[Pre-Event] Die Nacht vor

Alte Donau.

Will duduk di sebuah bangku taman di pinggir danau.

Bukan tempat yang tepat untuk menunggu, apalagi di musim seperti ini.

Tampaknya akhir-akhir ini ia berada di tempat yang tidak sesuai musim.

Tapi sungguh keberutungan yang besar dia bisa berada di sini sekarang. Berkat Madame d'Hautpoul, ia bisa meminta cuti lebih panjang dari rumah sakit.

"Pertama Rennes, sekarang ini~" Dendangnya. Sumbang.

Tapi ia tidak tahu lagi harus menunggu di mana. Biarlah nanti Indira yang memilih.

Indira.

"Uft..." Will menghela nafas dan mulai bersiul pelan.

Indira cepat2 pergi. Dia harus menemui pasangan dansanya. Rencananya hari ini dia dan pasangannya mencari gaun.
Indira tiba di pinggir danau. Tempat pasangannya menunggu.

"maaf membuatmu menunggu!"

Quote :

"maaf membuatmu menunggu!"

Will tersenyum. "Sama sekali tidak..." Sahutnya enteng.

Memang benar kok, justru tadi dikiranya ia yang terlambat. Vienna membuatnya sedikit bingung.

"Sekarang kita kemana, Tuan Putri?" Godanya sambil membungkuk dan mengulurkan tangan.

"a-ah..." indira kehabisan kata2. Wajahnya merah padam diperlakukan begitu.

"ki-kita jalan2 saja dulu. Siapa tahu ada yg bagus." hanya itu yg bisa dikatakan indira.

"tuan will sudah punya stelan black tie untuk pesta nanti?" indira mencoba mencari topik. Hanya itu yg bisa dikatakannya.

"a-ah..." indira kehabisan kata2. Wajahnya merah padam diperlakukan begitu.

"ki-kita jalan2 saja dulu. Siapa tahu ada yg bagus." hanya itu yg bisa dikatakan indira.

"tuan will sudah punya stelan black tie untuk pesta nanti?" indira mencoba mencari topik. Hanya itu yg bisa dikatakannya.

Will terkekeh melihat ekspresi Indira.

Wanita Timur memang lebih tertutup bila dibandingkan dengan Wanita Barat. Lihat saja, dengan tindakan sekecil itu saja sudah membuat wajahnya merona. Benar-benar menggemaskan.

Quote :

"ki-kita jalan2 saja dulu. Siapa tahu ada yg bagus."

"Terserah... Toh aku tidak begitu mengetahui tempat ini..."

Benar kan?

Quote :

"tuan will sudah punya stelan black tie untuk pesta nanti?"

Will mengerutkan dahi. "Seingatku belum... Bagamana menurutmu?" Godanya, balik bertanya. "Dan berentilah memanggilku Tuan... Namaku Will, tampa embel-embel Tuan atau Sir atau sebagainya." Tambahnya sambil mencubit pucuk hidung Indira.

"aku sudah tau tempat belanja di sini. Ayo!" indira yang memimpin jalan.

"mau di mana? Butik? Atau butik first class?"

"oke... Will." entah kenapa wajahnya merah.

"aku sudah tau tempat belanja di sini. Ayo!" indira yang memimpin jalan.

"mau di mana? Butik? Atau butik first class?"

"oke... Will." entah kenapa wajahnya merah.

Quote :

"aku sudah tau tempat belanja di sini. Ayo!"

"Yah, jika kau sudah tahu, kuserahkan semuanya pada Tuan Putri saja~" Will tersenyum.

Quote :

"mau di mana? Butik? Atau butik first class?"

"Dimanapun... Yang penting aku mendapat apa yang dibutuhkan..."

Ia memang tidak pernah mempermasalahkan pakaian. Biasanya Renata dan Elizabeth yang merocokinya tentang pakaian.

Quote :

"oke... Will."

Senyum Will semakin lebar. "Boleh bertanya satu hal...?" Will menggantung pertanyaannya.

"mungkin kita lihat saja kualitasnya. Atau armani mungkin cocok." indira mulai membayangkan pakaian yang cocok untuk will.

"boleh. apa yang mau kau tanyakan?" indira mulai terpancing dengan pertanyaan itu.

"mungkin kita lihat saja kualitasnya. Atau armani mungkin cocok." indira mulai membayangkan pakaian yang cocok untuk will.

"boleh. apa yang mau kau tanyakan?" indira mulai terpancing dengan pertanyaan itu.

