[RP] Cafetaria : Open

Vanessa memegang tangan Fal. "wah...jarimu...selalu mengetik ya?" tanyanya. Dengan jarinya, Vanessa menyusuri telapak tangan Fal perlahan.

Konyol. "oh...memangnya kerjanya Fal apa?" tanyanya.

"Mengetik? Ya, bisa di bilang begitu. Melukis juga, membuat tanganku seperti ini."

Fal mulai agak cemas, tentu saja tangannya itu memang terlihat seperti 'kapalan' yang di miliki setiap hacker pada umumnya. Atau di sebut juga Hacker Manicure. Sebuah istilah bodoh, yang Fal sendiri tidak tau kenapa mereka menamakannya seperti itu.

"Kerjaku? Melukis. Kadang aku mengetik."

Fal tidak pandai mencari alasan. Dia sendiri tidak tau harus menggantikan kata 'hacker' itu dengan apa.

Shawn melihat ke sekitar, dan melihat Vanessa juga Faldio sedang berpegangan tangan.

"Er, hah!? Kalian berdua..." katanya dengan tatapan kaget melihat keduanya.

Mendengar Shawn yang berkata dengan nada aneh, vanessa sedikit kaget. "loh? Kenapa?" tanya vanessa.

"kalian...maksud shawn vanessa sama fal?" tanyanya.

Fal melihat Shawn. Dia sendiri tidak mengerti dengan tatapan kaget Shawn itu.

Fal diam saja, tidak mengerti.

Lebih baik diam dari pada mencari masalah

Salah satu dari prinsip Fal.

"Iya kalian berdua." ujarnya lurus tanpa basa-basi.

"Kalian berdua... sedang dalam sebuah hubungan kah?" tanya Shawn polos.

Memang aneh rasanya kalau orang seperti Shawn, yang polos seperti itu, pernah menjadi seorang mata-mata ataupun Hacker, tapi itulah kenyataannya.

"memangnya orang seperti fal mau dengan gadis sok (memang) imut itu? Kurasa tidak shawn. Dia memang begitu." clark berkomentar sambil mencatat pesanan.

"rasanya tadi ada seseorang yang ku tugasi mencatat pesanan ya... Kemanakah orang itu?" clark menyindir vanessa yang tak membantunya.

Hubungan apa?

Fal bertanya-tanya ke dirinya sendiri. Memang tidak mengetahui hal-hal seperti itu. Pikirannya saat ini hanya tertuju pada sebuah program "TRAPDOOR" buatannya, yang akan di jalankannya malam ini.

"Hngg...," Fal bergumam tak jelas, dan kembali memperhatikan kegiatan manusia-manusia di sekitarnya.

Vanessa tertawa kecil. Dia tidak menyangka Shawn sepolos itu. "ahaha..tidak...tidak...bukan itu...tapi...."

vanessa mendapat ide. "eh..eh...shawn tau ga? Vanessa lagi ngeramal Fal loh... Vanessa kan peramal!" katanya. Tentu saja, vanessa hanya bercanda.

"Hoo." Dalam sekejap setelah mengatakan itu, tatapan dan raut muka Shawn berubah total, matanya yang tadi berbinar-binar berubah menjadi mata seseorang yang serius, seperti sedang dalam pertaruhan judi, bisnis, atau sebagainya. Senyum Shawn juga meredup, meninggalkan sedikit senyum yang lebih terlihat seperti senyum kesenangan daripada kebahagiaan.

"Yah, kalau begitu, makan siang apa, Clark?" tanyanya singkat dan datar.

Kebiasaan Businessman yang mengambil alih dirinya saat makan siang, rupanya.

Vanessa merasa kupingnya gatal. Rasanya ada yang menyindirnya. Saat menoleh ke Clark, vanessa baru sadar kalau dia telah meninggalkan tugasnya. "eto...Fal, sudah jam makan siang, kalau mau Fal bisa...Fal?" katanya sambil melihat Fal yang melamun. Vanessa melambaikan tangannya.

"Fal? Fal?" panggilnya. Akhirnya vanessa memegang pipi Fal. Biasanya kali ini ampuh mengatasi orang bengong. "Fal?"

"Hm?" Shawn memperhatikan Vanessa dan Faldio lagi.

"Ada apa? Dia bengong ya?" tanya Shawn singkat.

