[Pre-Event] Vienna = Party ? ? ?

ryu pun mengajak scarlett masuk ke ruang teater, yang benar-benar terlihat sangat mewah di mata violetnya. Hal ini semakin meyakinkannya bahwa ryu memang benar-benar sangat kaya.

"oh.. Aku pernah belajar sih! Dulu.. Sekarang kayaknya aku udah agak lupa. Kau mau mengajariku dari awal lagi kan ryu-kun?" tanyanya sambil mengobservasi ruangan teater tersebut.

"ngomong-ngomong, di pesta dansa nanti kita akan berdansa yang seperti apa?" tanyanya pada ryu.

"Boleh saja. Tapi aku hanya bisa beberapa jenis dansa." Ucap Ryu sambil duduk di piano ia kemudian membuka piano tersebut.

"Kalau untuk kompetisi biasanya mereka menggunakan standart internasional. Dan di standart INternasional ada 5 jenis tarian yaitu waltz, tango, viennese, foxtrot, dan quickstep."

"Bagaimana kalau kita mulai dari waltz terlebih dahulu?" Tanya Ryu, ia kemudian memainkan lagu blue danube yang biasa digunakan sebagai pengiring tarian waltz.

Scarlett hanya terdiam mendengar penjelasan dari Ryu. Sebenarnya ia tak mengerti apa-apa tentang tarian. Ia tak tahu apa itu waltz, apa itu tango, apa itu viennese, foxtrot, dan lain sebagainya. Ketika Ryu mulai memainkan piano, ia juga hanya berdiri terdiam.

"Ano... aku harus melakukan apa?" tanyanya bingung dan polos, walaupun alunan musik blue danube sudah mengudara di teater itu.

"Just hear it."

"And then feel it with your soul." Lanjut Ryu kemudian. Ia memainkan hingga pada bagian klimaks sambil menyanyikan liriknya.

"Donau so blau, so schön und blau,
durch Tal und Au wogst ruhig du hin,
dich grüßt unser Wien, dein silbernes Band.
knüpft Land an Land und fröhliche Herzen
schlagen an deinem schönen Strand.

Weit vom Schwarzwald her
eilst du hin zum Meer,
spendest Segen allerwegen,
Ostwärts geht dein Lauf,
nimmst viel Bruder auf:
Bild der Einigkeit für alle Zeit!
Alte Burgen Seh'n nieder von den Höh'n,
grüssen gerne dich von ferne
und der Berge Kranz,
hell vom Morgen glanz,
spiegelt sich in deiner Wellen Tanz."

"Bagaimana ?" ucap Ryu sambil menutup piano mengakhiri permainannya, ia kemudian bangkit berdiri.

Ryu kemudian menekan tombal hingga hanya lampu panggung yang menyala dan ia menyalan CD player. Lagu blue danube perlahan mengalun .

"Taruh tangan kananmu di pundakku." Ucap Ryu sambil meletakkan tangannya di pinggang Scarlett dan menggenggam tangan kiri Scarlett dan menariknya hingga menjauhi tubuh Scarlett dan Ryu.

"Tegakkan punggungmu, ikuti langkahkku ketika lagu memasuki intro. Mundur, mundur , kiri, putar."

Ketika mencapai klimaks, Ryu menyanyikan lirik dari lagu blue danube tersebut. Wajah Scarlett seketika saja memerah ketika mendengar Ryu bernyanyi. Scarlett benar-benar kagum dengan kemampuan musik Ryu. Sedangkan ia sendiri? Ia cuma bisa main biola. Itu pun masih amatiran. Kadang-kadang ia berpikir apa pantas dirinya yang begitu biasa bersanding di sisi Ryu?

"Sugoi..." gumamnya pelan. Scarlett tetap tersenyum bahkan ketika Ryu sudah menyelesaikan dentingan pianonya. Kemudian, tiba-tiba saja Ryu menekan tombol yang membuat lampu panggung dan CD player menyala.

