[Pre-Event] Vienna = Party ? ? ?

Melihat wajah Ryu yang tertawa entah kenapa membuat jantung Envy berdebar-debar dan wajahnya agak sedikit memerah. Namun Envy sangat membenci mengakui bahwa dirinya telah jatuh pada pesona orang lain sehingga ia menyembunyikan wajah memerahnya dan still calm.

"Yah... disentuh oleh kamu membuatku merinding! Cih, kata-kataku jadi cengeng banget kedengarannya!" keluhnya pada kata-kata sendiri sambil mengacungkan jari telunjuknya pada Ryu.

"Jujur saja, aku nggak suka bau rumah sakit. Jadi ayo kita pergi dari sini! Sekalian kau bilang pada pengelola rumah sakit ini untuk menyemprotkan parfum di setiap sudut ruangan rumah sakit ini! Benar-benar bau banget!" serunya sambil beranjak dari kasur dan segera mencari-cari bajunya.

"Hey, dimana kau taruh bajuku, cowok kaya?"

"Apakah kau suka padaku, biasanya orang akan merinding jika bertemu orang yang disukainya bukan." ucap Ryu sambil mengacak rambut Scarlett.

"Bajumu ketinggalan di toko tadi, bukankah tadi kau pingsan ketika mengenakan gaun yang kau coba? "

"Tapi tenang saja aku sudah menyiapkan gantinya untukmu." Ryu kemudian menekan tombol di samping ranjang ,tidak lama kemudian datang beberapa orang pegawai dari tempat yang Ryu dan Scarlett kunjungi tadi dengan membawakan berbagai macam model gaun .

"Pilihlah yang kau sukai, nona manis."

Kedua mata violet Envy terbelalak mendengar kata-kata Ryu. Sesungguhnya hal itu seratus persen benar. Akan tetapi, bukan Envy namanya (melainkan Scarlett) kalau ia mau mengakui hal itu. Kepala Envy benar-benar keras seperti batu.

"Hheh? Jangan mimpi ya!" serunya sambil menjulurkan lidahnya. "Tapi aku baru tahu kalau kau ternyata berharap kalau aku suka kamu. Ckckck kau begitu terobsesi padaku ya, Ryu? Kasihan Scarlett" lanjutnya sambil pura-pura berhela nafas.

Kedua mata Envy kembali terbelalak ketika melihat banyak sekali gaun-gaun mewah yang diperlihatkan Ryu padanya. Terlihat sinar matanya yang berbinar-binar dan mulutnya yang hampir mengatakan 'wow' disusul air liurnya. Di antara semua gaun itu, ada satu gaun berwarna hitam yang bagian punggung dan dadanya terbuka dan ada sedikit simpul-simpul pita di punggung dan pinggang. Gaun itu tanpa lengan, namun terdapat tali yang terhubung pada sarung tangan panjang yang sama-sama berwarna hitam. Sedangkan bagian bawahnya berenda-renda dan berlayer hingga menutupi mata kaki. Lalu aksesorisnya adalah sepatu hitam high heels berenda dan pita hitam besar berenda untuk hiasan rambut. Benar-benar bertipe gothic lolita jika benar-benar dipakai oleh Envy.

Envy segera saja mendekati Ryu dan memeluk lengannya erat. Keduanya matanya yang berbinar menatap langsung pada Ryu dengan tatapan memelas. "Aku ngaku aku suka kamu deh, Ryu! Boleh aku memiliki gaun gothic itu?" pintanya memelas sambil menunjuk pada gaun hitam tersebut.

OOC: aku ga ahli ngedeskripsiin baju =.=

Ryu tertawa mendengarkan ucapan Envy.

"Yakin? Bukankah itu terbalik?"

"Ok ,kalau begitu aku tinggal dulu ya . Aku akan mengurus administrasinya dulu." Ucap Ryu , ia kemudian mencium kening Envy. Dan setelah itu ia langsung keluar dan membayar biaya rumah sakit.

