Azure Life RPG Forum
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Azure Life RPG Forum

An Original Roleplay About Real Life.
 
IndeksIndeks  HomeHome  Latest imagesLatest images  PencarianPencarian  PendaftaranPendaftaran  LoginLogin  
Login
Username:
Password:
Login otomatis: 
:: Lupa password?
User Yang Sedang Online
Total 2 uses online :: 0 Terdaftar, 0 Tersembunyi dan 2 Tamu

Tidak ada

User online terbanyak adalah 23 pada Wed Jun 10, 2020 10:22 pm
Poll
Latest topics
» Absensi, 1 x satu hari
[Omake] The Freelancer's Experiences Icon_minitimeby rena kiryuu Fri Apr 03, 2015 10:17 pm

» Perasaan kalian hari ini
[Omake] The Freelancer's Experiences Icon_minitimeby rena kiryuu Fri Apr 03, 2015 10:17 pm

» [RP] Pumpkins ! - Market
[Omake] The Freelancer's Experiences Icon_minitimeby Chou Tue Jun 21, 2011 6:17 pm

» Komentari Signature di atas!
[Omake] The Freelancer's Experiences Icon_minitimeby rena kiryuu Tue Jun 21, 2011 8:36 am

» Manga yang lagi diikutin!
[Omake] The Freelancer's Experiences Icon_minitimeby Chou Mon Jun 20, 2011 9:48 pm

» Re-Registration Character RP
[Omake] The Freelancer's Experiences Icon_minitimeby dicky Fri Dec 31, 2010 8:10 pm

» [REG] Spencer Van Delft - Double Room
[Omake] The Freelancer's Experiences Icon_minitimeby Assyanm Thu Nov 18, 2010 9:43 pm

» [FRP] Come again! new season come again!
[Omake] The Freelancer's Experiences Icon_minitimeby ciken Thu Sep 30, 2010 8:49 pm

» Sambung kalimat
[Omake] The Freelancer's Experiences Icon_minitimeby Kencana Shiroi Wed Sep 29, 2010 11:12 pm

Affiliates
Clamp-Factory
Niji Lima - Ganbarimashou!
Ouran Indo
Al'loggio: Yaoi Daily Life Roleplaying Forum
SHIKOKU
Fort of Heaven
Phantom Bilingual RPG Forum
yami no sekai
Image Hosted by ImageShack.us
free forum
Fatalite
Saint Sanctuary
Neverworld

 

 [Omake] The Freelancer's Experiences

Go down 
PengirimMessage
Altair

Altair


Jumlah posting : 1675
Join date : 22.07.09
Age : 31
Lokasi : One say Infinity, the other say Forever, others Endless

Character sheet
Character Name: Garant Shawn Thurston
Job: Freelancer
Age: 24

[Omake] The Freelancer's Experiences Empty
PostSubyek: [Omake] The Freelancer's Experiences   [Omake] The Freelancer's Experiences Icon_minitimeTue Aug 04, 2009 10:26 pm

The Sortie on the Storm [Job: Fighter Pilot] : Part 1

“Huff...huff...”

Sebuah pagi yang dingin, di Airbase tempatku ditugaskan. Padahal, Airbase ini dekat dengan laut, namun cuaca yang tidak mendukung akhir-akhir ini membuat tempat ini berbeda dari seharusnya, ditambah dengan waktu sekarang, di tempat ini juga sedang musim dingin.

Sand Island Air Base, aku, Garant Shawn Thurston ditugaskan disini baru tiga hari, baru TIGA HARI. Aku disewa selama dua minggu oleh militer, untuk penjagaan khusus dalam perang. Aku disini bersama instrukturku, Alexander Zehran Cross, yang melatihku dalam maneuver memakai pesawat BAE Hawk yang ditempatkan di airbase ini. Beberapa dari awak dan staff disini lebih mengenalku sebagai Garant daripada Shawn, karena menurut orang-orang militer disana, namaku mirip dengan nama sebuah senjata.

Sekarang, aku sedang berjalan-jalan didekat Taxiway...

“Shawn.” *JEDAR!* Sesuatu yang bulat, kecil, keras, dan menyakitkan mengenai tulang keringku. Aku jatuh berlutut dan lalu rebah di lantai, suara orang-orang dibelakang menertawakanku.

“AW! KAKIKU!” Aku meringis kesakitan, kaki kananku, baru saja ditembak oleh sebuah Air Soft Gun.

“Huahahahaha! Kau harus lebih waspada, Garant!” sebuah suara yang kukenal terdengar, suara salah satu anggota resimen dibawah instruktur Cross, seorang Letnan bernama Hart Blackedge.

“Letnan Hart... anda yang menembak ya?” Hart lalu mendekatiku dan menarik lenganku, mengangkatku dari tanah, dan membantuku berdiri.

“Tenang saja, nak, bukan hanya kau yang pernah merasakan itu, kami semua pernah ditembak langsung oleh Marsekal, bahkan Allen, dia ditembak tiga kali oleh Marsekal, ya kan, Allen!? Marsekal sendiri pernah ditembak empat kali, di kedua tangannya, dan di kedua kakinya.” Hart lalu menunjuk Sersan Allen Windsor, yang mengangguk sambil tersenyum kecut padaku.

“Tapi yang menembak kalian itu bukan orang lain selain Marsekal, kan?” Terdengar suara yang dalam dan menggelegar dibelakangku. Seseorang berambut cokelat panjang yang diikat, dengan mata yang juga berwarna coklat, dan senyum khas di wajahnya.

Marsekal Alexander Zehran Cross, berdiri agak jauh disampingku dan Hart, ia baru saja keluar dari pintu kantor administrasi yang ada dibelakangnya, mendengar ribut-ribut di luar, sepertinya.

“Marsekal...” Hart bicara pelan, lalu melemparkan Airsoft Gun yang dibawanya pada Cross, yang menangkapnya.

“Hhh... pekerjaan yang melelahkan, administrasi... kalian tahu? Sepertinya langit hari ini cukup cerah walau di musim dingin... bagaimana kalau kita... bersenang-senang?” tanya Marsekal Cross. Anggota resimen bawahan Cross semuanya mengangguk.

“Bersenang-senang dimana, Marsekal?” tanyaku. Cross mengangkat tangannya, telunjuknya mengarah ke atas.

“Em... hah?” aku kebingungan, di atas... di atap maksud Marsekal?

“Hei, kau harus tahu, itu artinya, di ANGKASA! Kita akan naik Fighter yang ada disini!” Hart menjawab pertanyaanku tanpa aku perlu mengatakannya.

“Baiklah... semua, aku tunggu di hangar... 30 menit lagi, jangan terlambat, oke?” Marsekal Cross lalu masuk kembali kedalam pintu di belakangnya, mungkin mengurus perijinan. Anggota resimen yang lain pun langsung mengobrol satu sama lain, sepertinya, mereka juga mulai bubar dari tempat itu. Aku masih agak kesakitan dari tembakan tadi, memutuskan untuk tetap di lapangan rumput di dekat Taxiway, duduk.

“Heheheh, selamat datang di resimen Alexander Cross, Garant.” Hart menepuk punggungku, lalu pergi juga bersama yang lain. Aku lalu berbaring

Aku menatap langit. Biru, dengan sedikit awan yang menghiasinya. Rasanya saat melihat semua ini, ingin aku meraih langit itu, tanpa sadar, tangan kiriku menggapai-gapai, mencoba menggapai langit yang tampak bagaikan sebuah kubah raksasa yang mengelilingi diriku dimanapun aku berada.

