[Free RP] we in wonder-school-land

"manju saja..."kata kazuya singkat.


Ia menepuk kepala Akira lembut

"Anu, Akira-san, apakah saya juga boleh minta manjunya satu?" tanua Himi.

Makanan bernama manju itu bentuknya mirip seperti manju di tempatnya tinggal dulu. Dia ingin merasakan apakah rasanya juag sama.

Yuto meresapi kata-kata Kazuya sejenak. Ia meletakkan jari-jarinya pada dagunya, seperti dalam pose berpikir. Sel-sel dalam otaknya bekerja memikirkan sesuatu yang sepertinya penting nggak penting.

"Humm... Kalau saja memang benar bahwa justru dunia yang kita jalani inilah yang merupakan sebuah mimpi, akan seperti apa jadinya?" gumamnya.

Lalu kedua alisnya menajam dan terasa ada aura yang berbeda dari dirinya. "Fufufu, menarik sekali ya? Mimpi yang terasa nyata, dan dunia nyata yang seperti mimpi... Akan aku kuasai kelinci putih sialan itu!" gumam Yuuto lagi, dengan aura-aura psikopat ala Yuuto Tamano.

Kemudian Akira menawari mereka daifuku dan manju. Dengan segera tangan kanan Yuuto menyambar dua buah manju putih yang dibawa oleh Akira tersebut, lalu melahapnya. "Tidak buruk!" komentarnya yang artinya sangat enak menurut kamus Yuuto.

Himi spontan menatap Yuto ketika merasakan aura "menyeramkan" dari senseinya itu. Namun ketika Yuto makan manju dari Akira, aura itu lenyap seketika. Masa tadi cuma perasaannya saja? Mungkin saja, sih. Toh di sini kekuatan empath-nya hilang. (Hal yang membuatnya terkejut ketika pertama kali datang ke sini)

Tapi tidak ada salahnya bertanya 'kan?

"Sensei baik-baik saja?" tanya Himi perlahan.

"rasanya sebelum kemari....aku mengejar kelinci putih..'gumam kazuya pelan

Kazuya sadar Yuto menjadi Yuuto

"ne...jangan rakus,Yuuto-samma..."katanya datar

Saat itu Callena sang guru seni seharusnya sedang mengajar di kelas 1-D. Tapi seperti biasa, ia makin mengantuk seiring dengan bergesernya sang mentari. Callena baru saja kembali dari kamar kecil untuk mencuci mukanya saat ia mendengar suara-suara dari ruangan klub sadou.

"Sreeeet..." dengan perlahan dia membuka pintu ruang klub sadou.

Callena heran melihat ada murid-murid dan guru yang tidak pada tempatnya saat jam pelajaran sedang berlangsung. "Hei, sedang apa kalian?"

"Silahkan." Ucap Akira masih dengan sopan.

Akira kemudian mengambil sepotong daifuku dan memakannya sesuai dengan sopan .


"Siang ,sensei."

"Terima kasih banyak, Akira-san."

Himi menerima manju pemberian Akira dan memakannya. Hmmm... rasanya mengingatkan dia pada manju di Tokyo. Untuk sementara dia melupakan pertanyaan pada sensei-nya.

Quote :

"Hei, sedang apa kalian?"

Himi menolah pada sang pendatang dan menyapanya sopan.

"Selamat siang, sensei. Kami sedang makan manju dan minum teh."

"Makan manju dan minum teh? Memangnya kalian semua sedang tidak ada kelas?" balasnya sambil mengernyitkan kening. Mencoba sok galak seperti guru pada umumnya, tapi hasilnya tidak seram sama sekali.

"Umm, boleh aku minta manjunya satu?"

Ternyata sifat polosnya lebih juara.

"Sepertinya tidak.

"Tentu saja sensei. Apakah sensei ingin minum teh?" Ucap Akira sambil menyodorkan piring kecil yang sudah berisi beberapa potong manju.

"Wah, boleh. Terima kasih ya!" ucap Callena senang sambil menerima piring kecil berisi manju dari Akira. Mulai lupa dengan tujuannya semula.

Ia justru teringat dengan suatu hal lain.
"Oh iya. Tadi saat melewati ruangan ini, sepertinya aku mendengar ada yang bicara soal kelinci, kelinci putih. Kelinci apa?" tanyanya.

"Kebetulan murid-murid kelas 1 sedang berlatih menggambar sketsa dengan model seekor kelinci. Jadi aku cukup peka dengan kata 'kelinci'. Hehehe." tambahnya supaya tidak dikira menguping.

Tapi ia tetap lupa kalau saat ini pun ia sedang mengajar di salah satu kelas.

Himi berpikir sebentar. Haruskah ia menjelaskannya pada Callena? Nanti bisa-bisa dia kebingungan mendengar penjelasan yang susah diterima akal sehat.

"Sensei, sebenarnya kami membicarakan kelinci putih yang pernah kami lihat. Kelinci itu yang menuntun saya kemari di sini, Arisu Academy ini."

Himi berusaha menjelaskannya sesimpel mungkin.

Callena turut terdiam sesaat. Kelinci... putih?

"Apakah yang kalian maksud itu kelinci putih yang lari tergesa-gesa lalu masuk ke sebuah pintu?" tanyanya. Callena sebenarnya merasakan sesuatu yang aneh saat menanyakan hal itu.

Sepertinya ia juga tahu. Ia mengalaminya, seperti yang dijelaskan oleh Himi.

Himi menoleh ke Callena dengan perasaan terkejut.

