[Pre-Event] Vienna = Party ? ? ?

Ok .Disinilah Ryu kini berada di Vienna di sebuah butik ternama yang merupakan salah satu butik paling eksklusif di Eropa. Ia khusus datang kesini untuk membeli jas untuknya dan gaun untuk Scarlett .

"Bagaimana Scarlett apa kau suka tempat ini?" Ucap Ryu , ketika mereka berdua memasuki toko itu.

Oot: saya akan masuk beberapa kali untuk tes.

clara berjalan sendirian di wina, mengunjungi sebuah butik untuk mencari tas tangan. Sudah lama tidak belanja membuat sense akan barang bagusnya memudar. Tak disangka, dia bertemu ryu dan scarlett.

"lama tak bertemu." clara menyapa mereka.
"wah, sedang belanja? Sepertinya kalian akan datang ke pesta."

"Selamat siang Clara." Ucap Ryu dengan sopan. Bagaimanapun kini ia sedang berhadapan dengan model bukan, yang berarti ia harus menunjukkan tata krama sebagai bangsawan. Biarpun tidak terlalul menyenangkan tetap saja Ryu reflek melakukannya karena itu semua sudah mendarah daging.

"Iya. Do you do some shopping too Miss Clara?"

Scarlett dengan riang masuk ke dalam salah satu butik ternama di Vienna. Dalam selangkah saja, kedua mata violetnya sudah terpana dengan nuansa pakaian, sepatu, tas dan aksesoris yang berkilau. Cukup untuk membuat kedua matanya itu blind sejenak.

"Huwaa... too great!" gumamnya. Scarlett lalu menyambar bagian gantunga gaun-gaun, yang salah satunya akan menjadi gaun yang akan Scarlett pakai di pesta dansa nanti. Tentu saja semuanya akan dibayar oleh Ryu, walau sebenarnya Scarlett merasa tidak enak karena selalu saja ditraktir Ryu.

"Yeah! Aku suka sekali! Terima kasih karena telah membawaku ke tempat ini Ryu-kun!" jawabnya girang dan mengumbar senyuman terindah yang mampu memesona semua lelaki yang melihat senyumannya.

Tiba-tiba seorang penggang--seorang wanita cantik datang menyapanya dan Ryu. Ia menoleh untuk melihat siapakah gerangan yang telah mengganggu shopping date-nya dengan Ryu. Namun Scarlett agak sedikit terbelalak melihat bahwa wanita cantik itu adalah Clara, saudara kembar Clark.

Dengan refleks Scarlett melakukan ojigi 45 derajat sementara Ryu hanya menyapa Clara dengan ucapan 'selamat siang' dengan sopan. "Let's shopping with us, Clara-san!" ujarnya girang.

"ja, für 'new year dance party', und du?" clara membalas dalam bahasa jerman, salah satu bahasa yg dipakai di austria.

"kebetulan aku masih akan terus belanja. Kalau tidak keberatan aku mau menerima ajakanmu scarlett." clara memutuskan untuk tidak belanja sendiri.

"Same with you." Ba;as Ryu dalam bahasa Inggris.

"Tentu saja, kau ingin membeli apa Ms. Clara?"

oot: aku nggak ngerti bhs jerman.


Scarlett hanya tersenyum mendengar Clara setuju untuk berbelanja bersamanya dan Ryu. Walaupun ia merasa sedikit keberatan, sesungguhnya, karena Clara telah menganggu kencannya dengan Ryu.

Tidak bisakah Clara meninggalkan Ryu dan ia berdua?

Setidaknya itu yang ia pikirkan, namun apa yang dikatakannya benar-benar bertolak belakang dengan pikirannya. "Iya, Clara-san ingin beli gaun seperti apa? Atau mungkin aku bisa memilihkannya untuk Clara-san."

Scarlett kemudian memilah-milah beberapa baju. Tangan dan pandangannya kemudian terhenti pada gaun tanpa lengan berwarna violet berlayer banyak dimana bagian dadanya terbuka dan bagian bawahnya berbentuk huruf V.

"Ryu-kun, gaun ini cocok untukku tidak?" tanyanya, terlupa akan niatnya untuk memilihkan baju untuk Clara.

"aku sudah punya gaun." ujar clara.

"menurutku itu tidak terlalu cocok. Terlalu terbuka. Sesekali pakailah yang agak tertutup. Too sexy isn't good idea. Apalagi seusiamu." clara berkomentar. "banyak cara untuk terlihat cantik dan memikat."

Scarlett agak kaget melihat komentar dari Clara, padahal Scarlett ingin Ryu yang berkomentar. Entah kenapa ia agak sedikit kurang suka dengan kritikan Clara dengan selera fashionnya. Apalagi di bagian 'terlalu sexy'.

Masalahnya, Scarlett sudah sering berpakaian terbuka seperti ini, bahkan pernah yang lebih parah. Dan selama ini belum pernah ada yang menyalahkan cara berpakaiannya. Tapi sekarang Clara... okay, Scarlett mengaku bahwa wanita itu seorang model, tapi apakah tidak boleh Scarlett memakai pakaian yang ia sukai,

yaitu pakaian sexy yang terbuka?