*srak* Suara langkah kaki yang menginjak rumput terdengar, aku bangkit dan mencoba berdiri, namun seseorang memegangi pundakku, menahanku terduduk di tanah.

“Tidak perlu, diam saja disitu.” Suara itu... Marsekal Cross!?

Marsekal Cross duduk disebelahku, ia mengangkat kepalanya dan melihat langit.

“Pernahkah kau bermimpi untuk meraih langit, Shawn?” Marsekal Cross menanyaiku, dan bukan hanya itu, ia... memanggilku Shawn.

“Langit adalah tempat yang jauh, jauh sekali dari tempat kira sekarang berada, namun, bagi beberapa orang, adalah mimpi mereka untuk tinggal disana, tempat yang mereka anggap asal mereka.” Marsekal Cross menatapku.

“Ah, kita ganti topik pembicaraan saja deh.” Ajak Marsekal Cross.

“Kau dari Oured, tapi tinggal di perbatasan Osea-Belka, kan?” tanya Marsekal Cross, aku mengangguk.

“Hm... tempat itu penuh perang... masa kecilmu... mungkin mirip denganku...” ujar Marsekal Cross.

“Memang, masa kecil anda seperti apa...?” tanyaku, dengan rasa keingintahuan yang tiba-tiba muncul.

“Yah, anggaplah seorang anak yang kehilangan kedua orang tuanya dan berada di daerah konflik...” Marsekal Cross tersenyum kecut.

“Ah, sudahlah, kau cepatlah bersiap-siap, sebentar lagi kita akan mengarungi angkasa. 10 buah F-22 sudah disiapkan untuk kita saja.” Marsekal Cross berkata itu padaku seakan semuanya akan baik-baik saja.

Namun, ada sedikit petunjuk akan kegelisahan dalam nada suara dan raut wajahnya.

[To Be Continued]


Terakhir diubah oleh Altair tanggal Wed Aug 05, 2009 10:16 pm, total 1 kali diubah
Kembali Ke Atas Go down
Altair

Altair


Jumlah posting : 1675
Join date : 22.07.09
Age : 31
Lokasi : One say Infinity, the other say Forever, others Endless

Character sheet
Character Name: Garant Shawn Thurston
Job: Freelancer
Age: 24

[Omake] The Freelancer's Experiences Empty
PostSubyek: Re: [Omake] The Freelancer's Experiences   [Omake] The Freelancer's Experiences Icon_minitimeWed Aug 05, 2009 10:10 pm

The Sortie on the Storm: Chapter 2

30 menit telah berlalu.

Aku dan resimen Alexander Cross sudah bersiap-siap dengan pakaian pilot berwarna jingga cerah, warna yang paling mudah dikenali bahkan dari jauh sekalipun. 10 F-22 Raptor telah siap untuk kami pakai di Hangar, dan Marsekal berdiri di depan kami.

“Siap, grak.” ujar Marsekal Cross tegas, memastikan kami berdiri dengan sikap sempurna dalam barisan berjumlah dua banjar. Marsekal Cross memperhatikan kami satu persatu dengan matanya yang bagaikan mata elang.

“Istirahat di tempat, grak!” serunya sekali lagi. Kami mengambil posisi istirahat.

“Baik, semuanya, selamat siang.” Marsekal Cross mengucapkan sambutannya pada kami di hangar ini.

“Siang!” kami menjawab serempak.

“Siang ini, kita akan melakukan patroli udara biasa dengan perimeter sejauh 80 kilometer. Bahan bakar F-22A ini sudah diisi penuh, namun kita hanya diijinkan untuk membawa masing-masing 4 AIM-9M Sidewinder, 4 AIM-120C AMRAAM, dan juga 800 peluru M61A2 Vulcan. Kita memang tidak diharapkan untuk bertemu musuh, tapi bersiap-siaplah apabila hal itu terjadi.” Marsekal Cross berkata itu sambil berjalan didepan kami, berputar setiap beberapa langkah.

“Badan Meteorologi melaporkan akan ada badai, tapi tidak akan menuju lintasan patroli kita. Kita akan terbang dalam formasi biasa, kau sudah tahu formasi kami, Shawn?” tanya Marsekal Cross padaku.

“Siap, sudah!” jawabku, Marsekal Cross lalu mengangguk.

“Baik, kita lanjutkan dengan misi. Siap, grak! Bubar, jalan!” Kami lalu mengambil sikap sempurna, lalu hormat pada Marsekal Cross sebelum melakukan balik kanan dan bubar. Letnan Hart lalu mendekati Marsekal Cross dan tampak berbicara serius dengannya, Marsekal Cross menunjukkan sedikit kekhawatiran di wajahnya, yang juga membuatku khawatir. Setelah Letnan Hart pergi, giliranku mendekati Marsekal Cross.

“Marsekal, ada apa?” tanyaku.

“Tidak, ada sesuatu yang membuatku sedikit khawatir, walau 1%, kemungkinan apapun tetap ada. Hope for the best, brace for the worst.” ujar Marsekal Cross sambil tersenyum.

“Sudah, masuklah kedalam F-22A mu sekarang.” Marsekal Cross menepuk punggungku dan tersenyum, lalu aku berjalan menuju pesawatku.

Satu persatu, kami mulai menuju Runway dan melakukan take off. Sekarang giliranku untuk melakukannya. Marsekal Cross melakukan take off pertama, dan aku yang terakhir.

“ATC Sand Island Base, Mirage 10 requesting to take-off.” ujarku pada ATC Sand Island melalui radio

”Permission granted, Mirage 10, runway emptied, prepare to take off, over.” ATC membalas, yang artinya runway siap untuk kupakai.

Aku kini sudah berada di runway, mengecek semua tombol dan lampu yang diperlukan, juga landing gear.

“Mirage 10, ready to take off.”

”Roger that, Mirage 10, have a nice day.” Aku menarik tuas thruster, dan sedikit meluruskan pesawat dengan pedal rudder di ujung kedua kakiku. Sedikit demi sedikit, pesawat mulai menambah kecepatan, dan aku pelan pelan mengatur elevator dan aileron untuk memberikan gaya bubung bagi F-22A Raptor yang kukendalikan.

3...2...1... *syuut* sebuah hentakan lembut terasa dari bawah tempat dudukku, aku melihat ke sekitar, dan ternyata, aku sudah terangkat dari tanah.

Aku sudah terbang.

Aku girang, ini... pertama kalinya bagiku.

“Mirage 10, formation.” Sebuah suara muncul dari radio, suara Sersan Allen.

“Roger that.” Aku segera menarik tuas thruster lebih jauh, yang membuat mesin pesawat menambah kekuatannya di afterburner, dan memberikannya kecepatan lebih.

Dalam kurang dari sepuluh menit, resimen... um... maksudku Squadron Alexander Cross, Mirage, telah membentuk formasi huruf V yang biasa kami gunakan.

“Bagaimana rasanya, Shawn?” Suara marsekal Cross terdengar dari radio.

“Rasanya... menyenangkan sekali, marsekal Cross...” jawabku padanya.

Kami mengarungi langit selama beberapa menit, aku menikmati ini, awan-awan yang seakan mengalir disekitarku, begitu juga dengan langit biru yang cerah.

Dunia seakan berjalan dibawahku, orang-orang yang bekerja, anak-anak yang bersekolah, dan semua orang yang beraktivitas dibawah, aku seakan ada diatas mereka untuk mengendalikan mereka semua, walau aku tahu kalau ini hanya untuk sementara, karena nanti, aku akan kembali ke tanah.

Setengah jam berlalu, radar tidak menunjukkan apa-apa. Kami kini mengelilingi perimeter, mendekati pegunungan terdekat disana.