"Ya, seperti itu. Apakah sensei juga mengalami hal yang sama?"

Himi semakin yakin bahwa semua orang di Arisu Academy ini datang ke sini karena mengejar kelinici putih itu.

"He eh." Callena mengangguk.

"Aneh sekali. Aku merasa bahwa sebenarnya aku ini... Aku... Sudah meninggal. Lalu aku bangkit kembali menjadi seorang einherjar yang berperang bersama Valkyrie Griselda dan teman-teman einherjar lainnya..." Callena terdiam sesaat. Mencerna kata-kata yang barusan dilontarkannya.

"Hmm, sejak kapan aku mengejar kelinci putih itu ya? Pokoknya saat terbangun, aku sudah ada di ruang guru, dengan posisi seperti habis tertidur di meja kerjaku. Di sebelahku ada tumpukan sketch book milik murid-murid kelas 1 dengan lembaran yang bergambar kelinci."

"Mungkin aku hanya bermimpi. Tapi entah kenapa rasanya nyata sekali."

"Maaf, aku jadi meracau. Bicara apa aku ini ya. Maaf, maaf. Hehehe." Callena jadi salah tingkah.

______________________________________________
OOT: kok jadi Casella? kayak artis aja

OOT : Maaf, salah ketik. Akan segera diedit.
___________

"Tidak apa-apa, kok, sensei," kata Himi. Sebenarnya dia juga merasa seperti dalam mimpi.

"Jangan bilang... Kalian semua merasa pernah mengalami hal yang sama sepertiku?" tanya Callena.

Karena menurut Callena, semua yang ada di ruangan itu terlihat seperti menganggap ceritanya tadi tidak begitu aneh.

_____________________________________________
OOT: Gapapa kok

Himi mengganguk. Sudah ketahuan, mau bagaimana lagi.

"Begitulah, sensei. Sebenarnya tempat tinggal saya sebelumnya bukan di sini."

Kazuya hanya mengangguk saja.

"hh....seharusnya aku tak ikuti makhluk sialan itu...."umpatnya pelan

"Himi,teh,"pinta kazuya

"Silakan."

Himi menyerahkan teh pada Kazuya.

Yuto Siegfierd, yang masih dalam kesadaran Yuuto Tamano, menyeringai ketika ia mendengar apa yang dibicarakan murid-muridnya dengan guru seni itu. Yuuto menatap Callena dan Himi bergantian, sambil menyandarkan dagunya pada telapak tangan kanannya yang sikunya menyandar pada pegangan kursi. Okay, selama ini ia duduk di kursi lho! Sadarkah kalian?

"Fufufu kelinci putih sialan itu nyata dan pasti suatu saat akan kutemukan mahluk itu!" serunya dengan dark aura berseliweran di sekelilingnya.

Kemudian Yuuto menoleh pada Kazuya. "Oi, Kazuya, buatkan aku teh!" suruhnya dan entah kenapa di antara semua orang yang ada di ruangan itu, Yuuto hanya menyuruh Kazuya. Tentu saja, karena gadis itu kan slave-nya Yuuto.

"Dan kau Callena, ngapain kau disini? Bukannya kau ada ngajar?" tanyanya dingin. Benar-benar tidak beruntung sekali guru seni itu untuk bertemu Yuuto, bukan Yuto yang baik hati. Cuma tentu saja tak ada yang tahu tentang kepribadian keduanya ini kecuali Kazuya.

"Boleh aku coba teh-nya juga?" pinta Callena lagi, kali ini pada Kazuya. Dia tahu itu sepertinya kurang sopan, tapi Callena penasaran dengan rasa teh hijau ala Jepang hasil upacara minum teh.

"Aku belum pernah mencoba teh yang seperti itu -- setidaknya kukira begitu." ujarnya.

Seingat Callena selama ini dia hidup di tempat yang, yah, bisa dibilang adalah Skandinavia atau Eropa. Walaupun bukan versi dunia ini tentunya.

Mendengar pertanyaan dingin dari Yuto yang sebenarnya adalah Yuuto, Callena malah makin tertantang untuk tetap berada di ruangan itu.

"Yuto-sensei sendiri, sekarang sedang ada ngajar kan?" balasnya, mengasal.

"Aku mau di sini saja, lebih enak ngemil sambil membicarakan si kelinci putih itu. Daripada mengawasi kelas dan melototi kelinci sampai ngantuk." tambahnya lagi dengan cuek.
Sikap yang kurang pantas sebagai seorang guru memang, tapi toh dia tidak sepenuhnya menganggap dirinya adalah guru. Dia kan einherjar, harusnya.

Himi menyerahkan segelas ehm... lebih tepatnya semangkuk teh pada Callena.

"Sialkan teh-nya, sensei. Tapi rasanya pahit, lho." Himi memeperingatkan Callena. Siapa tahu guru seni ini benci minuman pahit.

"ya.....TUAN Yuuto..."jawab Kazuya yang menekankan pada kata 'tuan'.

'sialan benar makhluk satu ini.'rutuknya. Ia membuatkan 1 mangkok teh untuk Yuuto.ya..bisa dibilang ..tapi Kazuya tak peduli sama sekali,ingat..SAMA SEKALI.

"Ini,silahkan..."kata Kazuya sembari menyerahkan mangkuk berisi teh itu pada Yuuto

"Wah , Kazuya ahli membuat teh juga ya?"

"Berarti kita semua yang ada disini membolos?" Tanya Akira dengan polos.