[Pre-Event] Messing Up with the Preparation

Rikuto terdiam sejenak sebelum menjawab pertanyaan Rena. Ia bahkan menghentikan langkahnya dan menatap Rena dengan tatapan yang lurus. "No, I don't like her!" jawabnya singkat. Ia lalu menelan ludahnya.

"Because I do love her..." lanjutnya dan entah kenapa tiba-tiba saja angin berhembus melambai-lambaikan rambut hitam Rikuto.

"Tentu aja aku ingin merebut Scarlett dari lelaki sombong itu! Dan aku sedang berusaha untuk mencapainya!" jawabnya lagi, walaupun ia sendiri bingung dengan bagaimana caranya, karena ia tahu Scarlett benar-benar mencintai Ryu dari lubuk hati Scarlett yang terdalam. Seakan tak ada tempat bagi Rikuto untuk masuk di antara mereka berdua.

Tanpa sengaja, Rikuto memperlihatkan wajah sedihnya pada Rena.

Rena merasa bersalah karena membuat rikuto sedih "gomen rikuto san " rena membungkuk ke rikuto,rena terus mengucapkan maaf dalam bahasa asli y dan terus membungkuk karena ia sangat merasa bersalah membuat orang lain sedih.

Rikuto hanya tersenyum mendengar respon dari Rena. Setelah itu ia menepuk-nepuk kepala Rena dengan lembut. "Daijoubu! daijoubu! You're a good girl after all!" ucapnya sebelum ia kembali berjalan dan menempatkan tangannya kembali di saku celananya.

"Ayo kita pergi ke tempat pamanmu itu!"

Rena pun kembali berjalan di sisi rikuto."rikuto san harus berjuang untuk mendapatkan scarlet san." ujar rena sambil berjalan dan mulai sedikit menghela napas dan memasukan tangannya ke saku jaket nya karena dingin.

Rikuto lagi-lagi tersenyum mendengar kata-kata Rena. Ia lalu menoleh ke arah gadis itu.

"Tentu saja aku pasti akan berjuang agar bisa merebut Scarlett dari Ryu. Makasih ya, kau sudah menyemangatiku!" ucapnya dan sekali lagi ia menepuk kepala Rena lembut.

"Sudahlah jangan ngomongin tentang Scarlett lagi! Sekarangkan aku lagi jalan sama kamu. Lebih baik kita ngomongin tentang kamu deh! Kamu udah punya pacar Rena?" tanya Rikuto santai.

"eh" rena kaget.
"a-a-aku belum memiliki pacar sampai saat ini " ujar rena dan tidak melirik ke arak rikuto,"mangapa kau menanyakan hal seperti itu?" ujar rena masih tidak melihat ke arah rikuto.

Rikuto menyeringai mendengar jawaban Rena. "Fufufu wajar kan kalau aku bertanya begitu? Sekarang kan aku lagi jalan denganmu. Kalau kau punya cowok dan dia tahu aku lagi bareng kamu, bisa-bisa nanti dia ngamuk!" serunya.

"Ya syukur aja kalau kau ternyata belum punya pacar. Tapi cowok yang disuka pasti ada kan?" tanyanya sambil menggoda Rena.

"ah ada tapi dia sudah lama aku tidak melihatnya" ujar rena dengan muka agak sedih ia selalu ingin bertemu dengan temanya itu dan sekaligu orang yang rena sukai pertama kali."aaah sudah jangan membicarakan masalah seperti ini lagi" ujar rena dan tersenyum ke arah rikuto.

Rikuto terdiam sejenak mendengar jawaban Rena. Ia bahkan tak memedulikan kata-kata Rena yang menginginkan untuk tidak membicarakan tentang orang yang disukai Rena lagi.

"Eh? Emangnya dia kemana?" tanyanya, agak sedikit penasaran.

"moh sudah jangan bicarakan itu lagi" dengan muka sedikit kesal karena rena tidak ingin mengingat org bodoh itu lagi."ayo cepat sebentar lagi kita sampai" ujar rena oada rikuto.

Rikuto semakin menyeringai ketika mendengar jawaban dari Rena. "Fufufu kau terlalu mencintainya sampai kau tak ingin membicarakannya ya?" godanya sambil menepuk bahu Rena.

"Oh, sudah sampai ya?" tanyanya sambil mengangkat wajahnya untuk melihat tempat yang dituju.

"noooo..... aku sudah tidak peduli dengan org itu" ujar rena sambil membuka pintu toko musik "halo paman aku kembali untuk memngambil gitar ku" ujar rena riang ."oh rena chan tunggu aku ambilkan dulu" ujar pamannya sekaligus pemilik toko musik.

Rikuto hanya menyeringai mendengar respon dari Rena. Apakah gadis itu sudah berubah menjadi membenci orang itu, ia tidak tahu. Ia lalu mengikuti Rena masuk ke dalam toko musik milik pamannya, dan melihat pamannya yang akan mengambilkan gitar untuk Rena.