Sand Island Airbase adalah sebuah pangkalan udara yang berada di sebuah pulau ditengah sebuah selat yang diapit dua benua. Kedua benua itu, memiliki pegunungan dengan ketinggian rata-rata 4 ribu meter diatas laut walaupun dekat sekali dengan laut, hal ini terjadi karena gerakan lempeng benua yang cenderung aneh di area ini.

“Baiklah, semua, kita kembali ke base.” terdengar suara Marsekal Cross dari radio, kami lalu mengambil manuver untuk berbalik ke arah markas.

”Ah... akhirnya tidak ada apa-apa...” pikirku lega.

Dan saat itu pula.

“MISSILE ALERT!” tulisan itu muncul di layarku, menandakan kalau sebuah misil sedang menuju kearahku.

“XLAA” Marsekal Cross tampaknya juga mendapat misil itu... XLAA... Long-Range Air-to-Air Missile... misil yang dapat ditembakkan ke empat target sekaligus dari jarak 14 ribu kaki.

“Disperse... Disperse!” terdengar perintah dari Marsekal Cross untuk menyebar. Satu per satu dari kami meninggalkan formasi untuk melakukan anti-missile maneuver. Di radar, muncul beberapa titik kecil di kejauhan, sepertinya samar-samar... *dzzt* Eh?

“Ca...on...ja...er...con...med” Kata-kata Marsekal Cross tidak jelas terdengar di radioku, begitu juga dengan radarku yang sekarang menjadi kacau. Apa yang terjadi, apa? Radar... radio... tidak bisa digunakan...

Ini... Jammer... ada Jammer! Pasti itu kata-kata Marsekal Cross, 'Caution, Jammer confirmed!'

“Vis... con... Fo...thi...ve...” Suara Letnan Hart kini yang terdengar. Aku mencoba melihat ke sekelilingku, ke langit biru terang yang ada disekitarku.

Dan melihat mereka... dari jauh sekali... 12 buah Fighter dengan warna yang berbeda tiap empat pesawat... tampaknya mereka pula yang menembakkan XLAA itu, karena misil itu terlihat berasal dari mereka, dan terus mendekati kami.

Tidak ada kata lain yang bisa kuucapkan.

“Hostile fighters approaching, Mirage 10, engaging.”

[To Be Continued]
Kembali Ke Atas Go down
Altair

Altair


Jumlah posting : 1675
Join date : 22.07.09
Age : 31
Lokasi : One say Infinity, the other say Forever, others Endless

Character sheet
Character Name: Garant Shawn Thurston
Job: Freelancer
Age: 24

[Omake] The Freelancer's Experiences Empty
PostSubyek: Re: [Omake] The Freelancer's Experiences   [Omake] The Freelancer's Experiences Icon_minitimeSat Aug 08, 2009 10:54 pm

[To Be Continued]

The Sortie on the Storm: Chapter 3

Aku mulai, melakukan manuver untuk bertahan dari XLAA yang dikirimkan para Hostile Fighter itu pada kami. Dengan adanya Jammer yang mengganggu komunikasi dan peralatan elektronik, aku berinisiatif untuk mencari jammer itu.
Jammer biasanya berada jauh diatas ketinggian dimana para Fighter berada. Aku lalu mendaki ke ketinggian 20 ribu kaki, dan mencoba mencari dengan mataku.

Terlihat... sebuah EA-6B Prowler. Tangan dan kakiku segera bekerja menggerakan aileron, elevator, dan rudder yang ada di F-22A ini.

Dekat... semakin dekat... tampaknya ia sudah menyadari keberadaanku dan mencoba menghindar, namun sayang sekali, kau sudah masuk dalam jangkauanku.

“Mirage 10, Fox Two!” seruku di radio, walau mungkin tidak terdengar oleh yang lain.

*BLAM!* Direct hit! Misilku mengenai Jammer Aircraft itu! Tinggal sedikit lagi! Sekarang memasuki jarak tembak Vulcan, dan... TEMBAK! *derrrrr...derrr* Suara putaran rotor Vulcan terdengar di kokpitku, peluru-peluru dimuntahkan dari larasnya, melintasi udara menuju Jammer itu... dan... KENA! Aerofoil kanan dari Jammer itu tampak terbakar dan membuatnya lepas kendali. *BLAM!* Tanpa menunggu lama, EA-6B itu meledak di udara.

“Mirage Squadron, permission granted to ENGAGE HOSTILE AIRCRAFT!” terdengar seruan Marsekal Cross di radio, yang dibalas serta merta oleh semuanya.

“ROGER THAT, SIR!” Aku lalu turun dari ketinggianku, dan melihat Mirage Squadron tengah melakukan dogfighting dengan keduabelas Fighter Jet musuh itu.

Empat diantaranya berwarna hijau, empat lagi merah, dan empat lagi berwarna putih.

“Bukan paintjob biasa... Ace Squadrons...” gumamku.

“Mirage 7, Fox Two!” sepertinya ada yang menembakkan misil lagi. Aku memutuskan untuk mencari lawanku.

Satu buah F/A-18C Hornet berwarna hijau tampaknya menemukan jalannya padaku. Aku memulai pertarungan dengannya. Ia mengambil langkah pertama dengan menembakiku memakai Vulcan miliknya. Aku mengelak dengan manuver kekiri, memutar balik untuk mengejarnya. Dia didepanku sekarang.

“Mirage 10, Fox Two!” Aku menembakkan misilku yang kedua, tampaknya ia terbang lurus... Uh! Cobra Maneuver! Ia memperlambat pesawatnya dan melakukan manuver berputar dengan sudut tajam. Sempit sekali celah yang bisa dipakai untuk menyerangnya, saat manuver seperti ini dilakukan, aku sebenarnya bisa menembakinya, dan beberapa dari tembakanku tampaknya kena, namun F/A-18C itu masih bisa bertahan dari tembakanku.

Tahan... tenang... tunggu ia dekat... Aku dan Hornet itu sama-sama melakukan manuver. Membuat kami berputar-putar di tempat itu tanpa bisa menarget satu sama lain.

Selama beberapa menit, kami berdua berputar-putar dalam lingkaran yang seakan telah ditentukan, tanpa ada satupun yang bisa menembakkan misil ataupun menyerang. Sial, XMAA - Advanced Medium-Range Air-to-Air Missile - milikku tidak bisa digunakan apabila begini terus...

“Mirage 1, Fox Two.”
Ah, Marsekal Cross menembakkan AIM-9 Sidewinder.

“Mirage 3, Fox Three!” Ada yang menembakkan XMAA? Ah! Satu JAS-39C dan satu EF-2000 Typhoon jatuh! Tampaknya tembakan AIM-120 AMRAAM tadi menyelesaikan apa yang dimulai misil Marsekal Cross.

“Aku tidak boleh kalah!” Aku meneruskan duelku dengan JAS-39C yang ada tepat dikananku, mengambil pemikiran pertama, aku melakukan thrust jauh kedepan meninggalkan lawan duelku, berpikir ia akan mengikutiku tepat dibelakang, ternyata, ia malah menembakkan XLAA kearahku.

“Ugh!”

“Mirage 5, Fox Three!”
suara dari radio komunikasi terdengar lagi, aku mencoba fokus menghindari misil yang ada dibelakangku. Manuver... manuver... *syuut... zaaarrr* Suara afterburner yang menggelegar hingga ke kokpit tidak membantuku fokus... *BLAR!*

“UGH!” Satu misil mengenaiku, sementara yang lain gagal menghantamku telak. Sekarang, aku kehilangan visual, namun aku masih bisa melihat dia di radar.