Quote :

"mungkin kita lihat saja kualitasnya. Atau armani mungkin cocok."

"Apapun yang membuat Tuan Putri senang..." Will tersenyum simpul.

Quote :

"boleh. apa yang mau kau tanyakan?"

Will mengamati muka Indira sejenak. "Mukamu sering sekali merona. Katakan, kau begini karena memang sedang sakit, atau karena kau sedang bersamaku?" Tanyanya enteng.

Entah kenapa, akhir-akhir ini ia sering menggoda Indira. Reaksi gadis itu seringkali membuatnya ingin tersenyum.

"aku tidak sakit walaupun di sini dingin!" indira merasa berpacu dengan jantungnya. Entah kenapa.

"jangan panggil aku tuan putri! Indira juga cukup!" indira protes sekarang.

"ukh..." indira langsung bersembunyi di belakang will dan mencengkram lengannya. "anjingnya besar...

Quote :

"aku tidak sakit walaupun di sini dingin!"

"Ahahahahhaha!" Tawa Will meledak melihat ekspresi Indira. "Tentu, tentu..."

Quote :

"jangan panggil aku tuan putri! Indira juga cukup!"

Sebelah alis Will terangkat. "Aku terbiasa memanggil orang sesuai penampilannya... Apa salah?" Ia nyengir, senang bisa menggoda gadis itu lagi.

Benar, kan? Dimatanya penampilan Indira bak seorang Putri. Yang terkadang begitu anggun, tapi sebenarnya memiliki sisi manis juga.

Quote :

"ukh... anjingnya besar..."

Will menoleh mengikuti arah pandangan Indira. Di jalan setapak di depan mereka memang ada seekor anjing Terrier besar. Tapi tidak sebesar Sheetland Sheepdog nya, Noir.

"Anjing yang manis..." Will bergumam. "Ayolah Princess, tidak usah takut begitu. Lihat, tatapannya begitu bersahabat. Tampaknya ia ingin mengajakmu berkenalan." Will menuntun Indira mendekati anjing itu.

"jangan dekatkan itu padaku!!" Indira memiih untuk mundur. "Jangan mendekat!"

trauma masa lalu membuatnya sangat benci dengan anjing dan takut.

"Ayolah! cepat kita pergi! kau mau membuatku pingsan di sini?" Indira memelas pada Will.

Quote :

"jangan dekatkan itu padaku!! Jangan mendekat!"
"Ayolah! cepat kita pergi! kau mau membuatku pingsan di sini?"

Will sedikit mengedikkan kepalanya. Sesuatu dari cara bicara Indira memberi tahunya bahwa gadis itu benar-benar takut.

"Baiklah..." Will menarik Indira ke arah berlawanan. "Sekarang kau mau kemana dulu, Princess?" Tanyanya, mengalihkan pembicaraan.

Well, untuk sekarang, rasanya lebih baik mencari topik yang lebih aman.

"kita masuk ke toko itu." indira masuk ke sebuah butik. Lalu dia mulai berkeliling. Melihat satu per satu baju untuk will.

"coba ini!" indira memberikan kemeja putih, jas, rompi dan celana kain berwarna hitam. Lalu dia mengambil kain berwarna merah untuk dijadikan dasi.

Quote :

"kita masuk ke toko itu."

"Baik~" Dengan patuh Will mengikuti Indira masuk ke sebuah butik. Disana ia memerhatikan Indira memilah-milah beberapa potong pakaian. Dalam waktu yang cukup singkat, Indira berhasil mengumpulkan beberapa potong. Gesit juga.

Quote :

"coba ini!"

"Oke..." Will mengambil pakaian-pakaian itu dari tangan Indira. Lalu berlalu masuk ke ruang ganti.

Bukan sesuatu yang buruk toh, pikirnya. Ia sudah sering kali memakai jas seperti ini. Bukan hal yang menyebalkan, meski harus ia akui, memakai pakaian yang berangkap-rangkap seperti ini cukup tidak nyaman juga...

Biasanya kan ia hanya memakai kemeja kasual dirangkap jas Dokter.

Will merapikan dasinya lalu keluar dari kamar ganti.

"Nah, bagaimana?" Tanyanya sambil sedikit mengangkat kedua lengannya.

"itu kerahnya diangkat." indira mengangkat kerah kemeja will.

"nyaman? Kau suka?" indira melihat dengan seksama. Indira kaget menyadari kalau will ternyata begitu tampan.

"eng... Itu pantas untukmu."