"Uwaa!" serunya agak kaget ketika Ryu menyuruhnya untuk meletakkan tangan kanannya di pundak Ryu sedangnya tangan kirinya ditarik menjauhi tubuhnya. Scarlett melakukan persis seperti apa yang disuruh: meletakkan tangan kanannya di pundak Ryu, menegakkan punggungnya, dan mengikuti langkah kaki Ryu. Wajahnya memerah menyadari kedekatan tubuhnya dengan Ryu.

Scarlett kemudian melangkah menyesuaikan irama lagu dan langkah kaki Ryu. Mundur, mundur, kiri, dan berputar. Ia benar-benar merasa senang saat itu, terlihat dari senyumannya yang terbentuk sangat lebar.

Lagu mengalun dengan lembut mengiringi tarian Scarlett dan Ryu . Lagu yang merupakan gubahan Strauss ini khusus diciptakan untuk kekasihnya yang merupakan seorang penari . Dan yang lebih menarik lagu ini diciptakan di Vienna tenpat Ryu dan penghuni Azure lainnya.

" Bagaimana sudah mulai terbiasa kan?"

Tiba-tiba Ryu merasakan ada sesuatu yang aneh dengan bahu kanannya, ia bisa merasakan bahu kanannya semakin sakit, sakit yang sudah dirasakannya sejak ia mulai bermain piano tadi. Ryu berusaha untuk menahan rasa sakitnya, keringat mulai bertetesan dari kening Ryu .

Scarlett dengan gembira mengikuti irama lagu dan langkah Ryu, sehingga lama kelamaan ia semakin terbiasa dan terbiasa. Scarlett mungkin memang bukan seorang penari, tetapi tubuhnya yang lentur dan gerakannya yang luwes membuatnya terlihat sebagai 'benar-benar' seorang penari.

"Ya! Lama-lama aku sudah mulai terbiasa! Terimakasih, Ryu-kun!" serunya dihiasi senyumannya yang sejak tadi berkembang.

Namun senyuman Scarlett memudar setelah melihat hal yang tak biasa pada wajah Ryu. Entah kenapa wajah Ryu terlihat agak pucat dan keringat terus saja mengalir di samping wajahnya. Secara refleks, Scarlett menghentikan tariannya dan mengeluarkan sapu tangan berwarna violet cerah entah darimana. Sapu tangan itu kemudian digunakan Scarlett untuk mengelap keringat Ryu yang sejak tadi mengucur.

"Kau kenapa, Ryu-kun? Keringatmu mengucur terus.. Kau tak apa kan?" tanyanya lembut setengah cemas sambil tetap mengelap keringat Ryu dengan sapu tangan miliknya.

"Sama- sama." balas Ryu pelan, rasa sakitn sudah semakin parah. Perbannyapun sudah tidak berasa efeknya , begitu pula dengan obat yang ia minum.

"Mungkin karena perngaruh lampu yang terlalu terang.Aku tidak apa-apa, kau tenang saja." Jawab Ryu dengan jawaban yang sama dengan jawaban-jawaban sebelumnya. Ia kemudian menajuhkan kepalanya, berusaha untuk menghindari Scarlett.

"Ayo kita lanjut ke tarian selanjutnya."

Scarlett hanya terdiam dan mengangguk mendengar jawaban dari Ryu. Ia tahu bahwa akan sia-sia saja jika ia menyanggah Ryu yang sangat keras kepala. Bahkan sifat keras kepala Ryu melebihi Envy. Lagipula bagaimana pun Scarlett memercayai Ryu, lebih dari kepercayaan Ryu padanya.

"Okay, aku mengerti Ryu-kun.. Tapi kalau ada apa-apa bilang padaku ya? Aku tak suka kalau kau menyembunyikan sesuatu dariku" balasnya setengah egois. "Selanjutnya kita akan menari apa? Tolong ajari aku!"

"Ya." Jawab Ryu pendek. Ia mengatakan sebuah kebohongan lagi pada Scarlett , ia tidak ingin Scarlett mengkhawatirkan dirinya.

"Bagaimana kalau kita belajar foxtrot saja, itu sedikit mirip dengan waltz."

Scarlett tersenyum, lagi-lagi dengan senyuman yang terlihat agak dipaksakan. Ia lalu menatap Ryu tepat di kedua mata cowok itu. Walaupun dalam hatinya ia tahu, seberapa dalam ia menginginkan untuk dapat membaca pikiran Ryu, agar dapat mengetahui fakta itu, dan bagaimana hal tersebut sangat mustahil dilakukan.

"Eh? Foxtrot? Dansa macam apa itu? Mohon bantuannya, Ryu-kun!" ucapnya sambil melakukan ojigi 90 derajat.

"Foxtrox adalah tarian dengan diiringa oleh orkestra. Trebagi menjadi 2 yaitu, cepat dan lambat."

"Namun di Inggris aku hanya mempelajari yang lambat."

"Itu semua terbagi menjadi dua step figure yaitu basic dan standart. Bagaimana kalau kita menonton videonya terlebih dahulu?"

Scarlett yang benar-benar awam dan tak terlalu mengerti apa yang dijelaskan oleh Ryu. Tapi berdansa dengan diiringi orkestra itu sepertinya cukup romantis. Scarlett mungkin saja akan menyukainya.

"okay, kita nonton dulu. Tapi nonton dimana Ryu-kun?" tanyanya sambil tersenyum.

"Disini saja , aku malas pindah ruangan." Ucap Ryu.

"Kita duduk di kursi saja." Lanjut Ryu sambil turun panggung lewat tangga yang ada di ujung panggung, ia kemudian mengambil tempat duduk di baris tengah.

"Duduklah dimanapun kausuka." Ucap Ryu sambil menekan remote, seketika turun LCD dan lampu panggung mati, dalam hitungan detik layar menayangkan sebuah orkestra ditambah orang yang sedang menari.

"aku ingin duduk di sebelahmu, ryu-kun.." jawabnya lembut. Ia lalu mengikuti ryu di belakang seperti puppy yang mengikuti majikannya. Ia juga duduk di sebelah ryu, ketika dari atas stage keluar LCD besar. Scarlett memegang tangan ryu erat ketika lampu dimatikan. Ia kurang suka kegelapan.

Dari LCD itu terlihat orkestra dan beberapa orang yang menari. Kedua mata violet milik scarlett memandang, memperhatikan, dan mengingat gerakan-gerakan penari tersebut. "aku rasa aku bisa, ryu-kun!"

scarlett juga seorang jenius seperti ayahnya. Dengan ingatan semi fotografisnya ia mengingat gerakan-gerakan tersebut dengan baik.

"Terserah kau saja.. Aku tidak keberatan kok."Jaawab Ryu sambil memperhatikan video tersebut. Gadis yang sedang menari tersebut adalah ibunya sedangkan yang pria adalah ayahnya. Ryu sudah sangat lama tidak menonton video tersebut.

"Ok ,nanti kita praktekan bersama." ucap Ryu tanpa memalingkan wajahnya.

Melihat Ryu yang tempaknya serius menonton video tarian itu, Scarlett lama-lama tidak enak juga untuk menganggu. Ia lalu memeluk lengan kiri Ryu--karena Scarlett duduk di samping kiri Ryu--dan kembali menatap kedua penari itu menari dengan lihainya.

"Ryu-kun... apa kita nanti bisa menari seindah kedua penari itu?" tanyanya sambil melihat ke arah Ryu. Entah kenapa ia merasa ada sesuatu yang familiar dengan wajah kedua penari itu. Namun entah kenapa Scarlett tidak bisa mengetahuinya.

Ryu membiarkan saja Scarlett memeluk lengannya. Ia tidak keberatan bahkan sedikit menyukainya,

"Tenang saja , kau pasti bisa. lagipula dulu penari perempuannya bisa menguasainya dalam waktu singkat padahal ia sangat lamban dalam mengingat sesuatu."

Scarlett mengangguk, ia melanjutkan untuk tetap memeluk lengan Ryu. Ia lalu kembali menatap kedua penari itu. Memperhatikan kedua wajah penari itu, yang sekali lagi tampak familiar di matanya, entah kenapa. Scarlett menatap Ryu. Tadinya ia merasa tak berani untuk menanyakan hal ini. Namun akhirnya ia berhasil mengumpulkan keberaniannya.

"Etoo... kau mengenal kedua penari itu, Ryu-kun? Entah kenapa aku merasa familiar dengan keduanya" tanyanya pelan.

"Oh... "

"Mereka berdua adalah orangtuaku. Video itu diambil ketika mereka ikut pesta."

"Tidak begitu mirip denganku bukan?"

Scarlett, jujur saja, agak terkejut dengan jawaban Ryu. Ia lalu menatap lagi kedua penari itu. "Hhe... Orang tuamu ya Ryu-kun?" ucapnya sambil terkesima bahwa penari tersebut sebenarnya adalah orang tua Ryu. "Lumayan mirip lho! Kalau nggak aku nggak akan merasa familiar tadi!"

Ia lalu melepaskan pelukannya dari lengan Ryu. "Oh ya, aku ingin tahu, apa alasanmu pindah ke apartemen ini, Ryu-kun? Padahal kan kau masih bisa tinggal dengan orang tuamu?" tanyanya pelan, setelah mengumpulkan keberaniannya untuk bertanya.

"Yah, lumayan banyak orang yang mengatakan seperti itu."

"Ayahku sibuk bekerja dan Ibuku sudah lama meninggal. Mungkin karena sekolahku yang lama tidak terlalu tinggi passing gradenya. Sekolah itu lebih melihat siapakah keluargaku daripada aku sendiri."


"Dan alasan yang tertutama karena di rumahku terlalu banyak kenangan tentang 'dia' . "

Scarlett ikut sedih mendengar jawaban Ryu. "Gomen... Aku tak tahu kalau ibumu sudah... eto... kau tahu, pergi ke surga" responnya ragu. Ia benar-benar merasa tidak enak, karena dirinya masih memiliki ayah dan ibu, sedangkan Ryu, dia hanya memiliki ayah.

"Aku tak begitu mengerti bagaimana rasanya bersekolah di sekolah yang hanya memandang status, soalnya aku selalu home-schooling" ucapnya, entah kenapa menghindari topik yang berhubungan dengan 'dia', karena ia tahu siapa orang yang dimaksud Ryu tersebut.

Ia lalu memeluk lengan Ryu lagi, kali ini lebih erat dari sebelumnya. "Entah kenapa, aku merasa kau begitu kesepian, Ryu-kun... Tanpa ayah, tanpa ibu"

"Tidak masalah, setidaknya aku sudah pernah mengenal siapa ibuku."

"Aku juga dulunya home-schooling namun sejak SMP keals 2 aku mulai masuk sekolah."

"Mungkin kau benar, tapi sekarang sudah berbeda . Lagipula dulu ada 'dia', violet dan kyle yang selalu menemaniku. Dan aku bersyukur pindah ke Azure karena bisa bertemu denganmu dan penghuni yang lainnya."

Scarlett tersenyum mendengar jawaban Ryu. Mungkin hal itulah yang selama ini ingin ia dengar keluar dari mulut Ryu. Sesuatu yang mengatakan, 'I'm really grateful to meet you' or what-so-ever. Wajahnya seketika saja memerah mendengar hal itu.

"Aku juga... seandainya dulu aku masih tidak berani mengungkapkan keluh kesalku pada ayah, ah bukan, seandainya saja dulu Envy tidak ada, pasti sekarang ini aku masih berada di Jepang dan tidak akan pernah bertemu denganmu, Ryu-kun, juga penghuni-penghuni Azure lainnya!" ucapnya dengan wajah yang bahagia.

"Somehow, it's miracle that I'm being able to meet you, Ryu-kun! The first time we met, I never thought that I would fall for you. You were so cold back then!" lanjutnya lagi, mengenang saat-saat ketika ia pertama kali bertemu dengan Ryu.