“Mirage 10, No joy.” *syuut* Sebuah manuver berputar kulakukan, dan kini kulihat ia, sangat dekat didepanku.

“Saatnya... Mirage 10, Fox Two!” *Shaaat... BLAR!* Ya! Kena! “Splash!”

Saat aku kembali menuju yang lainnya, tampaknya semua sudah hancur, tinggal dua buah aircraft yang masih berduel, sebuah EF-2000 Typhoon dan sebuah F-22A Raptor dengan insignia Mirage di ekornya.

“Marsekal Cross...”

”Biarkan dia, Mirage 10.” Suara itu... Mirage 2, Letnan Hart. Aku akhirnya berputar putar, kedua pesawat yang kami kelilingi tampak saling mengeluarkan manuver terbaik mereka, membuatku berdecak kagum karena keduanya masih bisa saling menyerang dalam keadaan manuver semacam itu.

Belum lama manuver-manuver itu dilakukan, terjadi lagi sesuatu. Langit semakin gelap, dan Raptor yang kupiloti menjadi semakin sering bergetar, apa ini?”

*BLAM!* Sebuah ledakan terdengar, Marsekal Cross berhasil menghabisi Hostile Fighter terakhir.

“Status.” Ujarnya singkat dari radio.

“Marsekal, ada badai menuju arah kita.” kini suara Sersan Allen yang terdengar di radio.

“...arah 256 derajat... kita... menuju Valais. Over.” Valais... nama itu tidak asing ditelingaku... 256 derajat y... APA!? KITA HARUS MELEWATI BADAI ITU?”

“Pak! Kita harus me...”

“Aku tahu... tapi tempat itulah yang terdekat. Maaf... aku benar-benar minta maaf, Residence.”
Ia... memanggilku dengan callsign Residence... callsign Marsekal Cross adalah Regalia.

...

...

Tepat didepanku... adalah sebuah Hurricane raksasa dengan kecepatan angin yang melebihi 500 km/jam...

“Yang benar saja...” gumamku pelan, namun seluruh anggota Mirage Squadron tampaknya tidak ada yang keberatan, mengingat fuel yang hampir habis dimakan mesin.

...

...

*CTAR!* Suara petir menyambar-nyambar disekitar kami, F-22A ku bergetar hebat.

“Semuanya, matikan kontak radio selama di dalam badai dan terbang tetap dalam formasi. Over.” Perintah Marsekal Cross. Kokpit terus bergetar, angin yang sangat kuat mengganggu keseimbangan pesawat.

*JDAR!* *BLAM!* Heh? Suara dari mana itu?

“Mirage 6... down...” APA!? Aku melihat ke sekitarku, dan melihat ada salah satu pesawat yang tersambar petir. Aku tidak bisa melakukan apa-apa kecuali melihat...

*CTAR!* *BLAM!*
“Mirage 9... down...” *BLAM!* Satu lagi...? Tapi... kenapa...? Satu petir tidak akan cukup untuk menghancurkan pesawat ini, kan? Kenapa...? Apa karena pertarungan tadi melemahkan kedua fighter jet yang tangguh itu...?

*shiiing!* Aku... tidak bisa melakukan apa-apa... tidak bisa melakukan apa-apa... sama seperti waktu itu... tidak... tidak bisa melakukan apa-apa... hentikan... tidak... aku tidak mau... bayangan ini... kau... jangan... jangan datang... JANGAN...

...

Mica...

*shiiing!* Aku kembali ke dunia nyata.

“Valais Air Base ATC, this is Mirage 1, Mirage Squadron request permission for landing.”
Suara Marsekal Cross terdengar.

“Roger that, Mirage 1, permission granted.”

Satu persatu, kami mendarat di runway Valais Air Base, dan memasukkan pesawat ke hangar.

Aku keluar dengan gemetar dan tatapan kosong, tidak mampu berkata apa-apa.

“Shawn, kendalikan dirimu.” Aku melihat kedepan, Marsekal Cross berdiri didepanku.

“Status mereka masih MIA, Missing In Action, kami akan mengirim tim SAR setelah badai ini selesai, masih ada kemungkinan mereka hidup.”

“Marsekal Cross... aku... aku tidak bisa berbuat apa-apa... aku...”

“Bukan salahmu, di saat seperti ini, memang tidak ada yang bisa dilakukan selain berharap dan menunggu, Shawn. Ada kalanya... kita tidak bisa melakukan apapun... sama sekali... dan menyerah pada keadaan... namun saat ada kesempatan, pakai kesempatan itu, jangan dibiarkan saja dan menyerah terus. Orang yang memenangkan pertarungan adalah orang yang tahu kapan ia harus mundur dan kapan ia harus maju.” lanjut Marsekal Cross lagi.

Aku terdiam, tidak bisa mengatakan apa-apa. Marsekal Cross lalu menepuk punggungku, dan pergi untuk berbicara dengan kepala Valais Air Base, atau setidaknya itulah yang kudengar.

Aku tidak berdaya... lagi-lagi tidak berdaya... kenapa? Padahal seharusnya aku bisa mengendalikan diriku... tapi sejak saat itu, tidak bisa lagi, kenapa...?

...

Sehari kemudian.

Aku duduk di dalam kamarku di Valais Air Base.

*tok tok tok* Seseorang mengetuk pintu kamarku, entah siapa.

“...Masuklah...” Orang itu membuka kamar, ternyata, Marsekal Cross, aku segera berdiri untuk memberi hormat, namun ia menyuruhku duduk kembali.

“Duduklah... Shawn...” Aku duduk, diam seribu bahasa menunggu apapun yang akan dikatakan Marsekal Cross.

“Ini sungguh tidak terduga... kelihatannya pesawat-pesawat itu milik pasukan pemberontak, Black Knights... kau pernah mendengarnya? Kadang memang ada masalah di negara ini... tapi ya... tidak sampai serumit ini...” Marsekal Cross menggaruk kepalanya, mungkin sedikit bingung akan apa yang harus dikatakannya?

“Mirage 6 dan Mirage 9... belum ditemukan... tapi Cray dan Braid kuat... aku yakin mereka akan bertahan, tenang saja.” katanya menenangkanku, sepertinya ia tahu kalau itulah yang paling membuatku takut. Ia lalu duduk didepanku.

“Kau... punya sesuatu yang kausembunyikan di masa lalumu... Shawn?” Aku terbelalak, lalu mengangkat kepalaku dan menatap Marsekal Cross, matanya seakan menusukku dalam hingga ke hatiku, seakan membaca pikiran dan hatiku.

“Ada sesuatu yang bergejolak didalam tubuhmu saat kau melihat mereka berdua jatuh tanpa bisa kau tolong... apa itu benar...?” Aku hanya mengangguk pelan, tidak mampu berbicara.

“Begitu... apa semua Freelancer sepertimu...?” Aku menggeleng.

“Tiap... tiap freelancer... berbeda...” Cross menunduk, lalu mengambil sesuatu dari sakunya dan memperlihatkannya padaku, mataku semakin melebar dan aku semakin terdiam saat melihatnya.

“Apa tentang sesuatu yang berhubungan dengan... ini?” Marsekal Cross memperlihatkan padaku sebuah cincin kecil dengan sebuah lambang berupa jangka dan penggaris siku-siku dan bertuliskan huruf G ditengahnya, yang diembos diatasnya.

“Anda...anda...” suaraku gemetar saat melihat lambang itu.

“Ya... aku tahu banyak... Cukup banyak, juga tentang insiden itu... kau... terlibat didalamnya?” Marsekal Cross menanyakan pertanyaan yang tak mampu kujawab, aku terpaku di tempatku, tidak mampu melakukan apa-apa.