"Hm, coba kau teriak di telinganya." saran Shawn singkat dan jelas.

"Clark apa kau bisa memasak makanan selain masakan Eropa?" Tanya Ryu kepadanya .Dari dulu Ryu jarang menikmati makanan selain makanan Eropa, mungkin karena orangtuanya yang tidak suka dengan makanan ala timur.

Vanessa agak heran mendengar usul Shawn yang rada aneh itu. "eh?? jangan..kasian Falnya..." katanya.

"faaaaaal?" panggilnya lagi. usahanya masih berlangsung

Programnya masih belum sempurna... sial... aku harus menambahkan beberapa kode, untuk menyempurnakannya, tanpa bantuan kepolisian, tidak mungkin aku bisa...

Quote :

"faaaaaal?"

Lagi-lagi lamunan Fal pecah akibat Vanessa yang memanggil-manggilnya. Dia baru sadar, saking asyiknya memikirkan taktiknya dengan kepolisian. Dan program TRAPDOOR-nya yang belum sempurna. Masih sangat banyak kekurangan.

"Ah... maaf, aku memang sering melamun...," ujar Fal pelan.

"Kalau kau mau masakan Jepang, China dan Indonesia sih bisa aku buatkan." Clark bertopang dagu di sambil memandang mereka dengan cuek dan memainkan bolpoin di tangannya.

"Jadi kalian mau pesan apa... di sini ada 3 pesanan lagi... cepatlah..." Clark mulai mengetuk meja tidak sabar.

"Hm?" Perhatian Shawn teralih kembali ke Clark.

"Ah, ya sudah, aku pesan... em... hm... ada Kimchi kah? Kau bisa masakan Korea, Clark? Atau... aku saja yang masak, asal ada bahannya. Ada daging sapi kan, Clark?" tanya Shawn lagi.

Shawn lalu melihat Fal.

"...hati-hati dengan yang kau lakukan... salah sedikit saja kau bisa salah masuk dan menggagalkan apa pun yang kau lakukan." ujar Shawn dengan senyuman ringan yang menandakan pengetahuannya yang cukup luas, tentang apa yang dilakukan Faldio.

"Kau juga memakai komputer sebagai kanvasmu, kan?" Shawn memberi sedikit tekanan nada pada ketiga kata itu. Memakai komputer sebagai kanvas bisa berarti luas, mungkin berarti bahwa sang pengguna adalah seorang programmer, seorang graphic designer, bahkan seorang hacker.

"Perlu kubantu? Aku tak yakin kalau aku masih punya sentuhanku dalam hal itu, bagaimanapun." lanjut Shawn lagi.

"Ya, aku tau itu," Fal menarik nafasnya dalam-dalam.

Kegiatan hacking-nya juga sebenarnya tidak terlalu bebas. Fal sendiri pernah meng-HACK perusahaan-perusahaan besar. Walaupun begitu, dia hanya menantang dirinya sendiri untuk membongkar suatu sistem keamanan dari sebuah perusahaan-perusahaan besar.

Fal senang melakukan itu. Dia suka tantangan. Tetapi Fal tetap menjaga nama baiknya sebagai HACKER, dan tata tertibnya, yaitu 'melihat tetapi jangan di sentuh'. Jadi Fal sendiri tidak pernah merubah suatu sistem yang ada di komputer.

Quote :

"Kau juga memakai komputer sebagai kanvasmu, kan?"

Fal langsung mengerti apa yang di maksud Shawn. Dia mengangguk pelan, dan tidak banyak bicara.

"Hm? Tidak, tidak perlu. Aku... sudah terbiasa melakukannya sendiri. Dan program yang sedang kubuat itu, aku sangat senang jika aku dapat menyelesaikannya sendiri," jawab Fal.

Vanessa menghela nafas lega. "fyuh...kukira kamu kenapa-napa Fla....lain kali jangan terlalu banyak melamun, nanti jiwamu bisa diambil...katanya...sih.." kata vanessa sambil menurunkan tangannya dari pipi Fal.

vanessa melirik Clark yang tampak kesal.

ah, harusnya kan vanessa membantu Clark ya?!

