[RP] the new home of rena

"Hirasawa rena desu panggil saja renchan, ah tentu saja mari masuk" kata rena tersenyum manis."ah peraturan di sini" sambil membaca tulisan yang ada di kertas "ah hampir lupa mau minum apa?" tanya rena.

Scarlett tersenyum. "Aaa, Renchan ne? Kawaii no namae!" sahutnya. Tak sengaja, kedua ujung mata violetnya sempat melihat keberadaan Kencana di dalam kamar Rena. Ia tersenyum dan melambai-lambaikan tangannya pada Kencana.

Setelah diperbolehkan masuk, Scarlett membuka high-heels violetnya dan segera duduk di kursi tamu ketika Rena menawarinya minuman. "Segelas kopi saja! Mau kopi hitam atau kopi susu juga boleh! Aku suka sekali kopi soalnya!" jawabnya riang.

Ia lalu menoleh pada Kencana di dekatnya. "Wah, Kencana-san! Sudah berapa lama Kencana-san disini?"

Kencana menanggapi senyum Scarlett.

"Tidak lama kok, Scarlett-san. Baru saja. Tadi Hanada-san juga ke sini. Tidak kusangka Scarlett-san yang datang menjelaskan peraturan, biasanya Clark-san. Ke mana dia?"

"ah baik lah akan ku buatkan secangkir kopi " kata rena,"eto apa kalian ingin cemilam,biar aku ambil di dapur" tawar rena kepada ke 2 orang itu.

Scarlett menggelengkan kepalanya pada Kencana. Sebenarnya ia tak tahu kemana Clark pergi, karena sedari tadi pria itu sudah tak ada. Lalu Ryu juga, Scarlett belum melihatnya hari ini.

"Uun, shiranai no! Aku tak tahu. Aku cuma diminta Luna-chan untuk menggantikan Clark-san menyapa penghuni baru. Sore shikanain da! (hanya itu!)" jawabnya sambil tersenyum.

Scarlett menoleh pada Rena ketika gadis itu menawarinya cemilan. Ia sangat suka cemilan, akhir-akhir ini, entah kenapa. "Aaa onegaishimasu Renchan!" serunya girang menunggu kedatangan sang cemilan tersebut.

"baiklah tapi tunggu sebentar y" kata rena sambil bergerak ke arah dapur,setelah itu rena membaluk kan perban ke tangannya yang terkena air panas tadi karena masih terasa sakit.5 menit kemudia rena membawa cemilan dan secangkir kopi susu"ah maaf menunggu lama" kata rena dengan senyum.

"Tidak apa-apa. Tidak lama, kok," kata Kencana sambil mengambil cemilan dan mulai memakannya.

"Wow, cemilan ini enak sekali."

Scarlett kemudian mengambil cemilan itu dan memasukkannya satu persatu ke dalam mulutnya. Ia lalu menggigit cemilan itu dan tampak rona kebahagiaan terpancar di wajahnya. "Uwaa umai! Cemilan ini buatanmu sendiri Renchan?" tanyanya antusias.

Setelah itu Scarlett mengambil kembali cemilan tersebut dan memakannya. Namun ketika ia bermaksud mengambil kembali cemilan berikutnya, tanpa sengaja sikutnya mengenai cangkir kopi susu miliknya sehingga membuat kopi tersebut tumpah ke lantai dan sebagian mengenai kakinya.

"Kyaa ittai~!! (it hurts~!!)" teriaknya reflek sambil memegang kakinya yang terkena kopi dan mengipasinya. Terlihat sekali kulit tubuh Scarlett yang sangat rapuh dan lemah agak memerah dan melepuh.

Itu sangat mungkin terjadi, sebab kulit Scarlett terlalu rapuh, bahkan musim panas lalu ketika Shawn memukuli leher belakangnya dengan benda tumpul, kulitnya berdarah dan lucunya ia kehilangan ingatannya sejenak. Jadi jangan merasa aneh kalau melihat kulit Scarlett yang melepuh hanya karena terkena cairan kopi susu panas.

Kencana spontan panik melihat kulit Scarlett yang melepuh. Buru-buru ia berdiri dan menghampiri Scarlett.

"Kau baik-baik saja, Scarlett-san? Wah, kuiltmu melepuh! Rena-san, aku pinjam dapurnya sejenak, ya!"

Tanpa menunggu persetujuan dari sang pemilik, Kencana melesat ke dapur. Diambilnya kain bersih dan dibasahinya dengan air dingin. Buru-buru dia kembali dan menyerahkan kain basah itu ke Scarlett.

"Coba kamu basuh tanganmu dengan ini. Mau ke rumah sakit?'

Scarlett melihat Kencana membawakan kain basah untuk kakinya yang melepuh. "Iyaaan~ sakit!!" keluhnya meringis ketika kain basah itu tepat mengenai lukanya. Spontan ia melempar kain basah itu. Sialnya malah kena Kencana yang menolongnya.

"Uwaa go-gomen! Gomen! Kencana-san.. Aku tak pernah bermaksud.." serunya cemas sambil menahan rasa sakit di kakinya.

Scarlett lalu menangis karena kesakitan dan merasa bersalah pada Kencana.

"Hiks.. Hiks.. Ja-Jangan bawa aku ke rumah sakit.. Aku tak ingin Ryu-kun tahu tentang luka ini.. Please.." pintanya sambil menangis dan memeluk Kencana. Scarlett saat ini membenci dirinya sendiri. Karena kecerobohannya, ia telah merepotkan Kencana dan Rena.