“...Aku pernah menjadi salah satunya... sebelum bekerja di militer...” ujar Marsekal Cross padaku. Aku menutup mataku dan mendekap mukaku.

“Kau seorang Freelancer... aku cukup yakin kau terlibat dalam insiden itu.” Aku tidak bisa menahannya lagi, mataku mulai berair, dan tampaknya air itu mulai mengalir di mukaku, dan menetes ke tanah.

“Insiden itu bukan salah siapa-siapa... itu pekerjaan kotor mereka... bukan salah para Freelancer... ataupun pihak yang kalian... hancurkan...”

“Marsekal... aku tidak mau mengingatnya lagi... kumohon...” Marsekal Cross lalu berdiri dan berjalan menuju pintu, sebelum berdiri di ambang pintu.

“Maaf... sepertinya aku terlalu ingin tahu... Shawn... aku sebenarnya hanya ingin memastikan... agar kau tahu kalau kau bisa menceritakan apapun padaku, dan aku akan merahasiakannya.” Marsekal Cross lalu keluar dari kamarku, dan menutup pintunya.

Ternyata... aku tidak menyangka kalau Marsekal Cross menyimpan rahasia yang sama denganku.

Sejak saat itu hingga saat aku dibebas tugaskan 10 hari kemudian, semuanya tak pernah sama lagi, aku kadang-kadang berbicara dengan Marsekal Cross, namun tidak pernah aku mau mengungkit pembicaraanku dengannya di kamarku di Valais Air Base...

The Sortie on the Storm: The End.

Next Job: ?
Kembali Ke Atas Go down
Altair

Altair


Jumlah posting : 1675
Join date : 22.07.09
Age : 31
Lokasi : One say Infinity, the other say Forever, others Endless

Character sheet
Character Name: Garant Shawn Thurston
Job: Freelancer
Age: 24

[Omake] The Freelancer's Experiences Empty
PostSubyek: Re: [Omake] The Freelancer's Experiences   [Omake] The Freelancer's Experiences Icon_minitimeSun Aug 09, 2009 11:04 am

NEXT STORY!

Days of the Coffee Shop Servant [Job: Servant] Chapter 1

Sudah lama tidak ada pekerjaan... sampai hari ini... huff... aku akhirnya mendapat pekerjaan sebagai seorang pelayan sementara di sebuah kedai kopi yang kekurangan pelayan... wow! Pekerjaan yang berbeda dari pekerjaan yang lain, terutama saat aku menjadi seorang pilot Fighter Jet. Pekerjaanku kali ini bertempat di negara yang sama sama dengan tempat tinggalku sementara ini, di Jepang, dan aku dipekerjakan selama satu minggu.

*riiing!* Bunyi alarm jam membangunkanku pagi itu, pada hari pertamaku bekerja.

“Huff... harus segera bersiap-siap...” gumamku pelan, aku bangkit berdiri dan bersiap-siap.

Orang yang menyewaku sementara adalah seseorang bernama Yuto Siegfierd, pemilik kedai kopi. Aku sempat pergi ke kedai kopinya untuk beristirahat dan sedikit minum. Dan ternyata, uangku saat itu kurang untuk membayar, di saat itulah aku menawarkan jasaku sebagai seorang Freelancer, dan ia menyewaku selama seminggu karena dua dari pegawainya sedang pergi dan ia kekurangan orang, dengan bayaran yang dipotong harga kopi yang kuminum sebelumnya.

“Hu... setidaknya masih ada bayarannya...” gumamku pelan.

Aku lalu berangkat menuju tempatku bekerja, yang cukup jauh dari tempat tinggalku sekarang. Sepanjang perjalanan, banyak orang-orang yang kulihat, aku benar-benar tidak sabar untuk bekerja sebagai seorang pelayan, pasti akan bertemu banyak orang!

Dan akhirnya aku sampai di kedai kopi itu, masih tutup dan Manager Yuto sedang merapihkan beberapa hal disana.

“Manager, pagi!”

“Ah, kau... kemari, bantu aku. Luruskan papan ini.” Aku segera membantu Manager Yuto dan melakukan apa yang diperintahkannya. Setelah selesai, ia tersenyum padaku.

“Bagus... ini hari pertamamu, kan? Kemari, akan kuberitahu kau tent... ya ampun...” Manager Yuto melihat kebelakang, aku juga menoleh, melihat belasan wanita yang berlari menuju kami.

“Mereka lagi... cih... Aku harus pergi dulu, kau pergilah lewat belakang, carilah pegawai yang bernama Tom, ia akan memberimu panduan awal untuk bekerja, sekarang, bye!” Manager Yuto lalu berlari pergi dari tempat itu. Aku sempat mendengar ia bergumam ‘apa kata Sheera kalau ia tahu...’, Wanita-wanita tadi lalu berlari melewatiku, mengejar Manager Yuto, meninggalkan debu untukku.

“Ugh... uhuk...” debu-debu yang beterbangan membuatku sedikit batuk, untungnya tidak banyak. Sembari menutup hidung dan mulutku, aku berjalan menuju pintu belakang, dan menemukan seseorang berjalan keluar dari pintu.

“Hei... apa kau Tom?” tanyaku padanya sambil terus menutup hidung dan mulutku dengan kedua telapak tanganku.

“Ya... Manager Yuto... ah... kejadian lagi ya... ckck... kau pasti Freelancer itu, kan? Masuklah...” Aku mengikutinya masuk kedalam kedai melalui pintu belakang.

“Nah... ayo, duduklah.” Tom mengajakku untuk duduk di kursi kayu yang ada didekat situ, aku duduk di salah satu kursi yang agak pendek.

“Baiklah... pertama... mungkin tugasmu adalah memberikan menu dan mengantarkan kopi saja... tapi lama-lama, kau juga akan ditugaskan untuk membuat kopi, resep dan cara pembuatan kopi ada dibelakang, di ruangan Manager Yuto, kau harus menghafalkannya, mengerti?” Aku mengangguk saja mendengar penjelasan Tom.

“Nah, kedua, kau pernah jadi pelayan?” Aku menggeleng.

“Sebenarnya, yang kau perlu lakukan hanyalah memberikan menu dan membawakan pesanan, namun, kau jangan lupakan hal yang paling penting, senyum, dan keramah-tamahan. Kau harus selalu ramah pada semua pelanggan, baik tua, muda, laki-laki, perempuan, bahkan banci sekalipun... kita tidak pernah tahu seperti apa pelanggan yang akan datang, kan?” aku mengangguk, memang tidak ada cara untuk memprediksi pelanggan yang akan datang.

“Baiklah, kedai akan buka beberapa menit lagi... pakailah ini.” Tom menyerahkan sepasang pakaian padaku.”

“Itu adalah seragam pelayan disini, ayo, pakailah! Disana ada kamar mandi, pakailah disana.” Tom menunjuk ke salah satu sudut ruangan. Aku segera masuk kesana dan mulai mengganti pakaianku.

Setelah selesai, aku melihat diriku di kaca.

“Waah... baru sekali aku memakai seragam seperti ini...” Aku sedikit terpana dengan seragam ini. Setelah mengaguminya, aku lalu keluar, dan mendapati Manager Yuto yang berkeringat karena kelelahan didepanku.

“Sial... aku bukan orang yang diciptakan untuk berlari...” Dibelakang Manager, seorang gadis kecil berdiri.

“Manager, itu siapa?” tanyaku pelan pada Manager Yuto.

“Oh, itu putriku... aku sedang mengajaknya kemari untuk lari dari kejaran wanita-wanita tadi... sekarang, aku mau pakai kamar mandinya kalau boleh...” ujarnya lemah.

