Special Omake:
I Think I’m in Love with YouSeluruh pandanganku tiba-tiba menjadi buram dan perlahan-lahan menjadi gelap ketika kami akhirnya tiba di depan pintu kamar yang baru saja kami sewa, salah satu kamar di lantai satu Apartemen Azure. Padahal baru saja aku akan melangkahkan kaki kananku dalam batas ambang pintu kamar, pandanganku tiba-tiba saja berubah gelap.
Aku? Aku? Bukan aku yang melangkah, tapi gadis idiot itu, Scarlett Envy Siegfierd.
Then who am I? Aku…Panggil aku Envy. Nama panjangku sebenarnya adalah Scarlett Envy Siegfierd, tapi aku lebih suka dipanggil Envy. Singkatnya—aku tak suka berbasa-basi—aku adalah alter-ego alias kepribadian lain dari Scarlett, sang putri manja nan idiot pemilik asli tubuh yang kugunakan ini.
Aku tak seharusnya menyebutnya idiot, karena Scarlett adalah salah satu dari minoritas orang-orang jenius dengan IQ 174. Namun tingkahnya yang manja dan ceroboh, membuatnya menjadi tampak idiot. Bahkan Yuuto pun menyebutnya idiot. Tampaknya kata ‘idiot’ memang selalu melekat di tubuhnya.
Kembali ke topik. Kini tubuhku yang indah nan manis sedang dalam kekuasaan Scarlett. Aku hanya bisa menonton dari balik kegelapan ini, dari satu titik cahaya di antara samudera kegelapan. Namun tiba-tiba saja titik cahaya tersebut ikut berubah menjadi gelap dan membuatku melonjak. Pandanganku tiba-tiba gelap.
Scarlett lagi-lagi jatuh pingsan. Entah sudah yang keberapa kalinya semenjak kami kabur dari rumah.
Aku mendengar sebuah suara... Siapa...?
Itu suaraku bodoh!
Envy?
Bukan.. Suaranya berbeda.. Ng.. Siapa?
Kalau begitu cepat bangun, bodoh!Entah sudah berapa menit berlalu, yang aku tahu hanyalah tiba-tiba titik cahaya itu kembali memancarkan sinarnya. Sebuah gambaran sosok seorang pria tampak samar-samar di layar-ajaib tersebut. Lama-lama sosok tersebut semakin jelas dan jelas. Pria ini…aku sama sekali tak mengenalinya.
"HUWAA KALIAN SIAPA?? Apa yang kalian lakukan terhadapku?? TIDAAK! KALIAN MESUM!! KALIAN SEPERTI AYAHKU, MESUM!" teriak Scarlett kencang, menggema di seluruh pelosok apartemen. Serangan yang bagus Scarlett, entah kenapa aku suka tingkahnya yang bodoh dan tak berakal sehat ini.
"Hhuee aku sudah tak bisa menikah! Ayahku akan marah besar padaku.. Ayah~ Huwee~" erang Scarlett.
Kutarik kata-kataku sebelumnya, aku benci tingkahnya yang sok manja begini.
Scarlett selalu saja berteriak ‘mesum’ dan ‘mesum’ setiap kali pria itu dan temannya bergerak mendekatinya. Wajarlah, sedari kecil ia memang sudah berada bersama ayah yang mesum dan ibunya yang selalu mengeluh terhadap kemesuman itu dengan teriakan, umpatan, pukulan, dan cambukan.
Aku benar-benar muak dengan tingkah manja dan polosnya. Sial, andai saja aku memiliki kemampuan untuk menguasai tubuh ini kapanpun sesukaku, aku pasti takkan begini sekarang, aku pasti sudah bertindak.
Semua kesalahpahaman itu untungnya cepat berlalu, dan aku akhirnya mengetahui nama dua orang pria itu, Shawn dan Clark. Nama yang bagus, karena selama ini aku selalu dikelilingi oleh nama-nama khas Jepang. Seru juga menemukan hal yang baru begini. Sialnya, punggungku terasa pegal saat Scarlett melakukan ojigi berkali-kali.
Lalu datanglah beberapa orang lagi datang ke kamarku. Hei, seenaknya saja mereka keluar masuk ke kamarku! Lama-lama aku jadi geram juga, apalagi ketika datang seorang cowok yang kira-kira seumuran denganku, dan dia datang dengan tampang lesu nan kurang bersahabat.
Siapa kau? Menambah rasa kesalku saja!
"Ryunichirou Rheindhardt. Ayahmu pemilik kedai kopi kan?" jawab cowok itu datar. Tampaknya cowok ini ada hubungannya dengan keluarga Siegfierd. Ohh…bukankah tadi ia baru saja bilang kalau ayahnya adalah relasi ayahku—sudahlah.