Envy membeku ketika Ryu hendak pergi dan mencium keningnya. Wajah manisnya seketika saja memerah dan membuatnya menyembunyikan wajahnya dibalik bantal rumah sakit. Jantungnya benar-benar berdetak kencang. Padahal cuma gara-gara seorang cowok yang menciumnya.

"Dasar cowok nakal..." keluhnya yang wajahnya masih ditutupi bantal tersebut.

Namun apakah ciuman di kening tadi benar-benar untuk Envy atau untuk Scarlett? Itulah yang Envy pertanyakan saat ini. Ia tahu kalau Ryu hanya mencintai Scarlett, tapi masih bolehkah dia berharap? Kalau Ryu juga mencintai Envy sama seperti cowok itu mencintai Scarlett?

Setelah selesai dengan urusan detak jantung dan merah wajahnya, Envy segera mengambil gaun gothic tersebut dan memakainya. Kemudian ia melihat bayangan dirinya di depan cermin. Envy mengerutkan alisnya. Di cermin itu ia melihat tubuh Scarlett, yang memakai gaun gothic lolita nan seksi. Ia benar-benar terlihat seperti boneka.

"Hhuh, andai aku punya tubuh sendiri..."

Ryu membayar biaya rumah sakit yang cukup mahal tersebut, karena rumash sakit itu merupakan salah satu yang terbaik di Vienna ini. Untung Ryu terlahir dalam keluarga bangsawan asehinga materi sama sekali buka nmasalah baginya.

Ia kemudian kembali ke kamar Envy.

"Bagaimana sudah siap untuk berjalan - jalan? Atau kau ingin belajar berdansa?" Ucap Ryu pada Envy setelah ia berada di dalam kamar rawar Envy.

"Penampilanmu unik juga ya." Puji Ryu sambil tersenyum.

Envy agak kaget dengan kedatangan Ryu yang tiba-tiba. Untung saja saat itu ia telah siap dengan baju gothic lolita, sepatu high heels hitam berenda, dan pita hitam besar yang menghiasi rambut dan lehernya. Tak perlu lagi make-up di wajahnya, karena kecantikannya benar-benar alami, kecuali mungkin ia menambah sedikit lip-gloss pada bibir meronanya.

"Ah, kau ini bikin aku kaget aja!" serunya seraya mendekati Ryu dan memeluk lengannya.

"Ayo kita pergi! Aku butuh banget jalan-jalan nih, sumpek! Kita kemana ya? Gimana kalau kita shopping aja lagi? Kau traktir aku ya! Dimana shopping distrik termewah disini?" tanyanya bertubi-tubi dan agak sedikit basa-basi.

"Terserah kau saja tuan putri, hari ini aku akan melayanimu seharian." Ucap Ryu, ia tidak menolak ketika Envy memeluk lengannya dan hanya membiarkannya saja.

Sebuah Roll Royce hitam mengkilat sudah terparkir dengan manis di lobi Rumah sakit tentu saja dengan supir berseragam lenkap yang siap mengantar kemanapu Envy ingin pergi. Sedangkan mobil sportnya sudah diantarkan ke villa milik keluarga Rheindhardt di Vienna.

"Silahkan masuk tuan putri." ucap Ryu sambil membukakan pintu khusus untuk Envy.

Envy merasa canggung juga ketika mendengar ucapan Ryu bahwa cowok itu akan melayani selama seharian penuh ini. Tentu saja ia merasa senang, di sisi lain ia merasa bingung juga. Tumben sekali cowok dingin ini begitu baik hati dan mau melayani cewek yang bukan pacarnya (?).

"Hei, tumben sekali kau baik banget sama aku, sampai mau melayaniku segala. Jangan-jangan kau punya maksud lain ya?" tanya Envy pada Ryu ketika mereka sudah masuk ke dalam Roll Royce milik Ryu.

Entah kenapa mulai muncul sesuatu yang sangat jahil di pikiran Envy. Seketika itu juga ia menyeringai dan berkata, "Aku males shopping nih! Ganti, ganti! Gimana kalau kita ke love hotel aja?"

What? Oh, ayolah, Envy cuma bercanda. Ia cuma ingin tahu bagaimana reaksi Ryu ketika Envy bertanya hal yang benar-benar 17+ tersebut. Dasar tukang jahil. Seringainya pun semakin membesar seiring dengan membesarnya rasa penasaran Envy akan jawaban Ryu.

" Tentu saja karena kau adalah alter-ego Scarlett, lagipula hari ini aku memang akan menemani dia seharian tapi tiba-tiba kau yang muncuk. Oleh karena itu sekarang aku jalan denganmu." Jelas Ryu panjang lebar kepada Scarlett. Ia kemudian masuk ke dalam mobil dan menyuruh supirnya untuk jalan.

"Kau yakin ingin kesana? Dan lagipula aku tidak ada niat untuk melakukannya denganmu, atau mungkin kau sudah punya janji dengan seseorang disana mungkin?" Jawab Ryu sambil tersenyum singkat.

"Lagipula kalau kau malas shopping lebih baik ke villaku saja."

Envy benar-benar tidak puas dengan jawaban Ryu. Benar dugaannya, semua yang Ryu lakukan padanya semata-mata hanya untuk Scarlett. Mendengar hal itu, rasa kesal mulai muncul di dalam hati Envy. Kesal? Mungkin karena cemburu.

"Soal love hotel itu, aku memang sudah ada janji dengan seseorang disana, cowok lho! Tapi tenang aja kok, udah kubatalin, soalnya kau juga nggak mau kan kalau tubuh Scarlett ini disentuh oleh pria lain selain kau?" tanyanya, untuk menggoda Ryu, tentu saja.

Envy menolehkan matanya pada Ryu setelahnya, "Eh? Villa? Ngapain disana? Berlatih dansa? Terserah kau saja deh!"

"Bukankah tubuh itu juga milikmu?" Balas Ryu bertanya. Ryu selama ini tidak pernah menganggap bahwa Envy hanyalah sebuah sampingan bahkan ia terkadang merasa bahwa Envylah pemilik tubuh tersebut.

"Di villaku kau bisa berenang , berkuda dan lain-lain, tapi mungkin itu setelah kita berlatih dansa. Apakah kau sudah pernah berdansa sebelumnya.

Rui kemudian memerintahkan supirnya untuk kembali ke villa.

Envy terdiam sejenak mendengar kata-kata dari Ryu. Secara teknis tubuh ini seharusnya juga adalah miliknya. Ia melihat kedua tangan dan pantulan wajahnya di jendela mobil. "Memang sih, tubuh ini juga seharusnya milikku. Tapi Ryu, apa kau tidak merasa kalau kau juga menatap Scarlett saat menatapku?" tanyanya ragu, kali ini dengan pandangan serius dimana ia mengerutkan kedua alisnya.

Sejujurnya ia ingin dipandang sebagai dirinya sendiri. Benar-benar dilema kepribadian ganda.

"Hheh? Aku belum pernah dansa sebelumnya, tapi kalau Scarlett bisa, maka seharusnya aku juga bisa!" jawabnya datar sebelum ia menyeringai lebar. "Tetap saja aku nggak tanggung jawab lho kalau kakimu jadi kayak kaki gajah karena kebanyakan ku injek! Fufufu!"

"Tidak, kau beda dari Scarlet buktinya aku bisa langsung mengenalimu bukan?"

Tidak lama kemudian mereka tiba di villa keluarga Rheindahrdt yang berada diatas bukitvilla. Villa di Vienna ini memliki luas kirang lebih 500 meter persegi. Mempunyai fasilitas yang cukup lengkap biarpun tidak sebanding dengan rumah Ryu sendiri.

"Kau pasti bisa berdansa , lagipula aku juga sudah memanggil guru dansaku untuk melatihmu." Ucap Ryu ketika mereka memasuki perkarangan villa yang kuas itu.

Envy benar-benar kagum melihat villa yang begitu besar di Vienna ini. Ryu memang benar-benar orang kaya, bukan, konglomerat, bukan, bangsawan! Namun Envy tetap bertingkah tenang, tidak seperti Scarlett yang mungkin akan bertingkah bodoh saking kagumnya.

"Dasar.. Cowok kaya memang beda ya, ckckck" gumamnya pelan agar Ryu tak dapat mendengarnya.

"Hheh? Darimana kau tahu aku bisa dansa?" tanyanya heran. "Ya sudahlah! Eh hey, bagaimana kalau kita berlatih dansa yang lebih 'unik'? Habis aku bosan kalau cuma dansa biasa aja!" usulnya tiba-tiba, ketika ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam lingkungan villa dan disambut oleh banyak sekali pelayan.

OOT: aku g sempet liat gmbr villa-nya jd aku anggap villa-nya itu mewah bgt ya^^v

"Aku hanya asal menebak." Jawab Ryu sambil memandang keluar .

"Bukankah aku sudah bilang bahwa yang akan mengajarimu guru dansaku bukan aku. Aku tidak bisa mengajarkan sesuatu kepada orang lain karena aku tidak ppunya bakat mengajar nona." Ucap Ryu kepada Envy.

Mereka tiba di villa Ryu dan disambut oleh puluhan pelayan villa dan tentu saja dengan kepala pelayan yang usianya sudah 4x lipat dari Ryu , diujubg barisan ada seorang gadis berambut cream yang mengenakan blazer dan roko, biarpun sederhana penampilannya justru menunjukkan keeleganannya.

"Selamat siang tuan muda." Ucap Gadis yang usiaanya baru 20 tahunan itu.

"Panggil saja aku Ryu seperti biasa, dan tolong kau ajarkan dia cara berdansa."

"Envy, kenalkan dia adalah duru tariku. Kau pasti akan belajar banyak karena ia merupakan salah satu penari berbakat."

Envy melirik ke arah sang guru tari berusia 20 tahunan yang katanya merupakan penari hebat. Ia hanya menyeringai saja.

"Hha! Aku tidak peduli apakah dia benar-benar penari hebat atau bukan, tapi aku baru akan mengakuinya hebat kalau dia bisa mengajarkan dansa yang paling unik dan ekstrim yang pernah ada!" tantangnya sambil menunjuk-nunjuk sang guru tari tersebut namun kedua mata violetnya tetap pada Ryu.

"Aku terserah saja. Apa kau bisa Anna?"

"Akan saya coba. " Ujarnya sambil tersenyum manis kepada Ryu.

"Ok , kalau begitu ayo kita langsung ke ruang tari saja. Dan mungkin lebih baik kau mengganti bajumu dahulu."

"Kau mau kutemani Envy?" tanya Ryu

Envy menyeringai lagi mendengar persetujuan dari guru tari Ryu. Pesta dansa nanti pasti akan penuh dengan kekacauan, itulah rencananya. "Fufufufu! Kalau gitu ayo kita cepat-cepat berlatih!" serunya sambil menepukkan kedua telapak tangannya.

Namun Envy berubah beku ketika mendengar tawaran Ryu yang benar-benar mencengangkan. Apa Ryu sedang menantang Envy? Entahlah. Tapi yang pasti Envy merasa tertantang saat itu.

"Fufufu menarik sekali! Aku ingin tahu, sampai sejauh mana kau mampu bertahan untuk menemaniku berganti baju!" balasnya sinis yang juga berarti mengiyakan tawaran Ryu.

"Baik. Dan Ryu kalau kau mau menemani kami bagaimana kalau kau yang mengiringi dengan piano, aku sudah lama tidak mendengar lagu Blue Danube-mu? " Ucap Anna

"Bukan itu maksudku, kau mau kutemani berlatih dansa?" Jelas Ryu karena tampaknya Envy salah paham.

"Dan kalau kau mau berganti baju pinjam saja baju Violet , kalau tidak salah ukuran kalian sama kan?"

"Hheh?" Envy berubah menjadi agak kecewa ketika mengetahui bahwa sebenarnya ia sudah salah paham dengan kata-kata Ryu. "How bored!" keluhnya lagi sambil mengangkat kedua tangannya dan menyimpannya di belakang kepala. Dasar cewek pikiran mesum.

"Bajunya Violet? Maksudmu sepupumu yang menyebalkan itu? Ogah ah! Aku nggak mau memakai baju punyanya dia! Emangnya nggak ada baju-baju lain yang lebih pantas apa?" serunya dingin dan agak bosan. Masih kecewa dengan kesalahpahamannya tadi. Padahal tadinya Envy ingin menggoda Ryu.

"Oh, ayolah Ryu-kun! Temani aku!" pintanya memelas dengan memanggil Ryu seperti yang dilakukan Scarlett.

"Ada, tapi punya Mary sewaktu masih kecil, tentu tidak akan muat lagi bukan. Bagaimana kalau kusuruh pelayan untuk membelikan baju baru?"

"Sementara itu kita melakukan hal yang lain dulu saja ." Ucap Ryu kemudian .

"Dan kau tidak punya bakat memelas seperti Scarlett , nona manis." Ucap Ryu sambil mengacak-ngacak rambut Envy.

Envy menaruh jari-jarinya di dagunya, tampak berpikir. Sepertinya ia setuju dengan usulan Ryu untuk membelikannya baju baru. Punya pacar (?) kaya memang menyenangkan. Sebisa mungkin Envy berusaha memanfaatkan situasi dan kondisi yang sedang dijalaninya saat ini.

"Okay then, cepat suruh pelayanmu! Belikan baju yang bagus dan berwarna hitam ya! Soalnya aku suka banget warna hitam!" serunya sambil memeluk lengan Ryu.

"Hheh? Aku juga bisa memelas kok!" keluhnya. Setelah itu Envy membuat raut wajahnya semakin mirip dengan Scarlett yang sedang memelas. "Ne? Aku juga bisa memelas kan, Ryu-kun? Hhehehe" ucapnya dengan gaya ucapan ala Scarlett.

Tapi setelah itu, Envy kembali menjadi seperti dirinya yang biasanya. "Hey, jangan mengacak-acak rambutku! Rambutku itu terlalu indah untuk kau acak-acak tahu! Week-" serunya sambil menjauhkan tangan Ryu dari kepalanya sambil menjulurkan lidah.

"Will, tolong belikan pakaian tari untuk Envy warna hitam ya." Perintah Ryu kepada kepala Butlernya.

"Kau tidak bisa menirunya nona manis." Ucap Ryu sambil tersenyum. "Anna kau beristirahat saja dulu kalau akan dimulai aku akan menyuruh pelayan untuk memanggilmu."

"Baiklah Ryu."

"Sekarang kau ingin ngapain? Berolahraga atau menikmati fasilitas di villa ini?"

Envy menggembungkan pipinya. Memang sangat sulit untuk beradu pendapat dengan orang yang sangat stubborn seperti Ryu. "Hhuh, aku udah bilang, kalau aku bisa meniru Scarlett, Ryu! Bilang iya! Aku tidak menerima jawaban tidak maupun sinonimnya!" serunya dengan kata-kata khas ala Yuto Siegfierd.

Lagi-lagi, Envy berjalan sedikit ke depan, mendahului Ryu. Kemudian setelahnya ia menoleh pelan menghadap Ryu. Rambut panjang berwarna hitam pekatnya melambai-lambai seiring dengan tolehan wajahnya. Membuatnya tampak menjadi jauh lebih cantik dari biasanya.

"Nee, Ryu-kun, aku ingin mencoba naik kuda! Boleh kan?" pintanya lembut. Setiap orang yang melihat ekspresi wajahnya dan caranya berbicara, pasti akan mengira bahwa ia telah kembali menjadi Scarlett, gadis yang lembut namun ceroboh.

Namun tak lama kemudian, senyuman lembutnya berubah menjadi seringai khas dirinya sendiri. "I told you, aku juga bisa senyuman dan aura Scarlett! Karena aku adalah Scarlett... Jadi ayo kita naik kuda!" serunya girang sambil berbalik memunggungi Ryu.