“Ah, maaf, Manager!” Aku lalu minggir dan memberikan jalan masuk untuk Yuto. Aku lalu melihat putri Manager, matanya berwarna violet, ia sepertinya agak tertekan.

“Gadis kecil... namamu siapa...?” Ia melihatku, lalu menggeleng, dan berlari pergi.

“...heu...?” gumamku heran, gadis kecil itu mungkin berumur kira-kira 6 sampai 8 tahun. Gadis itu berlari menuju pintu belakang, dimana seorang wanita berambut coklat sepinggang dengan warna mata yang sama dengan gadis itu berdiri di ambang pintu, gadis itu lalu diangkat dan dipangku oleh wanita itu. Wanita itu memiliki aura kebangsawanan disekitarnya.

“Ah... nona... lama tidak bertemu...” Tom memberi salam ke wanita itu, yang balas menyalaminya dengan anggukan kecil.

“Beritahu dia kalau aku membawa putrinya pulang...” kata wanita itu pada Tom, Tom lalu mengangguk. Wanita itu melihatku.

“Aku tidak pernah melihatmu disini... kau pegawai baru?” Aku mengangguk.

“Masih muda sekali kau... Aku pulang dulu, Tom. Dan beri tahu dia kalau dia dikejar lagi seperti tadi, jangan ambil putriku sebagai alasan kabur.” Wanita itu lalu pergi.

“Tom, siapa itu...?” tanyaku setelah wanita itu jauh.

“Itu... istri manager Yuto... nyonya Siegfierd.”

“Ow...” ujarku pelan.

“Dia membawa putriku pergi? Hhh... itu lebih baik...” suara Manager Yuto terdengar dari belakangku, aku menengok dan melihat Manager Yuto, masih dengan keringat di sekujur tubuhnya.

“Ayo, siap-siap semuanya, kita akan buka sedikit lagi!” seru Manager Yuto, Tom lalu mulai bersiap-siap.

“...Hhh... Ayo, kau juga.” Ujar Yuto sambil tersenyum padaku. Akhirnya, akupun ikut dalam persiapan kedai.

Hari pertamaku akan seperti apa, ya...?

[To Be Continued]
Kembali Ke Atas Go down
Altair

Altair


Jumlah posting : 1675
Join date : 22.07.09
Age : 31
Lokasi : One say Infinity, the other say Forever, others Endless

Character sheet
Character Name: Garant Shawn Thurston
Job: Freelancer
Age: 24

[Omake] The Freelancer's Experiences Empty
PostSubyek: Re: [Omake] The Freelancer's Experiences   [Omake] The Freelancer's Experiences Icon_minitimeSun Aug 09, 2009 12:20 pm

Days of the Coffee Shop Servant: Chapter 2

Huff... selesai sudah... melelahkan juga ternyata mengatur kursi... dan mempersiapkan peralatan dapur...

“Shawn, kemari.” suara Manager Yuto terdengar memanggilku. Aku segera menuju ke sumber suara setelah mengatur peralatan diatas meja seperti tisu dan nomor meja.

“Ya, Manager?” tanyaku.

“Ini, pasangkan tanda ini didepan jendela.” Manager Yuto memberikan sebuah papan dengan rantai kecil yang bertuliskan ‘OPEN’

“Kita akan segera buka, Shawn, bersiaplah.” Aku mengangguk, dalam hatiku, aku girang akan apa yang bisa terjadi setelah kami buka. Aku lalu memasangkan papan itu didepan jendela kedai yang terletak didekat pintu.

...

...

Beberapa lama, belum ada yang datang... Aku tetap menunggu sambil melihat-lihat piring dan gelas yang ada di dapur. Selain itu, aku juga berjalan mondar-mandir.

Manager Yuto tampaknya sadar kalau aku agak gelisah, lalu mendatangiku dan menepuk bahuku.

“Tenang saja... ini biasa kok... nanti siang biasanya sudah penuh... teman-temanku sering kemari untuk mengobrol...” Aku menunduk pelan tanda mengerti.

“Hei... kau pernah berada di militer, kan?” tanya Manager Yuto lagi. Aku mengangguk.

“I...iya... saya pernah menjadi pilot angkatan udara dan menerbangkan pesawat Fighter...”

“Hoho... kalau begitu kau tahu rahasia militer, ya?” tanya Manager Yuto lagi.

Entah kenapa kali ini Manager Yuto terlihat berbeda, tatapan matanya berubah dari yang biasanya menjadi tatapan mata yang tajam dan menusuk.

“Ma...manager... rahasia militer itu rahasia negara... saya tahu... tapi hanya sedikit...” ujarku pelan.

“Bisakah kau katakan selama kau menjadi pilot, apa saja yang terjadi?” tanya Manager Yuto lagi, nadanya berubah menjadi nada intimidasi.

“Ya... ada beberapa kali tugas... tapi... tidak lebih...” tatapan Manager Yuto semakin tajam, membuatku tidak mampu mengatur nafasku, dan detak jantungku semakin cepat. Tatapan Manager... adalah tatapan intimidasi seorang pencari informasi.

“Ah... baiklah...” ujar Manager Yuto, entah kecewa, entah lega, atmosfir yang menegangkan tadi tiba-tiba hilang, seakan Manager Yuto dan orang yang menanyaiku tentang militer adalah dua orang yang tidak punya hubungan kepribadian sama sekali.

“Ah, ada pelanggan...” Aku segera berdiri mendengar kata-kata Manager Yuto.

“Tidak, Shawn, tetaplah disini, aku ingin kau melihat bagaimana mereka bekerja, ya?” Aku mengangguk saja, dan melihat bagaimana para pelayan bekerja.

Setelah beberapa saat, kedai mulai ramai, dan aku mulai diperbolehkan ikut mengurus pelanggan oleh Manager Yuto.

“Selamat pagi! Anda pesan apa?” tanyaku pada pelanggan di meja nomor 14.

“Ah... satu Espresso.”

“Baik, ada yang lain, tuan?” tanyaku lagi sambil mencatat pesanannya.

“Sudah, terima kasih.”

“Baik, terima kasih, tuan!” ujarku sambil menunduk pelan tanda hormat, aku lalu memberikan pesanan itu ke lubang pesanan yang menghubungkan dapur dengan ruangan utama.

“Satu Espresso!” ujarku sambil menempelkan kertas pesanan di tempat yang tersedia.

Setelah melayani beberapa pelanggan, datanglah sekumpulan orang dengan hawa yang berbeda dari orang lainnya. Aku melihat salah satunya dan menemukan istri Manager Yuto diantara mereka.

Bangsawan? Begitu pikirku. Aku berjalan kebelakang, sementara Manager Yuto berjalan ke pintu depan dan menyapa mereka, juga memeluk dan mencium kening istrinya. Di jalan kebelakang, aku bertemu Tom.

“Hei, mereka siapa? Kenalan Manager?” tanyaku padanya. Tom melihat kedepan.

“Ah... mereka datang... para Elite Army.” Jawab Tom.

“Elite Army?” tanyaku padanya lagi.

“Ya... mereka adalah anggota militer tingkat tinggi yang punya keahlian khusus... mereka, dari kiri ke kanan, adalah istri Manager Yuto, nona Sheera, lalu itu nona Qwerty, lalu tuan Raven, dan paling kanan adalan nona Elean. Selain nona Sheera yang seorang bangsawan, mereka semua Elite Army... hmm... aneh... orang itu dimana, ya...?” Tom mengakhiri kalimatnya dengan sebuah gumaman.

“Orang itu?” Tom mengangguk.

“Ada satu orang lagi Elite Army yang biasa datang selain ketiga Elite Army itu... teman dekat Manager Yuto karena orang itu mengurus jual beli kopi bersama Manager Yuto...”

“Oh... begitu...” Wow... anggota militer tingkat tinggi sering ke kedai ini... bahkan bangsawan... hebat... Aku melihat mereka lagi dan mereka sudah duduk dan sedang mengobrol.

“Ah, dia datang juga akhirnya, kau tanyakanlah pesanannya.” Kata Tom, sepertinya orang yang satu lagi itu sudah datang, aku melihat kertas pesanan dan menu sambil berjalan menuju tempat orang itu, sedikit-sedikit melihat kedepan, Elite Army satu lagi itu duduk didekat para Elite Army yang lain, walau berbeda meja.

Ada yang aneh, rasanya... seakan aku mengenal aura ini...

“Selamat siang, pak, mau pesan apa...?” tanyaku.

“Cafe au Lait, satu...” rasanya aku mengenal suara itu... tapi dimana...?

“Hei, kau...” Elite Army itu mengangkat kepalanya dan melihatku. Dan kami saling menatap satu sama lain.

“Kau... kau... jadi pelayan?” Aku tidak percaya dengan kata-kata itu, orang yang kulihat didepanku adalah orang yang sama yang mengajakku naik sebuah pesawat tempur.

“...Mar...Mar...Marsekal Cross!?!?” seruku cukup keras, sampai para Elite Army yang lain menoleh.

“Hee, ada apa?” salah satu Elite Army yang ada disana, yang seingatku bernama Qwerty, sepertinya bertanya-tanya.

“Kau bekerja sebagai pelayan disini!? BwahahahahahAHAHA!!” Marsekal Cross tertawa keras.

“Yuto! Darimana kau dapatkan anak ini?” tanya Marsekal Cross pada Manager Yuto.

“Dia minum kopi dan tidak sanggup bayar... jadi kusewa dia selama seminggu... Kau pernah bertemu dengannya, Cross?” tanya Yuto.

“Tentu saja pernah... lebih lama darimu, Yuto, dia... selama dua minggu berada didalam resimenku.” Ucapan Marsekal Cross itu sepertinya membuat Elite Army yang lain, Manager Yuto, dan istrinya kaget.

“Oh ya? Kau pernah menjadi bawahan Cross? Kalau begitu kenalkan! Aku Raven.” Aaah... bagaimana ini... aku bingung harus berkata apa.

“Aku Qwerty! Senang berkenalan denganmu! Oh iya, namamu siapa?”

“Namanya Shawn, Garant Shawn Thurston.” jawab Marsekal Cross. Aaaaah... aku harus bagaimana...?

“Hoo... aku Elena, tapi bisa juga dipanggil Elean! Salam kenal!” Mereka semua tampak berwibawa dan berpengalaman sekali... aku bingung...

“Hmph... Aku Sheera... tapi tidak sama dengan mereka, aku bukan Elite Army...” Aku... tidak bisa berkata apa-apa.

“Kalau begitu, Yuto! Aku belikan satu lagi, kau mau apa, nak?” Marsekal Cross bertanya padaku.

”Ti...tidak perlu... Marsekal... aku disini sedang bekerja...” rasanya sulit sekali mengatakan itu, menolak ajakan Marsekal Cross.

“Hei, sudahlah, mari kita rayakan ini, kau tahu? Cray dan Braid selamat! Yuto, dia kupinjam dulu, boleh? Hutang dia akan kubayar juga, masih ada besok dan seminggu lagi, kan?” tanya Marsekal Cross pada Manager Yuto.

“Tentu boleh, Cross...” Manager Yuto berkata datar.

“Berarti, ayo, ikut bersama kami hari ini! Setuju, semuanya?” ajakan Marsekal Cross, sialnya bagiku, disetujui oleh yang lainnya.

“Yaaaa!!!”

Oh... apa yang harus kulakukan sekarang...?

[To Be Continued]
Kembali Ke Atas Go down
Altair

Altair


Jumlah posting : 1675
Join date : 22.07.09
Age : 31
Lokasi : One say Infinity, the other say Forever, others Endless

Character sheet
Character Name: Garant Shawn Thurston
Job: Freelancer
Age: 24

[Omake] The Freelancer's Experiences Empty
PostSubyek: Re: [Omake] The Freelancer's Experiences   [Omake] The Freelancer's Experiences Icon_minitimeTue Aug 11, 2009 7:56 pm

Days of the Coffee Shop Servant: Chapter 3

“Ayo! Kita PESTA!” Suara Marsekal Cross menggelegar di telingaku, jarak antara sumber suara dan telingaku hanya sekitar 10 cm.

“Uh... Marsekal... jangan keras-keras...” pintaku padanya, namun semua yang ada disana tampaknya senang sekali dengan kehadiranku.

“Woi, aku sudah bukan Marsekal lagi kalau disini, panggil aku Cross! Hei, Yuto!” Marsekal Cross lalu berbicara dengan Manager Yuto, sepertinya ia senang sekali.

“Ia senang sekali... tak seperti biasanya...” kata Raven padaku, ia menatapku dari ujung rambut hingga ujung kaki.

“Hah...? Ah... iya... saat itu Marsekal kelihatannya depresi...” gumamku pelan.

“Biasanya ia menyendiri dan memojok, hanya memperhatikan kami dari jauh saja, aku kadang khawatir akan hal itu, tapi hari ini baguslah ia ceria.” Lanjut Raven lagi.

“Ah... saya harus memanggil anda apa...?” tanyaku sambil sedikit menunduk.

“Hhh... panggil saja Raven... Cross juga... panggil saja dia Cross... lainnya juga... tapi entah untuk Nona Sheera...” Raven sepertinya agak bingung.

“Em... beliau itu orang penting di daerah ini... jadi yah... panggil saja Nona Sheera atau Nyonya Siegfierd...”

“TIDAK PERLU, panggil saja Sheera, cukup.” seru Sheera pada kami berdua.

“Oh, iya, baiklah... Sheera... Shawn... Shawn?” Aku tidak bisa menjawab pertanyaan itu, seluruh tubuhku membeku mendengar seruan Sheera.

“Oh... maaf... kau kaget ya...?” tanya Sheera, Yuto juga ikut melihatku.

“Ya ampun... kau apakan dia, sayang?” tanya Yuto lagi, sambil memasang senyum manis yang sepertinya bisa memikat semua gadis di tempat itu.

“Sepertinya aku berlebihan, maaf.” ujar Sheera padaku.

“Ti...dak...per...lu...” ujarku pelan, masih gemetar karena suara lantang tadi.

“Owh, aku menemukan datamu!” kata Qwerty, sepertinya girang, ia lalu membacakan apa yang ditemukannya di alat yang dipegangnya, entah alat apa itu.

“Garant Shawn Thurston, Freelancer.” Ujarnya, dan ia tampaknya heran.

“...Hanya itu saja...? Huee? Tidak ada lagi??” Qwerty sepertinya heran, ia mengecek lagi alat miliknya itu, seperti tidak percaya apa yang dilihatnya.

“Tidak akan ada datanya... Qwerty...” Marsekal Cross berkata pelan.

“Ma...Marsekal...” gumamku pelan. Ia melihatku tajam.

“Sekali lagi kau memanggilku Marsekal disini, 20 seri.” UWAA! JANGAN! Iya, ampun, Cross, ampun... aku tidak mau.

“Ba...baik, Cross... la...lalu sekarang bagaimana... kalau dataku tak ada...?” tanyaku lemah. Semuanya melihat Cross.

“Freelancer hidup berpindah-pindah dan kerja berpindah-pindah... mereka hampir tak punya tempat tinggal tetap... apalagi beberapa jenis Freelancer... Freelancer dibagi menjadi beberapa jenis... dan salah satu diantaranya adalah jenis yang sangat mustahil untuk didapatkan datanya selain nama dan pekerjaannya...” jelas Cross pada semuanya.

“Jadi maksudmu Shawn adalah jenis yang mustahil untuk didapatkan nama dan pekerjaannya.” ujar Yuto dengan kalem. Wajahnya yang masih tampak muda dan tampan saling berhadapan dengan Yuto.

“Ya... begitulah... Yuto... banyak sekali jenis orang di dunia ini, kan...?” Cross menatap Yuto dengan seringai di wajahnya, seakan menantang Yuto untuk berduel, walau aku tak tahu apa yang pernah terjadi di antara mereka.

“Masih banyak orang yang tidak terlihat, Yuto... masih banyak...” Cross menaruh gelas kopinya, yang sialnya, tumpah dan mengenai kakiku.

“AWH!” secara refleks, aku mengangkat kakiku, dan tak sengaja menendang kursi di kananku, membuatnya melayang dan menabrak meja tempat minuman Raven, Elena, dan Qwerty, menumpahkan semuanya ke pakaian masing-masing.

“Ah... mulai lagi...” gumam Manager Yuto, menandakan bahwa ini bukan yang pertama kalinya.

“Aaaah! Maaf, semuanya!” aku menunduk meminta maaf.

“Su...sudahlah... ya kan, Qwerty, Elean? Heh, Qwerty...?” Raven melihat dengan ngeri kearah alat yang dibawa Qwerty, yang juga tertumpahi oleh kopi.

“GPS ku... uuu... huee.... hueeeeeee” GPS itu memancarkan listrik sedikit-sedikit, Cross lalu terbelalak dan berteriak.

“QWERTY, LEPASKAN GPS ITU DARI TANGANMU!” ia berlari mendekati Qwerty dan memukul GPS itu dari tangan Qwerty, GPS itu kini melayang di udara, didekat lampu...

*BLAM!* *DUAR!* GPS itu meledak! Begitu juga dengan lampu didekatnya, pecahannya melayang kemana-mana, begitu juga dengan filamen lampu tersebut, yang panasnya ribuan fahrenheit.

“SEMUA, MUNDUR!” perintah Cross, ia juga berjalan mundur, namun tidak melihat kalau dibelakangnya ada meja, dan ia serta merta menabraknya, membuatnya tersungkur serta membuat meja itu terpelanting dan jatuh, semua benda yang ada diatasnya terlempar kemana-mana.

“Ya ampun...” Sheera berkata lirih. Aku hanya bisa melihat saja filamen panas yang berpijar di lantai membakar lantai dan meninggalkan bekas yang cukup dalam.

“Huaaaa!” teriak Elean, aku menoleh untuk melihat dan melihat Elean ditimpa oleh sebuah papan.

“Papan menu atap...” Manager Yuto melihat keatas, dan ada sepasang rantai yang menggantung. Disekitarku sendiri, orang-orang berteriak-teriak, dan berlarian, bingung harus pergi kemana.

“Cross...” Manager Yuto memulai.

“Ya... aku tahu... tenang saja...” jawab Cross singkat dengan tegas dan tenang.

“Aww...” Sheera dan Qwerty lalu membantu Elean untuk bangkit dari bawah papan itu.

“Sini... sini... hhh... untung saja putri kita tidak ada disini... kalau ada, ia pasti tidak yakin apakah perusahaan ayahnya adalah perusahaan terhormat...” ujar Sheera, bertukar pandang dengan Yuto, yang .

Dengan ini, sisa hari pertamaku bekerja dilewatkan untuk membersihkan dan membereskan semua kekacauan ini, dan ternyata, yang lainnya juga ikut bersih-bersih, bahkan Cross yang berpangkat Marsekal pun ikut bersih-bersih. Manager Yuto dan istrinya juga tampak membereskan tempat ini, bersama pelayan-pelayan lainnya.

Setelah semuanya selesai, aku berdiri diluar kedai, didepan, dan kembali memandangi langit, yang kini berwarna ungu keemasan diterangi cahaya matahari terbenam.

“Hoi.” Sebuah suara yang tak asing terdengar memanggilku. Cross keluar dan menepuk punggungku, lalu berdiri disebelahku. Aku sendiri, rasanya ingin menanyakan satu hal padanya.

“Cross... kenapa... Elite Army... bahkan Marsekal sepertimu... rela untuk bersih-bersih sebuah kedai kopi saat itu adalah pekerjaan pelayan...?” Cross menunduk.

“Hal itu... ada beberapa hal... Satu... kami sering kemari, dan sering membuat ribut seperti ini, yah, walau Elite Army, kebanyakan dari mereka masih muda, kau tahu, kan? Umur mereka masih sekitar 30 tahun, tidak sepertiku yang sudah paruh baya ini. Dan beberapa dari mereka ceroboh, makanya ini sering terjadi. Dua... kami... sudah menganggap satu sama lain sebagai keluarga... makanya... kami tidak merasa terganggu saat kami harus melakukan hal seperti bersih-bersih...”

Aku merenung mendengarnya, rasanya, mempunyai ikatan sekuat itu dengan orang lain, menyenangkan sekali.

“Satu lagi, turun.” UWAAA, AKU MENYEBUT MARSEKAL.

”Ta...tapi... itu kan...” balasku gemetar, dua puluh seri!

“Ha! Hanya bercanda, Shawn.” Katanya padaku sembari tertawa, aku lantas bernafas lega...

Seketika, aku merasakan ada sesuatu, seseorang yang menatapku dari jauh, aku menoleh dan melihat sosok dengan jubah, yang lalu menghilang.

“Siapa!?” seruku, sambil berjalan menuju tempat dimana sosok itu terakhir berdiri.

“Shawn, ada apa...?” tanya Cross, aku lalu berjalan kembali.

“Cross... tadi itu...”

”Apa? Ada apa memangnya...?” Cross tampaknya tidak sadar akan hal itu, dan saat aku sampai di tempat tinggalku sementara setelah pulang kerja, hal itu terus membayang-bayangiku.

Yang pasti, selama seminggu aku bekerja setelah hari itu, pekerjaanku diwarnai berbagai kekacauan yang dibuat para Elite Army di kedai kopi itu, ditambah dengan adegan bagai drama antara Manager Yuto dan Sheera, dimana Manager Yuto selalu dikejar-kejar oleh wanita, lalu diselamatkan Sheera, dan setelahnya dihajar Sheera habis-habisan memakai sebuah cambuk.

Lalu putri Manager Yuto... aku tidak pernah melihatnya lagi sejak hari pertamaku bekerja disana...

Days of the Coffee Shop Servant: The End

Next Job: ?
Kembali Ke Atas Go down
Sponsored content





[Omake] The Freelancer's Experiences Empty
PostSubyek: Re: [Omake] The Freelancer's Experiences   [Omake] The Freelancer's Experiences Icon_minitime

Kembali Ke Atas Go down
 
[Omake] The Freelancer's Experiences
Kembali Ke Atas 
Halaman 1 dari 1
 Similar topics
-
» [Omake] Before I Met You
» [omake]Before I Come to Azure
» Comment for Omake: I Like Being Different
» [Omake Contest] I Think I'm in Love with You
» [Omake contest] Endless

Permissions in this forum:Anda tidak dapat menjawab topik
Azure Life RPG Forum :: This is Azure Apartment :: Story Telling Chamber-
Navigasi: