak baik lho kalau berkata kasar..” ucapnya menyeringai.

“Seharusnya kau beruntung aku hanya mengikatmu. Ini hukuman karena kau telah berani-berani menentangku. Aku pasti telah membunuhmu seandainya aku sama sekali tak mencintaimu, Sheera sayang…fufufu!” lanjutnya.

Aku tak bisa membalasnya. Mulutku tak bisa bergerak karena plester sialan ini. Yang keluar dari pita suaraku hanyalah erangan dan erangan. Namun sepertinya Yuuto benar-benar tidak peduli, ia malah memalingkan mukanya menghadap Scarlett, yang sedang menatapku dengan sorot wajah yang tajam namun terlihat pucat.

Kasihan Scarlett…Yuto! Kenapa kamu nggak bertindak? Kamu dimana?!

Yuuto lalu melangkah mendekati Scarlett. Aku melihat anakku yang tiba-tiba berdiri tegak dengan kedatangannya. Wajahnya menatap Yuuto dengan lurus. Aneh, seingatku Scarlett selalu menunduk setiap ada Yuuto. Tapi kenapa?

“Lepaskan ibu, ayah!” seru Scarlett tajam.

Sungguh, aku tak pernah melihat Scarlett seperti ini sebelumnya. Rasanya seperti orang lain. Jangan-jangan…

“Ibumu melakukan pelanggaran, dan setiap pelanggaran tentu harus dihukum” jawab Yuuto datar. Pelanggaran apa? Aku tak pernah merasa melakukan pelanggaran.

“Pelanggaran apa? Setahuku ibu tak pernah melanggar apapun!” balas Scarlett lagi. Ah, anakku membelaku.

“Ibumu telah menentangku! Siapapun yang menentangku, harus dihukum!” tegas Yuuto dingin. Ia pun menatap Scarlett dengan tajam. Hal apa lagi yang akan dilakukannya?

“Fufufu, peraturan yang bodoh dan naïf sekali! Aku tak pernah mendengar peraturan kayak gitu jaman sekarang ini! Memangnya kau itu siapa sih?” ejek Scarlett. Aku tak percaya anakku akan berkata seperti itu, dia mirip denganku.

“Kata-kataku adalah mutlak, anak bodoh!” Yuuto lalu menggengam kerah baju Scarlett dan lagi-lagi mendorong anak itu hingga terjatuh. Scarlett meringis kesakitan, sedangkan Yuuto hanya menyeringai. Aku benar-benar ingin bisa membunuh lelaki psikopat itu!

“Kemasi barang-barangmu!! Mulai detik ini aku tak ingin melihatmu lagi di rumah ini! CEPAT!!!” perintah Yuuto sambil berteriak. Apa…maksudnya ini..? Bodoh, jangan usir Scarlett seenaknya, lelaki idiot!!

“Cih, kalau memang itu maumu, dengan senang hati aku akan pergi dari sini! Pergi dan keluar dari sangkar duri yang kau ciptakan ini, ayah! Kau takkan bisa lagi memaksaku, aku sudah bebas!! Sayonara, otou-sama!”

Scarlett segera bangkit dari posisinya semula dan mengambil sebuah tas besar dan mengisinya dengan baju-baju mahal miliknya. Tak lupa ia juga memasukkan barang-barang berharganya. Sampai akhirnya penuh dan Scarlett pun kemudian langsung membungkuk di hadapan ayahnya.

“Terima kasih atas perlakuanmu selama ini. Aku benci padamu, ayah!” Ia lalu segera pergi berlari—walaupun terlihat kesulitan berjalan karena tas yang berat. Pergi keluar dari rumah ini.
Kembali Ke Atas Go down
Yuuto Tamano

Yuuto Tamano


Jumlah posting : 1056
Join date : 27.07.09
Age : 30
Lokasi : Bandung Tenggara

Character sheet
Character Name: Scarlett Envy Siegfierd
Job: Pelajar, Pekerja sambilan di sebuah kedai kopi.
Age: 16

[omake]The Beautiful Violet Orbs Empty
PostSubyek: Re: [omake]The Beautiful Violet Orbs   [omake]The Beautiful Violet Orbs Icon_minitimeSun Aug 16, 2009 11:13 am

Scarlett!! Jangan pergi!!