"Tapi aku sangat suka gaun ini Clara-san. Masalah seksi atau tidak, aku tidak peduli" sanggahnya masih dengan intonasi yang tenang dan sopan.

"Alle haben einen Unterschied Sinn für Mode. Ich denke, es ist okay, sie benutzen etwas, was sie wollen." Ucap Ryu menimpali ucapan Clara, intinya ia membela Scarlett dengan berkata bahwa itu adalah hak Scarlett untuk mengenakan apa yang ia sukai dan Ryu tidak pernah mempermasalahkan hal tersebut.

"It's suitable for you. Dan apalagi yang kalian butuhkan?"Ucap Ryu kepada mereka berdua.

Kedua mata Scarlett terbelalak mendengar respon dari Ryu. Ia lalu segera memeluk cowok itu erat. "Arigatou! I really love you, Ryu-kun!" serunya girang.

Setelah itu Scarlett agak menyeringai. "Kau senang melihat aku yang selalu memakai pakaian terbuka ya, Ryu-kun? Kedengarannya sih mesum, tapi selama itu Ryu, aku juga senang sekali!" ucapnya sambil memeluk Ryu dan mencium pipi cowok itu dengan wajah yang sedikit memerah.

Ia kemudian segera bergegas ke kamar pas untuk mencoba gaun sexy berwarna violet yang tadi baru saja ia pilih dengan wajah girang.

Clara hanya bisa menggeleng menanggapi semuanya. Dunia remaja memang aneh. Clara hanya menyayangkan saja, scarlet akan lebih manis kalau tidak terlalu sexy.
"sepertinya kau akan berkata 'ya','baik', atau 'tidak apa' pada apapun yg dia katakan dan lakukan. Itu kekeliruan dalam menyayangi seseorang. Bukan begitu cara membahagiakan." clara lagi2 berkomentar pada ryu.

oot: ujian cinta dari miss clara yg pedas dan kritikus. Selamat menikmati.

Scarlett yang sedang berada di kamar pas, tak mendengar kata-kata Clara yang mengkritik hubungannya dan Ryu. Bahkan seandainya ia mendengarnya pun, ia pasti hanya akan diam dan membiarkan Ryu untuk menjawab, dan ia tahu Ryu pasti akan membelanya. Scarlett tak punya keberanian cukup untuk berargumen dengan Clara yang modis dan jauh lebih berpengalaman darinya.

Lagipula ia akan berargumen apa?

"A-Ano Ryu-kun, tolong bantu aku meresleting gaun ini. Aku agak susah.." pintanya memanggil-manggil dengan membuka sedikit pintunya dan menjulurkan tangannya. Resleting di punggung membuatnya susah. Lagipula ia agak malu juga jika Ryu menutup resleting untuknya. Ryu bisa melihat bra-nya.

Tapi apa boleh buat, karena ia tak mau mendengar kritikan lagi dari Clara jika ia meminta tolong pada model itu.

"Selama ia tidak melewati batas,aku tidak akan mempermasalahkannya. Lagipula aku akan selalu menjaga dan menasihatinya." Ucap Ryu kepada Clara.

"Biar aku minta pegawainya untuk membantumu." Jawab Ryu .

Ia kemudian memanggil salah seorang karyawan perempuan dan menyuruhnya untuk membantu Scarlett

"sudah kubilang.." gumam clara. "pakai saja gaun backless dengan turtleneck dan belahnya di bagian dpn. Warnanya hitam dan detil motifnya bagus. Sepertinya ada warna lain juga."

handphone putih elegan clara berdering. Manajernya menelepon.
"oops! Time is up. Maaf aku tidak jadi belanja dngan kalian. Bye!"

"kuharap kalian bisa lebih dewasa dalam hubungan itu." ujar clara sambil meninggalkan toko.

Kini Scarlett tanpa sengaja mendengar kata-kata Clara di saat salah seorang pegawai membantunya meresleting gaunnya. Ia memikirkan kata-kata Clara dalam pikirannya baik-baik.

Setelah selesai, ia lalu keluar menatap Ryu yang ternyata sudah tak ada Clara disana. "Bagaimana penampilanku, Ryu-kun?" tanyanya. Seperti biasa, Scarlett tampak seksi dan sangat cantik. Namun entah kenapa, senyuman di wajahnya terlihat terlalu dipaksakan.

"See you next time Miss Clara." Ucap Ryu sebelum Clara pergi.

"Bagus, kau ingin gaun yang itu?"

Scarlett mengangguk perlahan. Masih dengan senyuman yang dipaksakannya ia menatap Ryu dalam-dalam dan memeluknya. Kemudian menangis dalam pelukan cowok itu.

"Apa benar Ryu-kun? Apa benar kau tak apa-apa dengan pakaianku yang selalu terbuka? Mungkin... Kata-kata Clara-san ada benarnya juga..." ucapnya lirih dan sesegukan. Ia tak peduli jika orang-orang yang ada di dalam butik itu melihat ke arah mereka berdua.

