[RP] Cafetaria : Open

Quote :

"kenapa?apa ada yang kurang?"

Lamunan Fal di pecahkan oleh Vanessa yang mengajaknya bicara. Fal mengira Vanessa akan segera menghindar, karena perilakunya yang memang aneh itu.

"Eh? Tidak... tidak ada yang kurang sama sekali. Semuanya sempurna...," jawab Fal agak canggung. Sulit bersosialisasi lagi-lagi.

Dia meneguk minumannya lagi, dan kembali terfokus kepada pertanyaan Vanessa.

Quote :

"sepertinya anda butuh istirahat.."

"Ah, ya... tapi aku tidak apa-apa. Aku baik-baik saja. Kelakuanku memang seperti ini," Fal mencoba mengatakan dia orang yang aneh. Maksudnya orang-orang memang kebanyakan menganggap seperti itu.

Hngg... orang yang cukup baik...

Fal mencatat itu dalam memorinya. Semua prilaku orang-orang di apartment yang di kenalnya. Dan dia sendiri lupa kalau dia dan Vanessa belum berkenalan.

Dan Clark pun menyuruh Vanessa untuk melakukan ini-itu. Fal diam saja, sambil memperhatikan semua kegiatan orang-orang sibuk itu.

"baiklah, kalau begi tu vanessa tinggal dulu." katanya lalu berbalik mendekati clark.

"ya clark..ada ap...waw...harum sekali ini...ini diantar kemana?" katanya sambil menunjuk cream soup di depannya.

"Hei... cobalah dulu cream soup ini, princess..." Clark mulai lagi menggoda, yah... kelemahan memang sulit... inilah...

"Kalau ada yang kurang beritahu aku, kalau sudah lezat, silahkan antarkan ini untuk Ryunichirou dan Faldio. Oke? Kau juga boleh mengambilnya..." Clark mengambil lagi semangkuk Cream soup itu.

@ OOT : Sory Repnya lama...
---------------------------------------------------------------------

Ryu yang bingung ingin makan apa , ternyata kebingungannya itu sudah diatasi oleh Clark. " Terima kasih." Ucap Ryu seraya memberikan uang.

Kemudian Ryu pergi dari kasir dan duduk di meja yang ada di dekat kasir tersebut.

"hei Ryu, memangnya kau tidak sekolah ya? Atau libur di hari sabtu?" Clark ikut duduk di meja yang sama dengan Ryu.

"Enak tidak cream soupnya?" tanya Clark sambil memakan cream soup bagiannya juga. "Itu aku yang memasak."

"Tidak, sekolah itu membosankan . "Jawab Ryu sambil meminum sup dengan cara yang sangat formal. Mungkin karena pelajaran di sekolah Ryu sudah jauh lebih sulit. Maklum di Inggris dulu iya mengikuti kelas Aksel dan ia tinggal beberapa bulan lagi sebelum lulus.

"Lebih enak dari buatan kokiku. "Jawab Ryu jujur.

Bocah... Ujar Clark dalam hatinya.

"Kalau kau bandingkan dengan koki-mu itu tentu jauh beda. Aku hanya memasak masakan rumah dengan rasa rumahan. Karena memasak bagiku bukan sekedar enak atau mengisi perut yang lapar, tapi memasak adalah membuat masakan yang bisa membuat orang senang dan merasa nyaman. Karena aku sendiri juga keluar dari rumahku." Clark menjawab dengan gaya cuek-nya. Dia sudah selesai dengan makannya dan pergi lagi ke meja kasir.

"Kalau sekolah membosankan, carilah sesuatu yang tidak membosankan. Jangan hanya bermain biola dan berdiam diri saja."

Vanessa mendekati Clark dan Ryu. "eto...vanessa boleh bergabung?" katanya sambil duduk disamping Clark.

Mendengar obrolan clark dan ryu, vanessa tidak bisa menanggapi. "hum? Kata vanessa, permainan biola ryu mengesankan! Keren! Boleh ga sekali-sekali vanessa mengiringinya dengan piano?" tanyanya pada ryu.