"Panggil saja aku Ryu. Aku berdarah campuran…" jawab Ryu lagi menanggapi pertanyaan polos Scarlett, masih dengan nada yang datar. Tampaknya ia sudah mulai bosan, terlihat di wajahnya.
Bagaimana ini? Aku takut... Aku harus bicara apa lagi? Tiba-tiba saja suara Scarlett terngiang-ngiang di dimensi batas alam bawah sadar tempatku berada ini.
Kau bodoh ya? Gitu aja kok nggak bisa! Sini biar kugantikan kamu!
Eh?Sungguh aku benar-benar kesal. Tapi untungnya Scarlett membutuhkanku sehingga aku dapat muncul ke dunia nyata menggantikan si gadis idiot itu. Ya, aku hanya dapat muncul hanya jika Scarlett benar-benar butuh bantuanku, lebih tepatnya aku akan muncul saat dia minta tolong padaku untuk muncul. Tak mengerti? Ya sudahlah.
Aku menekukan kedua alisku, dan menatap Ryu dengan pandangan tajam. "Hei, kau Ryu kan? Kau tak suka padaku ya? Kalau nggak suka bilang aja napa?" tanyaku dengan intonasi ketus.
"Tidak aku hanya merasa bosan saja, berbicara dengan dirimu yang satu lagi." jawab Ryu blak-blakan namun tetap dengan nada yang datar.
Hei…ia tahu aku? Baru kali ini ada orang yang langsung tahu keberadaanku selain ayahku, menarik. Aku terdiam sejenak dan menyilangkan kedua tanganku di dada.
"Kayaknya kau udah nggak kaget lagi liat aku? Kau mengumpulkan dan membaca data mengenai diriku mungkin? Ckckck..." seruku blak-blakan, padahal aku hanya sok tahu saja, kemungkinan untuk benar nyaris kecil sekali.
"Aku udah punya semua detail data darimu." jawab Ryu datar.
Aku terdiam. Ternyata aku benar. Sial, data-data apa itu? Seenaknya! Aku merasa privasiku telah diganggu. Aku menjadi semakin geram pada cowok di hadapanku ini.
Data? Ia tahu segalanya tentang aku? Kyaa tidak~ memalukan~"Berisik kau..." ucapku tiba-tiba. Scarlett memang jagonya membuat rusuh dan teriak-teriak di saat yang sangat tidak tepat. Dasar idiot.
"Aku harap kau jangan macam-macam denganku! Tapi aku suka caramu! Fufufu" seruku sambil tersenyum sinis.
"Aku tidak akan macam-macam denganmu. Kau ingin kupanggil apa?"
Entah kenapa dan tanpa kusadari, aku tersenyum. Sekelebat aku mengubah senyumanku itu menjadi senyuman sinis. Sesungguhnya baru kali ini ada seseorang selain ayahku yang menanyakan siapa namaku, pada diriku. Sesuatu dalam hatiku seperti tergerak. Aku tak tahu apa itu dan tak tahu kenapa. Aku benci perasaan ini.
"Fufufu, panggil saja aku Envy!" seruku sambil menyeringai, "Kau benar-benar tahu tentang diriku... hal sial apa lagi yang kau tahu tentang aku dari data sialanmu itu?"
"Tidak terlalu banyak, hanya prestasimu di sekolah, kemampuanmu, daya tahan tubuhmu yang lemah, dan pria yang dijodohkan denganmu, terus masih ada yang lainnya lagi." jawab Ryu datar.
Aku terdiam sejenak, aku bahkan tak menyadari bahwa kedua mata violetku terbelalak setelah mendengar jawaban yang sungguh mengejutkan keluar dari mulut Ryu. "Hhah? Apa yang tadi kau sebutkan? Pria yang dijodohkan denganku? Aku tak pernah tahu hal sialan itu..." ucapku, setengah tak percaya.
"Kau tahu siapa pria tak beruntung yang menjadi jodohku itu? Akan kubunuh dia!" seruku geram.
Kau terlalu berlebihan, Envy... Jaga kata-katamu... apa kata ayah nanti...?
Berisik kau Scarlett! Aku tak ingin kau bicara sekarang! Diam dan perhatikanlah!"Jangan terlalu emosi. Ayahmu dulu menjodohkanmu dengan banyak pria namun ia tidak berani mengatakannya kepadamu takut kau marah. Dan sejujurnya aku adalah salah satu calonnya namun aku sudah menolaknya." jawab Ryu panjang lebar.
Aku benar-benar semakin geram dengan jawaban Ryu yang berikutnya. Perbuatan Yuuto benar-benar membuatku tak habis pikir. Aku dijodohkan dengan banyak pria? Seenaknya saja. Aku pun mengepalkan kedua tanganku saking kesalnya.