Ryu balas memeluk Scarlett. Ia kemudian memberi isyarat mata agar semua pegawai pergi darisana, dan mereka semua pun pergi.

"Tidak perlu menangis. Aku tidak apa-apa. Aku akan mendukung semua hal yang kau senangi. Aku akan selalu menjagamu. "

Kedua mata violet Scarlett terbelalak ketika mendengar jawaban dari Ryu. Seketika saja wajahnya berubah menjadi sangat memerah, sangat, sangat, dan sangat memerah. Ia memeluk Ryu erat.

"Ariga-" Bruggh-

Tiba-tiba saja kata-kata milik Scarlett terpotong dan ia pun jatuh pingsan dalam sejenak. Mungkin karena wajahnya yang memerah dan jantungnya yang berdetak sangaat kencang, sehingga tubuhnya yang lemah pun tak kuat menghadapi itu semua.

[satu jam kemudian]

Kedua kelopak mata Scarlett pelan-pelan terbuka, begitu pun dengan gerakan tangan yang mengikuti gerakan kelopak mata itu, perlahan-lahan.

"Where the hell am I?"

Scarlett pingsan tepat di pelukan Ryu . Ryu terkejut namun bukan saatnya utnuk kaget. Ia kemudian segera memasukkan Scarlett kedalam mobilnya. Dan sefera membawanya ke rumah sakit. Begitu tiba di depan rumah sakit Scarlett langsung ditandu di pintu gerbang karena Ryu sudah menghubungi pelayannya untuk menghubungi rumah sakit sehingga semuanya sudah siap.

[kamar VVIP]

"Kau sudah sadar?"

"Apa kau baik -baik saja?"

Scarlett akhirnya berhasil bangkit dari tempat tidurnya dan menatap sekeliling sejenak. Kedua mata violet tersentak kaget ketika melihat sosok seorang cowok di depannya. Siapa lagi kalau bukan Ryu? Scarlett serentak saja merasa kaget dan menjauhkan diri dari cowok itu.

"Ryunichirou?! Kenapa kau bisa ada disini?? Yang lebih penting... kenapa aku bisa berada DISINI??" serunya setengah berteriak.

Dalam sekali pandang juga semua orang sudah tahu, bahwa sosok Scarlett di depan Ryu saat ini bukanlah Scarlett, melainkan Envy, sang kepribadian keduanya yang terkenal jutek dan menyebalkan. Tumben sekali Envy bisa muncul di saat-saat begini?

"Oh ya, aku ingat... Scarlett sedang belanja... terus si cewek bodoh itu pingsan. Pantas saja, semuanya menjelaskan kenapa aku bisa berada di ruang semegah ini, padahal cuma rumah sakit" ucapnya pada dirinya sendiri.

Envy lalu segera menoleh pada Ryu dengan seringaian khasnya, "Fufufu, orang kaya memang sombong sekali ya!" ejeknya setengah menggoda.

"Kau pingsan , karena aku bukan dokter aku membawamu ke rumah sakit." ucap Ryu membalas perkataan Envy. karena tidak mungkin Scarlett bisa berkata seperti itu. Dan berbicara dengan Envy cuku[ menarik karena ia terbuka dan tidak pernah memandang status Ryu.

"Dan cewek yang kau sebut bodoh itu alter-egomu bukan?" UcapRyu sambil tersenyum dan mengelus rambut Scarlett.

"Apakah kau ingin berada di kamar kelas III? Lagipula kau orang kaya juga bukan?"

Envy menyilangkan kedua kakinya yang dibalut piyama ala rumah sakit. Ia benar-benar bertingkah bertolak belakang dengan Scarlett, apalagi dengan sikap tomboy-nya. Kemudian Envy menatap Ryu sekali lagi.

"Aku tahu, kau tak perlu menjelaskan padaku dua kali. Dasar cowok suka menyia-nyiakan suara!" ucapnya sambil menjulurkan lidah.

Namun ketika Ryu mengelus kepalanya, Envy benar-benar merasa kaget dan kemudian segera menjauh dari Ryu. Tangan kanannya membentuk pola defense seakan-akan Ryu hendak menyerangnya. "Hey, don't touch me! Aku tahu kalau kau pacar Scarlett, tapi aku sama sekali bukan pacarmu! so don't touch me!"

Envy kembali mengeluh-ngeluh ketika Ryu berkata padanya bahwa ia adalah orang kaya juga, "Cih, yang kaya itu ayahku, bukan aku!" jawabnya tegas sambil membaringkan kepalanya pada sandaran kasur.

"Apakah kau tidak suka kusentuh nona Envy?" ucap Ryu menggoda Envy, ia kemudian tertawa. Benar-benar gadis yang menarik, biasanya gadis-gadis rela mengantri hanya untuk melihat wajahnya namun Envy berbeda.

"It's no different Miss Envy."

"Bagaimana keadaanmu sudah baikkan? kau tentu tidak ingin berada di ruangan yang sumpek ini seharian bukan. Dan jujur aku sudah mulai bosan disini."