Fal kini memperhatikan percakapan tiga orang itu. Dia sebenarnya tidak mengerti sama sekali dengan apa yang mereka bicarakan. Fal hanya mencatat baik-baik di otaknya, perilaku manusia sewajarnya.

Lakukan apa yang sewajarnya, seperti mereka... catat baik-baik itu, Fal... kau harus mempelajarinya. Demi peringkat WIZARD itu, kau harus melakukan ini semua

Fal memerintahkan semuanya kepada dirinya sendiri. Dia mulai mengetik di udara lagi.

"Yah, kuakui kau benar, kokiku hanya bisa menyajikan sesuatu yang enak saja." Jawab Ryu datar.

" Mungkin nanti aku akan mencari hal yang bisa kulakukan. Selama ini hidupku hanya ada belajar dan bermain biola. " Ucap Ryu sambil mengingat masa lalunya yang sangat jauh dari anak biasa umumnya.

" Terserah kau saja. " Balas Ryu cuek. " Terserah kau saja.Kau bisa bermain lagu apa saja?"

Vanessa terlihat senang. "waaaah! Benarkah? Senangnya!" serunya riang. "...let's see....sebenarnya aku bisa bermain banyak lagu...lagu baru juga bisa...asal ada partiturnya, tidak masalah..." katanya. Vanessa memang jenius dalam bermain piano. Namun kelemahannya saat bermain piano adalah moodnya yang naik-turun. Padahal dia cukup cepat mempelajari sebuah lagu.

Mary-ann selesai membereskan barang-barang di kamarnya dengan cepat.
Suara yang berasal dari cafetaria semakin ramai terdengar. "Mungkin sebaiknya aku memperkenalkan diri kepada penghuni lainnya.." gumamnya. Mary-ann berjalan menuju Cafetaria. Saat tiba, ternyata sudah cukup ramai suasananya. "Selamat siang..." serunya dari pintu.

"Kalau begitu kau mau mencoba bermain lagu baruku?" Tanya Ryu. Tampaknya ia sudah menemukan orang yang sehobi dengannya.

Datang lagi seorang gadis, namun Ryu tidak menyapanya,ia hanya bersikap cuek saja.

suasana cafetaria tetap tak berubah dengan sapaannya. ah....bagaimana ini? gumamnya dalam hati. Mary-ann melihat sebuah meja kosong di ojook ruangan. Mary-ann segera melangkah menuju meja tersebut untuk duduk. apa aku bisa mendapat teman? gumamnya lagi dalam hati.

Vanessa berbinar-binar. " Ah! benarkah?! wah..senangnya!! tentu saja aku mau!" katanya. dia senang sekali akhirnya Ryu mau membuka diri dengannya. Vanessa senang mendekatkan diri dengan semua orang. yah, dia memang begitu.

Quote :

"Selamat siang..."

Vanessa yang mendengarnya langsung berdiri. "sebentar ya..." katanya sambil menghampiri Ann. "selamat siang ada yang bisa dibantu? mau pesan apa? oh, kamu penghuni baru di sini ya? kalau tidak salah namamu kan....." katanya sambil berusaha mengingat-ingat nama orang yang ada didepannya itu.

"Ughm." melihat pesanannya selesai, Shawn cepat-cepat memakannya.

Melihat keadaan sekitarnya yang agak ramai, ia berpindah ke sifat marketingnya, senang bertemu orang-orang (Pernah sekali ia bekerja sebagai unit marketing sebuah perusahaan yang kekurangan pegawai).

"Whaw, rhamai" ujarnya pelan sambil mengunyah makanannya dan mengambil minumannya.

Quote :

"Selamat siang..."

Fal menengok ke arah penghuni baru itu, menatap dan memperhatikannya. Dan sesuai dengan apa yang di pelajarinya selama ini, dalam ilmu bersosialisasi, Fal tentu akan menyapanya juga.

"Ah, selamat siang... anda penghuni baru?" tanya Fal.

Dia mencoba untuk merubah nadanya menjadi ramah, tetapi lagi-lagi malah terkesan dingin.

Vanessa sedikit kaget mendengar nada bicara Fal yang terdengar ramah tapi dengan tampang dingin. "hee....Fal...kenapa? Oh..." gumamnya sambil mendekati wajah Fal.

Dia menunjukkan senyumnya dan mencubit pipi Fal pelan lalu tersenyum lagi. "coba deh Fal tersenyum seperti ini" katanya sambil menunjuk bibirnya yang tersenyum ramah. "coba saja.." katanya lagi

"haaah..." Clark hanya bisa menghela nafas panjang melihat semua yang terjadi di Cafetaria. Biasanya tempat ini sepi dan hanya dikunjungi para orangtua. Sekarang tempat ini malah menjadi ramai.

Clark melirik jam. Tanpa disangka sudah hampir jam 12 siang. Clark langsung melihat yang lain dan menggunakan mic di sana untuk siaran langsung di Cafetaria.
"Baiklah, sebentar lagi jam makan siang. Bagi yang ingin makan siang silahkan antri untuk memesan makanan." Clark mengumumkan lewat speaker yang ada di sana.

Quote :

"coba deh Fal tersenyum seperti ini"

Fal kebingungan. Dia sebenarnya tau cara tersenyum yang baik dan benar. Selama ini dia mempelajarinya, tetapi selalu saja tak berhasil.

Ok, Fal... pikirkan hal-hal yang menyenangkan, yang membuatmu dapat berekspresi seperti itu. Itu kan yang tertulis di buku?

Fal mengingat-ingat buku yang pernah di bacanya. Cara-cara bersosialisasi dengan baik dan benar. Dia kemudian membayangkan hal-hal indah dan membahagiakan di hidupnya.

"Eh... aku tidak bisa," Fal menyerah.

Dia malah semakin teringat masa kecilnya yang selalu bekerja, dan di tinggal banyak hutang oleh ayahnya.

Vanessa berpikir sejenak. Dia mulai berpikir jangan-jangan Fal tidak bisa tersenyum. "etoo....Fal suka geli kalau dipegang dimana?" tanya Vanessa. Pertanyaan yang tidak nyambung. Namun ini satu-satunya cara.

Tentu saja, walaupun hanya sebentar dia bisa tersenyum. Apalagi ketika masa kecilnya, Fal bukanlah orang yang tanpa ekspresi.

Hanya saja bekerja seharian di depan komputer juga membuat penyakit anti-sosialnya menjadi semakin parah.

"Eh? Geli? Aku tidak tau. Mungkin tangan."

Fal kembali memperhatikan tangannya yang 'kapalan' itu. Bisa di bilang gara-gara dia mengetik non-stop selama lebih dari 12 jam setiap harinya, tangannya menjadi seperti itu. Agak rata di bagian ujungnya.

"hoa....yang benar? Boleh aku lihat tanganmu?" tanyanya. Dia masih mencoba membuat Fal tertawa.

Tapi dia tidak tahu bagaimana caranya.

"Boleh," jawab Fal pendek.

Fal sendiri tidak tau, apakah dia akan tertawa atau tidak. Yang jelas sudah lama sekali Fal tidak tertawa. Kalau tersenyum, kadang-kadang dia memang bisa walaupun tanpa di sadari, tapi untuk tertawa, Fal sendiri tidak yakin dengan keberhasilan itu.

Shawn selesai dengan makanannya, dan kini makan siang.

Mungkin ia masih lapar? Karena sekarang ia mengantri lagi untuk makan siang.

"Waaw, sebentar lagi makan siang." ujarnya polos, tampak seperti anak kecil yang matanya bersinar-sinar saat mendengar makanan. Sudah cukup lama ia tidak mendapat makanan selama tidak mendapat pekerjaan.