Aku tak percaya ayah sampai sebegitunya...Emosiku benar-benar memuncak hari ini. Aku telah mengetahui suatu ketidaktahuanku yang benar-benar membuatku dan Scarlett sangat terkejut. Setelah beberapa lama, Scarlett kembali mengambil alih tubuh ini. Aku pun kembali ke kegelapan seperti biasanya. Aku duduk disitu dalam pose berpikir.
Aku tak menyangka bahwa aku memiliki seorang ayah yang begitu seenaknya menentukan takdirku dengan kejam. Tapi aku bersyukur juga karena kelakuan ayahku itulah, aku ada. Seperti manusia sejati dengan berbagai macam emosi. Aku benar-benar merasa marah hari ini dan entah kenapa ingin sekali melampiaskannya dengan memukul orang lain, siapapun itu.
Semuanya karena Ryu. Karena cowok itulah aku bisa menjadi sekesal ini. Sebenarnya maunya apa sih? Setelah sebelumnya ia memiliki data mengenai privasiku, ia juga mengatakan hal-hal yang membuatku geram dan mengepalkan tanganku. Oh, ingin rasanya aku meninju dia. Sayangnya tenagaku itu lemah, takkan mempan.
Tiba-tiba pandanganku menjadi gelap gulita lagi. Tak ada setitik cahaya pun yang menyinari semesta kegelapan. Lagi-lagi Scarlett jatuh pingsan, untuk yang kedua kalinya di hari yang menyebalkan ini.
* * *
Suatu pagi yang cerah di akhir musim semi. Tiba-tiba saja Scarlett tampak berdandan dan memakai terusan mini yang memesona seluruh pria. Sama seperti ayahnya, Scarlett memang suka nampang, karena itulah ia lebih senang memakai pakaian yang terbuka. Tak lupa pula topi jerami kesayangannya, hadiah dari ayahnya.
Ia lalu mengambil tasnya dan segera memasukkan barang-barang yang sebenarnya mustahil untuk bisa muat di dalam tas seperti itu. Namun entah kenapa Scarlett selalu bisa melakukannya. Ia membawa biola, bentou yang besar, buku novel, alat kosmetik, iPod, iPhone, entah kenapa buku pelajaran, tikar, dan masih banyak lagi. Sebenarnya Scarlett mau kemana sih?
Ohh…rupanya cuma ke sebuah danau. Begitu aja kok repot.
Akhirnya aku dan Scarlett tiba di danau tersebut dan mencari sebuah tempat yang kosong karena di sana tampak penuh dengan orang-orang yang pergi berkelompok. Ia lalu berhasil mendapatkan tempat dan mendirikan tikar. Ia kemudian mengambil buku novelnya dan membacanya diiringi hembusan angin yang melambai-lambaikan rambut hitam panjangnya. Dasar cewek suka nampang.
Kami terdiam disitu sejenak, hingga tiba-tiba aku merasakan wangi yang sangat lezat tercium oleh batang hidungku. Aku—lebih tepatnya Scarlett—menoleh kea rah sumber bau sedap tersebut, suatu kumpulan orang-orang yang sedang piknik…dan tampak familiar di kedua mata violetku, entah kenapa.
Hei Scarlett aku lapar…Kau memikirkan apa yang kupikirkan? ucapku pada Scarlett
Scarlett mengangguk, “Aku juga! Ayo kita coba kesana!” serunya girang.
Ia lalu bangkit dari duduknya dan melangkah menuju perkumpulan itu. Setelah berada cukup dekat akhirnya aku menyadari bahwa kumpulan orang-orang tersebut adalah seluruh penghuni apartemen Azure. Namun Scarlett bodoh tampak tak menyadarinya.
“Ano…” sapanya ramah, “Boleh aku ikut disini dan makan bersama-sama?” tanyanya dengan senyuman yang sangat manis. Dasar suka nampang!!
Pertanyaan polos Scarlett ternyata direspon oleh seorang gadis yang bernama Vanessa, yang kupikir mungkin memiliki hubungan dengan pria pemilik apartemen yang bernama Clark itu. Terlihat dari wajahnya. ”Loh? Scarlett? Kemana saja kau? Ternyata kamu disini…” kata gadis itu.
Benar ‘kan? Buktinya setelah Scarlett datang, tiba-tiba saja Clark menarik lengan Vanessa dan pergi dari sini. Memang ada sesuatu di antara mereka berdua. Yah, tapi aku tak terlalu peduli, karena yang sangat kupedulikan sekarang adalah makanan-makanan mewah yang berada di depanku, buatan Shawn.
Lalu tiba-tiba saja Ryu, cowok dingin nan menyebalkan itu, datang kemari. Aku melihatnya dengan jelas, wajah Scarlett langsung merona merah ketika cowok itu datang. Sebenarnya kenapa sih? Aku sendiri pun lagi-lagi merasakan ada sesuatu yang bergerak di lubukku. Ada apa sih?