"aku sebenarnya membawa gaunku. Aku ingin menanyakan pendapatmu, tapi aku malu. Ini buatanku sendiri." indira menunjukan tas kertas berisi gaun.

Quote :

"itu kerahnya diangkat."

"Eh, ooh..." Will berdiri diam, membiarkan Indira membenarkan kerah kemejanya.

Quote :

"nyaman? Kau suka?"

Will merapikan lipatan rompi-nya. "Lumayan..." Ujarnya.

Quote :

"eng... Itu pantas untukmu."

Will memerhatikan bahwa muka Indira sedikit merona lagi, ia lalu tersenyum. "Terima kasih... Tapi tampaknya aku masih kurang pantas bersanding dengan Tuan Putri?" Ujarnya sambil terkekeh pelan.

Quote :

"aku sebenarnya membawa gaunku. Aku ingin menanyakan pendapatmu, tapi aku malu. Ini buatanku sendiri."

Alis Will terangkat. "Malu? Untuk apa?" Ia tersenyum menyemangati. "Ayo, perlihatkan padaku. Aku yakin gaun itu akan sesuai sekali untuk mu..." Ujarnya sambil mengambilkan kantong kertas itu dan memberikannya pada Indira.

"Baiklah. Aku akan mencoba." indira mengambil kantung itu, namun sebelumnya dia mengambil sepasang sepatu high heels dan pergi ke ruang ganti.

tak lama indira keluar dengan gaun selututnya. One piece dress berwarna baby blue. Terdapat bunga mawar pada bagian pinggang kanan indira dan gaun itu berbentuk a line yg jatuh dengan halus. Terdapat payet2 berwarna silver di sana. Indira mengenakan sepatu berwarna senada.

"bagaimana?" indira berputar bagai model.

Quote :

"Baiklah. Aku akan mencoba."

Will memerhatikan saat Indira berjalan memasuki ruang ganti. Ia sendiri lalu duduk menunggu sambil sedikit melonggarkan dasinya.

Sejak dulu ia tidak terlalu suka ada benda yang melingkar di lehernya.

Tak berapa lama kemudian Indira keluar. Sesuai perkiraan Will, gaun itu cocok untuk Indira.

Jelas saja kan? Dia sendiri yang membuatnya... Tidak hanya bisa memakai, rupanya gadis ini juga bisa membuat gaun yang indah.

Quote :

"bagaimana?"

Will tersenyum. "Apalagi yang kau harapkan keluar dari mulutku, Princess?" Will berjalan mendekati Indira. "Saking menawannya, aku lupa komentar yang ingin aku katakan..." Will berlutut di hadapan Indira.

"Bersediakah Tuan Putri berdansa dengan saya?" Ujarnya setengah main-main sambil mengulurkan tangan ke arah indira.

"ih~, will berlebihan!" indira sangat malu diperlakukan begitu oleh will.

"jadi, apa kamu akan membeli jas itu? Aku akan membeli sepatu ini. Kalau jasnya tidak nyaman, nanti kita cari lagi." indira berusaha mengalihkan topik pembicaraan. Sudah lama dia tidak sedekat ini dengan laki-laki ditambah dia tidak pernah diperlakukan begini.

Quote :

"ih~, will berlebihan!"

Tuh kan...

Will terkekeh. "Baiklah, baiklah..." Ia lalu bangkit berdiri dan mencubit pelan pipi Indira yang merona.

Quote :

"jadi, apa kamu akan membeli jas itu? Aku akan membeli sepatu ini. Kalau jasnya tidak nyaman, nanti kita cari lagi."

"Kalau menurutmu sudah pantas, kita beli saja..." Ujar Will enteng. Toh semua jas rasanya sama saja....

"Menurutku sudah bagus." indira menelitinya lagi. "tapi sebagus apapun kalau tidak nyaman sama dengan bohong."

"i want to buy this one." indira memberikan sepatu itu dan masuk ke kamar pas untuk menggunakan lagi sweater turtleneck pink, mantel putih, syal dan topi wol pink nya.

untungnya dia masuk ke butik biasa, seperti butik miliknya, bukan butik first class yg harganya selangit. Satu2nya barang yg dibeli indira dari butik mahal adalah tas louis vuitton yg dipakainya sekarang. Itu pun dia berhemat setengah mati saat dia pindah ke lyon demi mendapatkannya.

"sekarang kita mau kemana?" tanyanya pada will

"want to have a cup of hot drink?" tawaran ini diajukan indira. "tapi aku tidak tahu tempatnya."