Kencana jadi kebingungan melihat Scarlett menangis.

"Ah tidak apa-apa kok, Scarlett-san. Biasanya kalau hal ini terjadi, butuh waktu berapa lama untuk sembuh?"

Scarlett pun kemudian menepis air matanya dan melepaskan pelukannya dari Kencana. Ia kembali melihat luka melepuh di kulit pucat kakinya yang kimi memerah dan mengelupas.

"Aku tak tahu.. Aku tak pernah terluka seperti ini walaupun aku memang ceroboh, karena di rumahku ada banyak butler-butler sewaan ayah yang siap menangani kecerobohanku dan mencegah akibat buruknya.." jelasnya sambil berusaha menahan sakit.

"Jadi.. Aku tak tahu.." jawabnya miris.

"Hmmm... tidak apa-apa. Yang penting kau sudah tdiberi pertolongan pertama yaitu diberi air dingin tadi. Selanjutnya diberi salep terus diperban. Begitu menurut buku yang kubaca," saran Kencana. Untung saja dia pernah iseng membaca buku tentang pengobatan pada luka bakar.

"Ada salep tidak?"

"hah ternyata aku ini gadis pembawa sial hingga ada orang yang terluka di rumah ku " rena hanya menangis.

Kencana jadi bingung melihat ada dua orang yang menangis dalam waktu yang hampir bersamaan.

"Itu bukan karena kesalahanmu kok. Rena-san. Scarlett-san saja yang cerobah," sahut Kencana sambil membatni, Maaf ya, Scarlett-san.

"Daripada menangis lebih baik kita obati lukanya. Apa kamu punya obat dan perban?"

Melihat Rena yang menangis, Scarlett pun jadi menangis kembali. Dia benar-benar merasa bersalah pada Rena.

"Uwaa Renchan! Jangan berkata begitu.. Ini semua salahku!" seru Scarlett childishly. Sesungguhnya ia masih bertingkah seperti anak kecil walaupun umurnya sudah 16 tahun.

"whaaaa tidak ini karena aku pembawa sial" kata rena sambil menangis berguling guling di lantai kebiasaannya jika menangis."eto kalo perban ada di kotak P3k di dapur" rena pun kembali meneruskan nangisnya.

"Di dapur, ya? Baiklah. Terima kasih banyak."

Kencana berlalu menuju dapur dan kembali dengan membawa kotak P3K. Dibukanya kotak tersebut. Hm, cukup banyak juga persedian obatnya, pikirnya. Dikeluarkannya salep dan perban.

Kencana tidak pernah membalut orang lain sebelumnya, tapi minimal ia pernah melihat orang lain melakukannya.

"Scarlett-san, ini obat dan perbannya. Mau kau obati sendiri atau perlu kubantu?" tanyanya. Siapa tahu Scarlett lebih ahli dari dirinya soal balut-membalut ini.

Scarlett menerima obat merah dan salep itu di tangannya. Ia kemudian membuka tutup botol obat merah itu lalu terdiam. "A-Apa yang harus aku lakukan setelahnya?" tanyanya cemas, bingung, dan heran.

"Gomen tapi aku sama sekali tak tahu tentang pengobatan! Keahlianku fisika, matematika dan manajemen, bukan kedokteran!!" jelasnya membela dirinya. "Lagipula kalau aku terluka, ibuku atau dokter keluarga kami yang mengobatiku.."

"Hahaha kalo aku hanya dalam bidang musik" rena tertawa kecil."scarlet san apa itu tidak panas?" tanya rena pada scarlet.

"Wah, aku juga tidak begitu tahu tentang obat-obatan. Coba dioleskan pelan-pelan saja. Kalau terasa perih berarti obat itu manjur," sahut Kencana. Ia asal mengganti pepatah : Obat yang pahit itu manjur.

"Panas? Apanya yang panas?" tanya Scarlett bingung. Ia benar-benar nggak ngeh dengan kata-kata Rena.

"Kalau lukaku memang terasa panas.. Juga perih.. Uwaa lukaku jadi sakit lagi!" serunya sambil memegang kakinya dengan tangannya yang bebas. Scarlett kembali menangis chibi-style.

Rena hanya swetdrop saja melihat scarlet menangis "aku sajah tadi saat terkena air panas tidak menangis desu" kata rena dengan sedikit pelang.

Kencana menghela napas melihat Scarlett. Kelihatannya Scarlett tidak tahu banyak tentang obat-obatan, jadi dia memutuskan membantunya. Diambilnya salep tersebut dan tanpa ba-bi-bu dioleskannya sedikit di kaki Scarlett. Agak susah juga karena Scarlett bergerak terus.

"Scarlett-san, tahan sakit sedikit, ya."

Kencana menduga detik berikutnya dia akan mendengar jeritan Scarlett, jadi siap-siap menutup telinga bila hal itu trejadi.

Scarlett menatap Rena dengan mata violet berkaca-kacanya, "Hhuh~ tubuh Renchan sih enak, normal, tapi tubuhku?! Aku mudah pingsan, tak bisa lari lebih dari 100 meter dan kulit tubuhku mudah sobek!"

Ia melanjutkan kata-katanya, "warna kulitku juga pucat..."

Lalu tak lama kemudian, "IYAAAAN~~ Ittai!! Ittaai!! Stop! Stop! Aku mau ayah dan ibuku!! Kyaaa~" teriaknya. Persis sekali sesuai dengan dugaan Kencana.