"eh...nanti kita ngobrol lagi ya.." kata vanessa sambil berlari mendekati Clark. "hue...clark...vanessa minta maaf...hue...vanessa bantuin deh sekarnag...janji..ya?" katanya. tangannya membentuk tanda peace sambil berdoa dalam hati agar Clark tidak mengamuk padanya.

Apa katanya? Di ambil? Tidak. Aku masih ingin hidup.

Fal tidak bisa menanggapi sebuah lelucon atau sebagainya. Dia menganggap yang di katakan Vanessa itu benar. Dan wajahnya langsung berubah menjadi pucat.

Membayangkan dia sudah keburu meninggal, dan tidak sempat menyempurnakan program TRAPDOOR-nya. Mengerikan.

"Kalau kimchi aku tidak bisa membuatnya, tapi kalau uhm... lotek, masakan indonesia, sepertinya aku bisa membuatnya dengan cepat." Clark melihat bahan-bahan kimchi tidak disediakan oleh Madame Catarina "Bahannya tidak ada."

Clark keluar dari dapur sebentar dan menghampiri Fal lalu berbisik padanya.
"Hati-hati Fal... sekarang ada seorang Lawyer[ di sini. Kasusku dulu juga hampir dikorek lagi olehnya.

[In]
...

Haru merasa lelah untuk terus-terusan tinggal di kamarnya, ia tidak diperbolehkan melakukan sesuatu yang berlebihan hingga pekerjaan Haru hanya duduk berdiri sambil membaca buku. Anak ini ingin sesuatu yang lain, setidaknya bukan kurungan kamar lagi seperti yang sudah-sudah.

Makanya... Haru kemudian turun dari kamarnya menuju kafetaria. Ah, ia ingin tahu apa penghuni apartemen ini suka berkumpul di sana, atau adakah anak-anak lain yang bisa menjadi tempatnya di sini?

Langkahnya kemudian terhenti di muka pintu kafetaria. Suasananya nampak ramai sekali... membuat Haru harus benar-benar memerhatikan siapa saja yang ada di sana satu per satu. Ia lalu melangkah masuk, wah... sayangnya yang ada di sini hanyalah para orang dewasa. Memang jarang ya anak-anak yang tinggal dengan orang tuanya.

Haru kemudian mengambil kursi yang tidak terlalu jauh dari kumpulan orang tersebut. Ah... ia tidak tahu harus melakukan apa, kalau ada Midori nee-chan pasti mungkin sosialisasinya bisa lebih mudah.

"Ehm... apa ya?" mulai membolak-balikan buku menu.

"ukh...clark marah ya?" katanya sambil mendekati clark. Vanessa yang dicuekin clark jadi merasa bersalah.

Vanessa mengambil notes dan pulpen. "vanessa akan berjuang!" katanya. Dia menghampiri haruki yang masih membolak-balikan menu.

"selamat siang! Ada yang bisa dibantu?"

Quote :

"Hati-hati Fal... sekarang ada seorang Lawyer[ di sini. Kasusku dulu juga hampir dikorek lagi olehnya.

Fal yang lagi-lagi melamun, langsung terbatuk-batuk setelah mendengar perkataan Clark itu. Lawyer.

"A--Lawyer?"

Matilah aku... aku tidak mau berurusan dengan lawyer lagi

Fal teringat dia hampir di tuduh memasuki sebuah sistem perusahaan, menggunakan TRAPDOOR-nya, dan dia harus berurusan dengan pengadilan, akibat kesalah pahaman. Pengalaman buruk.

"Lawyer? Oh... ohoho... aku juga pernah menjadi salah satunya." ujar Shawn pelan pada Faldio dan Clark.

"Pekerjaan yang menyenangkan, kau tahu? Selama tidak berurusan dengan Mafia, karena Mafia akan membunuh pembela musuhnya bahkan sebelum sampai ke meja hijau."

"Oh, ya, aku pernah berurusan dengan banyak orang, mulai dari mereka yang kecil, hingga mereka yang benar-benar... besar." lanjut Shawn lagi pada Clark dan Faldio.

"Hmph, kalau ada apa-apa yang terjadi pada kalian, katakan sesuatu padaku, kalau-kalau aku bisa membantu."

Shawn tersenyum ringan pada keduanya, dengan sorot mata ringan yang menyiratkan ketenangan yang luar biasa.

Ketenangan yang dikenal pada Freelancer sebagai milik hanya satu orang, sang Mirage Residence.