"Cepatlah, aku ingin cepat-cepat melihatmu main gitar!" ujarnya pada Rena.

"ah baiklah" ujar rena pada rikuto,"paman cepat ya" lanjut rena pada pamanya.rena melihat sekeliling dan melihat ada seorang wanita sedang melihat gitar bass "hah sepertinya aku kenal dengan bentuk tubuh seperti itu" ujar rena dan mendekati perempuan itu.

Rikuto hanya menyandarkan tubuhnya pada dinding di dekatnya. Menatap Rena yang tampaknya masih sibuk dengan urusan gitarnya. Lalu tiba-tiba saja gadis itu tampaknya menaruh perhatiannya pada seseorang. Ia menengadahkan dagunya untuk melihat siapa orang itu.

"Hhah? Siapa?" tanyanya bingung.

Saat rena mendekat pada wanita itu ia melihat inisial k di tas gitar yang di gandong wanita itu dan inisial itu sama dengan tulisan inisial kakanya.saat rena hendak menyapa wanita itu pergi keluar dari toko dengan terburu buru "hah mangkin dia bukan kk ku " ujar rena.

Rikuto hanya menatap Rena dengan penuh kebingungan. Ia juga melihat ke arah wanita yang ditunjuk oleh Rena. Ia bahkan sama sekali tak mengenal wanita itu. "Hei, ada apa sih? Wanita itu siapa?" tanyanya setengah antusias.

"Kapan kau akan main gitar? Aku ingin cepat-cepat lihat!" serunya agak menyuruh.

"buka siapa siapa kok hanya saja inisial di tas gitarnya mirip dengan inisial kk perempuanku"ujura rena "tapi tidak mungkin karena dia sibuk dengan urusan band nya yang sudah cukup terkelan" lanjutnya "ah setelah gitar ku di ambilakan paman di ruang reparasi"ujar nya dengan tersenyum.

Rikuto hanya menatap Rena tanpa ekspresi berarti. Ia lalu semakin menyandarkan punggungnya pada dinding dan menyilangkan kedua tangannya.

Oh, kakaknya... Ngomong-ngomong tentang kakak, Rikuto juga punya seorang kakak perempuan, dan seorang adik perempuan. Sebagai satu-satunya anak kandung lelaki di keluarganya, Rikuto benar-benar dididik untuk dapat mewarisi perusahaan ketika nanti ia sudah menikah. Karena itulah, ia sama sekali tak sempat untuk menikmati musik, maupun menikmati alat musik.

"Emang direparasinya itu biasanya lama ya? Lalu kenapa kau nggak make gitar lain aja, disini banyak gitar kan?" tanyanya bingung dan agak merasa bosan.

"eto sebenarnya dari kemarin sudah selesai hanya saja aku sibuk main drum" ujarnya sambil sweat drop."jika gitar ku di reparasi aku bisanya main drum hehehe,aku juga gak ngerti napa aku hanya bisa main gitar yang itu sajah." lanjutnya sambil menggaruk kepala yg tidak gatal.

Rikuto hanya bisa menggelengkan kepalanya tanpa arti. Ia benar-benar tak mengerti soal musik. Apa yang dikatakan Rena benar-benar membingungkannya.

"Kau ini benar-benar aneh, Hirasawa.." responnya sambil sweat-dropped menatap Rena.

rena melihat ke arah rikuto dengan tatapan bingung "aneh bagai mana ?" tanya rena dengan penuh kebingungan."ren chan ini gitar mu"ujar paman nya,rena langsung berlari ke arah pamanya dan mengembil gitarnya yg sudah di servis ia mengelus ngelus gitanya " giithaa kau kembali" ujar rena gembira.

rikuto tetap menatap rena dengan aneh saat gadis itu mengelus-elus gitarnya. "oi, cepat mainkan! Aku udah nunggu lama nih..!" suruhnya agak sedikit kesal.

rena langsung melihat ke arah rikito "ah sebentar y" uajar rena pada rikuto...

"rena apa dia pacarmu?" tanya pamannya....
"ah bukan dia teman ku saja kok" uajar rena riang..

"baiklah riku chan aku mainkan sekarang" ujar rena sambil meamin kan gitarnya dengan melody yg sangat bgs dan hanya rena yg mampu membuat melodi sebagus ini ...

rikuto agak kaget mendengar panggilan rena padanya. "e? Riku chan tte.. nanda? Kenapa kau memang-" namun kata-katanya terpotong mendengar melodi gitar yang dimainkan rena. Entah kenapa ia merasa seperti terhipnotis dan terhisap ke dalam melodi tersebut. Tanpa disadari, ia menutup kedua mata hitamnya.

"your play.. Not bad." komentarnya singkat. Untuk kedua kalinya rikuto merasa terpesona terhadap seorang gadis. Mungkinkah nantinya akan ada perkembangan dari pandangannya terhadap rena? Dunno.