Aku meronta-ronta ingin terbebas dari ikatan tali itu. Namun sama sekali tak bisa. Oh, aku benar-benar ingin menghentikan Scarlett dan membawanya kembali ke rumah ini. Scarlett tak boleh pergi, dia itu gadis yang lemah dan sama sekali awam dengan dunia luar! Bagaimana ini? Dasar Yuuto BODOH!!

Seketika itu, kursiku kehilangan keseimbangannya dan membuatku tersungkur. Aku menutup kedua mata violetku. Aku pikir aku akan terjatuh dan kepalaku akan membentur lantai. Ah…aku sudah pasrah.

Namun di saat aku pikir aku akan terjatuh, aku merasakan kursiku tertahan dalam posisi miring, seperti ada yang menahannya. Aku pun membuka mataku perlahan. Kedua mata violetku terbelalak ketika melihat Yuuto yang sedang menahan kursiku.

“Kau tak apa-apa, Sheera?” tanyanya khawatir.

Aku tahu intonasi dan ekspresi ini! Ini Yuto, suamiku yang sesungguhnya! Tapi kenapa baru muncul sekarang?

“Mmm~ Mmm~” seruku tanpa kata dan makna, hanya erangan. Yuto lalu membenarkan posisi kursiku kembali ke semula dan melepas plester di mulutku.

“KAU BODOH!! Kenapa kau baru muncul sekarang? Kau lihat kan apa yang dilakukan Yuuto pada Scarlett tadi! Yuuto mengusirnya!! Kenapa kau nggak menghentikan dia? Atau cepat kejar Scarlett!!” seruku mengeluarkan seluruh keluh kesah yang tadi tertahan di mulutku.

Yuto hanya terdiam dan tak menjawab pertanyaanku yang bertubi-tubi itu. Ia malah membuka simpul talinya dan melepaskan aku. Ia tetap terdiam, sorot matanya tampak berbeda dari Yuto yang biasanya, tampak miris.

“Maaf…” gumam Yuto pelan.

Begitu terlepas dari tali yang mengikatku sebelumnya, aku segera berlari keluar menuju arah Scarlett tadi berlari. Untung fisikku kuat, sehingga aku dapat berlari dengan cepat, bahkan aku menemukan Scarlett yang masih berada di ambang gerbang dan terlihat kesulitan membawa tas besar yang dibawanya.

“Scarlett! Tunggu!” teriakku pada anak itu. Aku segera menarik lengan kiri Scarlett dan membuatnya menghadapku. Aku melihat sorot mata yang sama dengan sorot mata yang dipancarkan Yuto tadi, namun Scarlett terlihat sedikit lebih tegas.

“Jangan pergi Scarlett, ibu tak bisa membiarkanmu sendiri diluar sana! Biar ibu yang akan berbicara pada Yuuto, kau sebaiknya-“

“Tidak!” Scarlett hanya menggeleng dan berusaha melepaskan lengannya dari genggamanku. “Aku senang bisa pergi dari rumah ini! Lepaskan aku ibu!” serunya dan kembali berjalan. Namun aku menariknya lagi.

“Kau nggak bisa begitu, Scarlett! Kau harus menuruti apa kata-kata ibumu! Kembali ke rumah sekarang!” perintahku.

“NGGAK!! Sekarang ibu mulai terlihat seperti Yuuto!” Ia kembali berusaha melepaskan lengannya dari genggamanku. “Hidupku adalah milikku, ibu! Aku ingin kebebasan! Akulah yang akan menentukan seperti apa kehidupanku di masa depan nanti!”

“Tapi…” sanggahku. Namun Scarlett tetap bersikeras untuk pergi dari rumah. Sifat keras kepalanya ini mirip sekali dengan Yuuto. Scarlett dan anak ini, memang benar-benar anak kandung Yuto dan Yuuto.

Aku kemudian menghela nafasku. Kalau sudah begini apa boleh buat, tampaknya aku memang harus menuruti keinginan anakku. Lagipula memang benar, bahwa hidupnya adalah miliknya, dan hanya dia yang berhak menentukan masa depannya. Terkadang aku merasa iri dengan pemikiran itu.

“Ya, sudah…Kalau itu memang maumu…” ucapku pelan. “Sebagai gantinya, kau harus menerima ini dariku!”

Kemudian aku merogoh saku celanaku untuk mengambil dompetku dan mengambil semua uang yang berada di dalamnya. Untunglah jumlahnya cukup banyak dan cukup untuk bertahan hidup setengah tahun kalau hemat. Aku tak tahu bahwa akhirnya akan seperti ini, padahal mungkin sebelumnya aku bisa saja mengambil simpanan uang yang ada di kamar.

“Bawa semua uang ini! Pergilah kemana pun yang kau suka! Hati-hati ya!” ucapku sambil tersenyum.

Scarlett juga membalasku dengan senyuman manisnya. Ia mengambil semua uang itu dan memasukkannya ke dalam dompetnya. Ia lalu berbalik, melambaikan tangannya dan berkata satu hal padaku sebelum pergi, “Itsuka mata aimashou ne, okaa-sama!”

Scarlett melangkah pergi dalam baying-bayang sinar matahari dan masih terlihat kesulitan membawa tas besarnya. Aku tertawa kecil dan melambaikan tanganku balik padanya. “Un…mata aimashou, yakusoku suru!”

Aku menatap kepergiannya dengan senyuman. Mungkin ini sudah saatnya aku melepaskannya dari asuhanku dan Yuto, saatnya bagi Scarlett untuk belajar mandiri dan menjadi kuat. Walaupun agak sedikit berat, tapi inilah saat yang tepat baginya untuk melihat indah dan kejamnya dunia luar.

Tiba-tiba Yuto sudah berada di sampingku. Rangkulannya di bahuku membuatku agak sedikit kaget. Aku menyeringai padanya, “Ayah yang buruk ne?”

Yuto hanya tersenyum, “Ya, aku memang ayah yang buruk, tapi dengan kepergiannya itu mungkin bagus juga untuk melatihnya menjadi seorang pemimpin. Biarkan dia belajar sendiri dengan seluruh pengalamannya…” ucapnya, yang entah kenapa dan tumben sekali terdengar sangat bijak di telingaku.

“Hhuh, dasar kau! Masih kuat juga keinginanmu untuk menjadikan Scarlett penerus perusahaan!” ejekku, seringaiku semakin melebar.

“Yah, itulah aku!” Ia membalas seringaiku dengan senyuman yang menyebarkan pesona.

“Tapi, sebenarnya Yuuto pun menyayangi anak itu, bahkan mungkin jauh lebih besar dari rasa sayangku padanya. Semua latihan itu ia pikirkan bermalam-malam demi Scarlett, semua soal-soal pelajaran itu ia cari sendiri mati-matian. Lalu, sikap disiplin yang ia terapkan…semuanya agar Scarlett dapat menjadi orang sukses di masa depan...” jelasnya panjang lebar.

“Cih, tapi caranya itu yang salah!” jawabku tenang.

Yuto mengangguk, “Ya, caranya memang salah…Tapi kalau tak begitu bukan Yuuto namanya, iya kan? Hhahaha!”

“Lalu selama ini kau kemana, Yuto?”

Ia mengangkat kedua alisnya, “Yah…kau tahu kan kalau Yuuto adalah kepribadian asli dari tubuh ini? Sehingga ia memiliki hak penuh untuk memegang kendali dan muncul kapan pun yang ia mau, sesuatu yang tak bisa aku miliki…”

“Sou sou, jadi kenapa sekarang kau tiba-tiba muncul...?”

“Dia agak shock…” jawab Yuto tenang, “Ia tak menyangka Scarlett akan benar-benar pergi dari rumah, karena itulah ia memutuskan untuk menghilangkan diri sejenak!”

Kemudian kami terdiam sejenak. Masih tertawa geli melihat Scarlett yang sudah berjalan cukup jauh dan nampak kesulitan dengan tas yang dibawanya. Tubuhnya memang lemah, sama seperti ayahnya yang tidak berguna di sampingku ini.

“Hei, Sheera,” ucap Yuto tiba-tiba. “Kita kencan yuk! Candle light di restoran Prancis malam ini biar aku yang traktir deh!” serunya sambil tersenyum. Aku hanya tertawa garing membalas tawarannya.

“Terserah deh…” jawabku singkat dan padat.

[to be continued]

Comments? Klik HERE
Kembali Ke Atas Go down
Yuuto Tamano

Yuuto Tamano


Jumlah posting : 1056
Join date : 27.07.09
Age : 30
Lokasi : Bandung Tenggara

Character sheet
Character Name: Scarlett Envy Siegfierd
Job: Pelajar, Pekerja sambilan di sebuah kedai kopi.
Age: 16

[omake]The Beautiful Violet Orbs Empty
PostSubyek: Re: [omake]The Beautiful Violet Orbs   [omake]The Beautiful Violet Orbs Icon_minitimeSun Sep 06, 2009 4:39 pm

Chapter 5
Memories of the Blue Violin


Langit mulai tampak kemerahan ketika Scarlett Envy Siegfierd, salah seorang penghuni apartemen Azure menggesekan senar emas biola birunya hingga menghasilkan suara nan lembut. Ia kini sedang memainkan Beethoven’s Sonata no. 5 Spring, sonata yang melukiskan kegembiraan melalui nada-nadanya, beresonansi dengan bibir tipis merona Scarlett yang membentuk lengkung senyuman.

Sekira sepuluh menit kemudian, 1st movement Spring selesai ia mainkan. Ia lalu menaruh biola birunya di meja ruang tengah dan menyeduh sebuah kopi panas. Musim panas tidak membuatnya berhenti untuk menyeduh kopi tersebut, malah ia semakin suka. Setelah mengaduk kopinya dengan lembut, Scarlett kembali ke ruang tengah kamarnya dan duduk di salah satu sofa berwarna biru aqua-marine.

“Aku suka kopi!” serunya bersemangat sambil meneguk kopi hitam buatannya tersebut. Pahit kopi di lidah Scarlett terasa sungguh enak. Ia benar-benar menyukai kopi.

Namun entah kenapa pandangan kedua mata violetnya kini tertuju pada biola biru dengan senar emas miliknya. Ia memandanginya sejenak. Terus memandanginya sehingga tanpa sadar pikirannya telah tertangkap oleh guratan kenangan sang biola.

“Ayah…”

* * *


Kedua telinga mungilku samar-samar mendengar suara yang lembut nan indah menggema di salah satu pelosok rumah tingkat tiga milikku di Roppongi ini. Suara itu begitu indah hingga mampu menangkap seluruh inderaku yang tadinya sedang sibuk menonton tv. Bahkan suara indah itu mampu mengalahkan suara tv yang tadinya menjadi focus kedua telinga mungilku.

Sebenarnya... Suara apa itu?

Rasa penasaran dalam hatiku mulai muncul dan seketika meledak sehingga akhirnya aku memutuskan untuk mematikan tv-ku dan mencari sumber suara nan indah itu. Aku tahu itu bukan suara manusia, bukan pula suara sebuah mesin. Suara itu tercipta seperti sesuatu yang digesekkan, namun sangat lembut dan indah. Suara itu berasal dari ruangan kerja ayahku, Yuto Siegfierd, sang pemilik perusahaan kopi Siegfierd.

Benar saja, semakin aku melangkah mendekati ruangan kerja ayahku di lantai dua, suara lembut itu semakin keras terdengar. Dengan langkah pelan aku mendekati ruangan ayahku, meraih kenop pintunya dan membukanya. Disanalah kedua mata violetku tertawan melihat sebuah fatamorgana yang jarang sekali kulihat, yang sungguh menawan.

Ayahku, dengan kemeja putih yang disertai rompi cokelat dan celana panjang amber yang menngerucut, memainkan sebuah alat musik yang tak pernah kulihat sebelumnya. Ayah menempatkan ujung bulat alat musik itu di dagunya, dimana tangan kirinya memegang ujung kecil hitam di depannya dan tangan kanannya memegang stick yang menggesek senar-senar alat musik yang seperti gitar kecil itu.

Aku menatap ayahku sejenak. Wajahku memerah. Merasa kagum dengan apa yang saat ini kulihat.

Namun suara yang dikeluarkan ayahku melalui alat musiknya itu berhenti tiba-tiba. Aku merasa kaget ketika ayah menolehkan wajahnya padaku. Kedua mata cokelatnya mengunci kedua mata violetku. Aku kaget. Bahuku bergetar. Sedikit kecewa karena ayah menghentikan aksinya.

“Oh, ternyata kau, Scarlett-chan!” ucapnya tiba-tiba dengan senyuman yang memesona. “Sedang apa disini?”

“Ah!” Aku benar-benar kaget hingga membuat tubuhku berdiri tegak dengan sendirinya. “Aku juga tak tahu…”

Kemudian ayah segera mengayunkan jari-jari tangan kanannya yang masih memegang stick itu padaku, bermaksud memanggilku. Aku pun menuruti keinginannya. Kedua kaki mungilku melangkah masuk ke dalam ruangan itu, dan berjalan mendekati ayahku.

Ayah hanya tersenyum padaku melihatku masuk. Aku menarik nafasku.

“Ayah, alat musik apa itu?” tanyaku dengan berani, sambil menunjukkan jari telunjukku pada alat musik berwarna cokelat muda yang dipegang ayah.

“Oh, ini…” ayah menunjukkan padaku alat musik itu dengan memperlihatkannya tepat di depan kedua mataku. “Ini namanya biola! Kau mau coba?”

Aku mengangguk. Wajahku memerah. Aku segera meraih alat musik yang dinamakan biola itu. “Bagaimana cara memainkannya?”

“Kau tadi melihat caraku memainkannya kan? Lakukan hal yang sama seperti itu. Aku malas menginstruksikannya!” jawabnya sambil tersenyum. Ayahku memang pemalas.

Lalu aku segera mempraktekkan apa yang tadi sebelumnya kulihat. Aku menempatkan bagian bulatnya di daguku, dimana tangan kiri mungilku memegang ujung kecil hitamnya dan tangan kananku memegang sticknya. Aku tak tahu namanya apa. Kemudian aku segera menggesekkannya.

Krriett-

Kedua mata violetku terbelalak. Bukannya aku menghasilkan suara seindah yang di hasilkan ayahku ketika menggesek senar-senarnya, tetapi malah suara sumbang yang membuat telingaku sakit. Aku menoleh pada ayahku, namun beliau hanya tersenyum. Aku pun kembali berusaha menggesekkan lagi senar-senar itu.

Krriett-Krrett-Krett-

Kali ini peluhku mengucur seiring dengan semakin terbelalaknya kedua mata violetku. Kenapa suaranya tetap sumbang seperti itu? Kali ini pun aku menatap ayahku. Aku menatapnya dengan pandangan ‘tolong-aku-kenapa-suaranya-sumbang’ yang juga tetap dibalas dengan senyumannya. Eh, tapi mungkin kini tak hanya senyuman, ia berkata sesuatu padaku.

“Tak apa,” ucapnya lembut, “Aku juga saat pertama kali memainkan biola suaranya sumbang seperti itu kok!” serunya. Aku tak percaya dengan apa yang dikatakannya.

“Bohong… Ayah pasti bohong kan?”

Ayah malah menggeleng, “Itu benar, lho! Dulu suaranya benar-benar sumbang! Namun karena terus berlatih, aku jadi bisa menghasilkan suara seindah yang tadi!”

“Kalau begitu… Apakah aku dapat menghasilkan suara yang indah, kalau aku juga berlatih, seperti yang ayah lakukan dulu?”

“Tentu!” jawabnya, sambil mengelus dan membelai-belai rambutku hitamku. “Kalau kau berlatih keras, kau pasti bisa!” serunya sambil mencium pipiku.

“Wai! Kalau begitu aku juga akan berlatih biola! Sama seperti yang ayah lakukan dulu!” seruku dengan senyuman yang memesona.

Anehnya, ayah malah mencubit kedua pipiku dengan lembut. “Kamu lucu banget sih, Scarlett-chan!” serunya, “Kalau begitu aku akan melatihmu!”

“Sungguh?!” seruku, tak percaya.

“Tentu saja! Selain itu aku juga akan membelikan biola baru untukmu… Tapi itu pun jika kau benar-benar berlatih dengan sangat keras!”

Aku benar-benar senang. Aku pun segera memeluk ayahku dengan erat. “Arigatou ayah! Aku suka ayah! Sangat sukaa!!”

“Aku juga sangat suka dan sayang pada Scarlett-chan!” ucapnya sambil memelukku balik. ”Kalau begitu, latihannya kita mulai besok ya?”

[to be continued]

Comments? Klik HERE
Kembali Ke Atas Go down
Sponsored content





[omake]The Beautiful Violet Orbs Empty
PostSubyek: Re: [omake]The Beautiful Violet Orbs   [omake]The Beautiful Violet Orbs Icon_minitime

Kembali Ke Atas Go down
 
[omake]The Beautiful Violet Orbs
Kembali Ke Atas 
Halaman 1 dari 1
 Similar topics
-
» Komentar ttg Omake "The Beautiful Violet Orbs"
» [Omake] Before I Met You
» [omake]Before I Come to Azure
» Comment for Omake: I Like Being Different
» Comment for Omake: The Freelancer's Experiences

Permissions in this forum:Anda tidak dapat menjawab topik
Azure Life RPG Forum :: This is Azure Apartment :: Story Telling Chamber-
Navigasi: